Bab XVIII

Mitos Bolshevik

(Diary 1920–1922)

Alexander Berkman


Terbit: Sebagai pamplet oleh
Teks asli: oleh
Proofed: oleh

Terbit dalam bahasa Indonesia:
Terjemah: 
Proofreading terakhir: 


Bab XVIII

Misi Buruh Inggris

Mei 1920,- Kehidupan baru hadir di Petrograd bersama kedatangan Misi Inggris. Banyak pertemuan, perjamuan, dan perayaan diselenggarakan untuk menghormati mereka. Aku yakin kaum komunis benar-benar berupaya melebih-lebihkan nilai penting kedatangan mereka dan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan. Sebagian orang bahkan berpikir kedatangan orang-orang Inggris itu menandakan pengakuan politis terhadap Rusia dalam waktu dekat. Koran-koran Soviet dan pidato-pidato komunis menciptakan kesan seakan-akan Misi Inggris itu mewakili perasaan dan pandangan seluruh proletariat Inggris, dan mereka akan segera datang membantu Rusia.

Aku mendengar ide itu dibicarakan oleh sekelompok buruh dan tentara pada sebuah rapat di Kuil Buruh. Aku diminta untuk menerjemahkan resolusi yang akan disampaikan ke bahasa Inggris, dan aku diberi meja kecil. Orang-orang berdesakan di sekitarku demi melihat delegasi-delegasi di panggung. Lampu listrik menyorot Ben Turner, Ketua Misi, yang bertubuh pendek, gempal, dan makanannya tercukupi.

“Di sana, lihat dia!” seorang buruh di belakangku berteriak. “Kau dapat melihat dia dari luar negeri. Rakyat kita tidak begitu gemuk.”

“Sungguh menakjubkan!” jawab seorang tentara. “Jelas bukan Rusia, pasti Inggris, dan orang-orang tidak kelaparan di sana.”

“Kaum buruh di mana pun kelaparan,” timpal suara yang parau.

“Mereka bukan buruh,” lelaki yang pertama mengkoreksi. “Mereka delegasi.”

“Tentu saja, delegasi, tetapi delegasi proletariat,” suara parau itu kukuh. “Kelas buruh Inggris mengirim mereka untuk melihat pertolongan apa yang kita butuhkan.”

“Kau pikir mereka akan menolong kita?” seorang tentara bertanya penuh harap.

“Karena itulah mereka ada di sini. Mereka akan pulang dan mengabarkan kepada proletariat di sana tentang seberapa menderitanya kita, dan mereka akan mengangkat blokade.”

“Tuhan memberkati, Tuhan memberkati,” buruh itu menghela nafas lega.

Seorang lelaki lewat, dengan penuh semangat menerobos kerumunan, dan naik ke panggung. Tampilannya yang mewah, pakaian yang pas, dan wajahnya yang merona begitu kontras dengan kerumunan orang-orang berwajah pucat.

“Lihat delegasi yang gendut itu! Mereka tidak kelaparan di Inggris,” seorang tentara bicara kepada orang di sebelahnya.

Hal-hal yang akrab tentang “delegasi” yang gemuk itu menarik perhatianku. Matanya menatapku dan dia tersenyum mengenaliku. Dia, Melnitchansky, Ketua Serikat Buruh Soviet Moskow.

**

Terasa ada kekecewaan di lingkaran komunis terkait Misi Inggris itu. Pertunjukan militer gagal membuat mereka terkesan, kunjungan-kunjungan ke kilang-kilang dan pabrik-pabrik tidak melahirkan antusiasme di antara “orang-orang Inggris berdarah dingin”. Tampaknya para delegasi itu sengaja menghindari opini yang kuat tentang bantuan yang diharapkan datang dari negara mereka atau tentang laporan yang akan mereka sampaikan ke kaum buruh Inggris. Beberapa pidato yang disampaikan oleh anggota-anggota delegasi menimbulkan keresahan. Beberapa komunis pasifis berpikir, menunjukkan parade militer kepada Misi Inggris adalah selera yang buruk. Negeri revolusioner seperti Rusia, menurut mereka, seharusnya lebih menekankan pada kesadaran proletar masyarakat sebagai simbol sejati dari karakter negeri ini dan jaminan yang kuat akan niat damainya. Kunjungan ke lokasi-lokasi industri hanya menunjukkan kurangnya produktivitas dan fakta bahwa pabrik-pabrik dan kilang-kilang itu telah dimanipulasi agar tampak baik demi para delegasi. Bahkan ada bisikan-bisikan bahwa delegasi dari Inggris itu merasa gundah karena atmosfer yang terasa resmi, di mana mereka sebenarnya sedang diawasi.

Para pejabat yang dikirim dari Moskow untuk menyambut Misi Inggris, yaitu Radek, Melnitchansky, dan Petrovsky, yakin setiap usaha harus dilakukan demi menciptakan kesan baik di benak para delegasi, berharap mereka akan memberikan laporan baik di Inggris dan melakukan tindakan atas nama Rusia. Radek dan Petrovsky adalah pembela yang kukuh untuk “diplomasi”. Terutama Petrovsky, yang terlihat menikmati pengaruh yang cukup besar di dewan-dewan Partai Komunis, walau keterlibatannya dengan Bolshevisme masih baru. Aku mengenalnya di Amerika sebagai Dr. Goldfarb, editor buruh untuk New York Jewish Forward, dan seorang Sosial Demokrat yang fanatik—atau seorang Menshevik dalam terminologi Rusia. Peralihan keyakinannya ke Bolshevisme terjadi tiba-tiba, dan aku terkejut saat mengetahui dia memegang posisi penting sebagai komisar pendidikan militer.

Angelica Balabanova, seorang revolusioner tua dan orang yang begitu mudah disayangi, juga anggota Komite Resepsi, sepakat denganku bahwa kebijakan yang terbaik adalah membuat Misi Inggris mempelajari seluruh kebenaran terkait Rusia, dan menyambut persahabatan dan kerjasama dalam kerja membangun negeri ini dengan pemahaman yang seutuhnya atas apa yang diperlukan, daripada menyembunyikannya. Tetapi anggota Komite Penyambutan malah berpikir sebaliknya. Mereka terlalu bersemangat dan gelisah, sampai membesar-besarkan kebenaran dan mengecilkan bahkan menyembunyikan semua titik kelemahan. Di demonstrasi dan rapat-rapat kebijakan itu diikuti, tetapi jelas terlihat delegasi melihat kepalsuan itu. Pada makan malam terakhir untuk menghormati para delegasi Inggris sebelum mereka meninggalkan Moskow, hampir semua pembicara menekankan bahwa hanya kebenaran yang disampaikan kepada Misi itu, tanpa mereka sadari para delegasi itu menyungging senyuman keraguan. Antselovitch, Ketua Serikat Buruh Soviet Petrograd, bahkan lebih jauh lagi mengatakan bahwa kebebasan individual sepenuhnya diberikan di Rusia—setidaknya untuk kaum buruh, tambahnya, ketika dia menyadari kecerobohan pernyataannya.

Mungkin aku tidak adil memperlakukan Antselovitch dengan melewatkan kesalahan itu dalam terjemahanku atas pidatonya. Tetapi aku tidak dapat berdiri di hadapan para delegasi dan mengulangi apa yang aku tahu, seperti juga yang mereka tahu, sebagai kebohongan, juga kebodohan yang tak perlu. Para delegasi itu sadar kediktatoran adalah kebalikan dari kebebasan. Mereka tahu tidak ada ada kebebasan berbicara atau kebebasan pers untuk siapa pun di Soviet Rusia, bahkan tidak untuk kaum komunis, dan hak asasi seperti itu tidak pernah dikenal.Situasi perjuangan revolusioner membuat kondisi seperti itu tidak dapat dihindari, Lenin lugas mengakuinya. Sebuah penghinaan terhadap intelektualitas Misi Inggris untuk berpura-pura sebaliknya.

Dalam kunjungan ke kilang-kilang dan pabrik-pabrik Antselovich dan para pembantunya memperlakukan para delegasi dengan sikap yang jelas membuat mereka kecewa. Salah satu orang Inggris itu menunjukkan kepada rekan-rekannya tempat-tempat yang mendapat perhatian khusus dan “telah disiapkan” untuk para tamu itu. Informasi tentang kondisi-kondisi dan hasil yang disampaikan oleh para manajer, mandor, dan buruh komunis, begitu berbeda-beda dan mengejutkan. Beberapa anggota Misi Inggris juga menyadari kehadiran aparat Tcheka dan mengetahui para buruh membatasi sikapnya karena kehadiran para aparat itu.

**

Sebuah kereta mewah, dengan gerbong tidur dan gerbong makan buatan Pullman Company, menunggu di Stasiun Nikolavsky untuk membawa Misi Inggris ke Moskow. Di setiap gerbong para delegasi mendapat hormat dari pengawal—para siswa Mussulmen Kursanti (sekolah calon perwira Tentara Merah)—yang mengenakan seragam kebesaran Tcherkess. Terasa keheningan yang aneh di stasiun itu. Tidak ada orang-orang yang berdesak-desakan dengan bawaan yang berat, tidak ada teriakan, tidak ada saling dorong.Tidak ada buruh yang dekil atau pengemis yang kotor. Stasiun dan peron nampak bersih dan teratur.

Tepat pukul 11 siang, Minggu, 16 Mei, Misi Inggris berangkat ke Moskow. Delegasi itu didampingi oleh banyak orang penting komunis, termasuk Radek, Kollontay, Losovsky, anak perempuannya yang bertugas sebagai sekretarisnya, Balabanova, Zorin, dan beberapa pejabat rendahan. Aku diminta sebagai penerjemah tak resmi Misi itu, berbagi gerbong dengan Ichov, kepala publikasi pemerintah di Petrograd.

Saat mendiskusikan Rusia dan kondisi masyarakat Rusia, orang-orang komunis berupaya menarik perhatian para delegasi, sedangkan para delegasi selalu berhati-hati dalam mengekspresikan opini yang tegas. Secara umum Ben Turner, ketua misi itu, mengatakan kebutuhan akan sikap yang lebih manusiawi terhadap Rusia, sementara Tuan Skinner dan Tuan Purcell menganggukkan kepala menyetujui ucapan itu. Bagiku, ucapan-ucapan ketua Misi Inggris lebih banyak yang umum-umum, daripada yang sesungguhnya mereka maksud. Williams bicara lantang tentang kekagumannya akan keteraturan yang terlihat di Petrograd, sementara Wallhead, dari Partai Buruh Independen, sepakat dengan Allen—satu-satunya komunis di antara orang Inggris itu—untuk mengutuk blokade Sekutu yang telah membuat jutaan perempuan dan anak-anak kelaparan. Nyonya Snowden yang menjaga sikap wibawa keluarga bangsawan, ikut bicara dalam percakapan itu dengan tersenyum tipis berkata datar, “Aku bersama Anda, tetapi bukan bagian dari Anda.” Sekali waktu dia menyatakan keterkejutan yang menyenangkan karena tidak melihat jalan Petrograd yang dipenuhi penjahat yang merampok orang-orang saat hari gelap, seperti yang diyakini oleh “beberapa orang di Inggris.”

Dari semua anggota delegasi, yang paling simpatik bagiku adalah Allen, dengan pikirannya yang jernih dan berwajah seorang idealis, serta Bertrand Russell, yang aku yakin dia ikut dalam misi itu sebagai individu, tidak mewakili insitusi manapun. Tidak seperti watak dan sudut pandang delegasi yang lain, mereka berdua membuatku terkesan sebagai orang-orang yang memiliki pikiran mendalam dan memiliki ketulusan sosial.

Di Moskow sambutan yang meriah telah disiapkan untuk Misi Inggris. Di peron stasiun pasukan Tentara Merah berbaris dalam seragam parade dan aksesoris yang mengkilap, band militer memainkan Internationale, dan orator-orator komunis memberikan “pidato sambutan kejayaan” bagi tamu-tamu dari Inggris itu.

Kamenev menyambut mereka atas nama pemerintah pusat, dan Tomsky–Presiden Serikat Buruh Seluruh Soviet Rusia—dalam sebuah pidato yang panjang menyambut perwakilan buruh Inggris atas nama saudara Rusia mereka. Semua pembicara menunjukkan acara yang riang itu sebagai simbol alasan bersama buruh di dua negara dan menyuarakan keyakinan bahwa proletariat Inggris akan segera datang memberi bantuan bagi revolusi.

Selama hampir dua jam para delegasi tetap berdiri di peron mendengarkan pidato-pidato dalam bahasa yang tidak mereka pahami. Akhirnya upacara selesai dan para tamu naik ke mobil dan dibawa ke Soviet Hotel, yang ditunjuk sebagai tempat tinggal mereka. Di tengah kerubungan orang-orang Inggris itu terpencar, beberapa di antara mereka tenggelam dalam lautan manusia. Perlahan-lahan pasukan tentara membubarkan diri, dan kerumunan massa berkurang, dan akhirnya aku dapat keluar menuju jalan. Kendaraan-kendaraan pemerintah telah berangkat semua, dan aku sedang mencari taksi ketika aku melihat Bertrand Russel sedang berusaha keluar dari stasiun. Dia berdiri kebingungan di tangga, tidak tahu harus kemana, terlupakan di tengah orang-orang yang bersemangat meneriakkan jargon asing. Sebuah mobil datang, dan aku mengenali Karakhan.

“Aku sedikit terlambat,” uacpanya, ” apakah semua delegasi telah pergi?”

“Bertrand Russell masih di sini,” jawabku.

“Russel? Siapa dia?”

Aku menjelaskan siapa dia.

“Tidak pernah mendengar namanya,” jawab Karakhan naif. “Tetapi ajak saja dia ikut, ada kamar untuk kalian berdua.”

**

Delovoy Dvor, Soviet Hotel yang menjadi tempat tinggal para tamu Inggris, telah direnovasi seluruhnya, dan tampak bersih dan segar. Ruang makan yang besar ditata indah dengan dengan panji-panji merah dan ucapan-ucapan selamat datang. Legenda-legenda sosialis dari solidaritas buruh seluruh dunia dan kejayaan revolusi yang dicapai melalui kediktatoran proletariat dikumandangkan dari dinding dalam beragam bahasa. Tumbuhan-tumbuhan di dalam pot membuat ruangan lebih hangat dan berwarna.

Makanan disiapkan untuk banyak orang, termasuk para delegasi, perwakilan pemerintah Soviet, beberapa anggota Internasional Ketiga, dan para juru bicara buruh. Kaviar Rusia, sup, roti putih, dua jenis daging dan berbagai jenis sayuran ada di menu. Saat ayam goreng disajikan, aku melihat orang-orang Inggris itu saling bertukar pandangan penuh tanya.

“Makanan yang sangat enak untuk Rusia yang kelaparan,” seorang delegasi di sampingku berkata pada orang di sebelahnya, di tengah berisiknya denting piring dan tawa orang-orang.

“Benar. Pelayan yang necis,” jawab yang lain dengan kedipan mata penuh maksud pada seorang pelayan perempuan molek yang sedang melayaninya. “Aku pikir kaum Bolshevik telah menghilangkan pelayan.”

Angelica Balabnova, yang duduk di seberangku, tampak tersinggung.

**

Pada 18 Mei, sehari setelah kedatangannya di Moskow, Misi Inggris dihormati dengan demonstrasi besar-besaran. Acara itu pertunjukkan parade militer yang luar biasa, semua bagian Tentara Merah berpartisipasi. Tidak ada buruh yang ikut dalam parade itu.

Perayaan yang terus menerus, pertunjukan-pertunjukan teatrikal, dan kunjungan ke pabrik-pabrik, segera membuat para delegasi bosan. Perasaan kecewa begitu tampak di diri mereka, tidak nyaman dengan pengawasan yang ditujukan kepada mereka. Beberapa telah mengajukan keberatan atas dihalang-halanginya mereka untuk bertemu dengan masyarakat, sistem yang dikenalkan di Delovoy Dvor sejak kedatangan Misi itu: orang-orang diusir oleh agen Tcheka di meja resepsionis. Para delegasi itu semakin sadar akan pembatasan kebebasan yang mereka alami, dan mengetahui setiap langkah dan ucapan selalu dimata-matai. Mereka keberatan dengan “situasi penjara”, begitu seorang delegasi menyebutnya. “Kami diarahkan dengan ramah,” ucapnya kepadaku, “dan taktik itu tidak masuk akal.” Dia kecewa hanya melihat apa yang diperlihatkan secara resmi kepada Misi. Dia tak sabar ingin melihat lebih jauh, dan dia mengeluh karena dipaksa untuk percaya pada tipuan seakan-akan dia bertemu dengan orang-orang yang pandangannya ingin dia pelajari.

“Revolusi Rusia adalah yang paling hebat sepanjang sejarah,” ucap seorang delegasi kepadaku, “hal tak penting seharusnya tidak mendapat tempat di dalamnya. Dunia baru sedang dibangun. Mengecilkan perjuangan hebat untuk kelahirannya adalah lebih buruk dari kebodohan. Kaum Bolshevik, yang ada di garis depan massa revolusioner, sedang memainkan peran dalam proses yang nilai pentingnya dalam sejarah akan selalu diingat. Mereka melakukan kesalahan-kesalahan, itu tidak terhindari, dan manusiawi. Tetapi dengan mengesampingkan kesalahan-kesalahan, mereka sedang membangun peradaban baru. Sejarah tidak memaafkan kegagalan: itu akan mengabadikan kaum Bolshevik karena keberhasilan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang luar biasa. Mereka sudah selayaknya bangga dengan pencapaiannya.”

Dia terdiam, kemudian melanjutkan dengan serius, “Biarkan para delegasi dan seluruh dunia melihat situasinya secara utuh. Kami harus belajar bagaimana revolusi sebenarnya terjadi. Revolusi Rusia bukan semata tentang pengakuan politis: ini peristiwa yang mengubah dunia. Tentu saja kita akan menemukan kesalahan-kesalahan dan penyelewengan-penyelewengan. Periode yang penuh kesulitan tidak mungkin tanpa kehadiran hal-hal seperti itu. Kejahatan-kejahatan yang ditemukan hanya butuh disembuhkan, dan kritik yang membangun sangat bernilai. Juga bukan rahasia Rusia sedang menderita kelaparan, dan sebuah kejahatan untuk berpura-pura sejahtera dengan sajian dan makan malam yang mewah. Sebaliknya, biarkan para delegasi merasakan akibat buruk blokade, biarkan mereka melihat wabah yang mengerikan dan kematian yang diakibatkannya. Tidak ada orang luar Rusia yang dapat memahami dengan lebih dekat tentang konsepsi yang lebih luas atas kejahatan Sekutu terhadap Rusia. Semakin dekat para delegasi bersentuhan dengan kenyataan, permohonan mereka kepada proletariat Inggris akan lebih meyakinkan, dan mereka akan lebih efektif dalam melawan blokade dan intervensi negara-negara lain.”