Tuhan dan Negara: Dari Ovidius hingga Bakunin


Tuhan dan Negara
Mikhail Bakunin
Penerbit Parabel, 2017
FILSAFAT ANARKISME atau anarkisme filosofis sejatinya merupakan doktrin yang sudah sangat tua. Bahkan mungkin usianya sama tuanya dengan gagasan tentang pemerintahan, tetapi tidak ada bukti cukup kuat yang mendukung penegasan ini. Ada beberapa teks yang usianya lebih dari dua ribu tahun yang tidak hanya menggambarkan masyarakat manusia tanpa pemerintahan, bahkan menyebut kondisi hubungan sosial semacam ini sebagai cita-cita masyarakat manusia. Dalam ungkapan yang sangat indah dan puitis, Ovidius memberi gambaran ihwal utopia anarkis semacam ini. Dalam buku pertamanya, Metamorphoses, Ovidius menulis tentang era keemasan, era ketika masyarakat tak memiliki hukum, tanpa ada seorang pun yang memaksakan kehendaknya atas orang lain. Setiap orang diberi kebebasan kehendak untuk mempertahankan keyakinannya dan melakukan hal yang benar. Tak ada ketakutan akan hukuman, tak ada sanksi hukum yang diukir di atas lembaran-lembaran perunggu, tak ada tuntutan hukum dari masyarakat, yang penuh ketakutan atas balasan dan hukuman yang kelak akan diterima. Meskipun tanpa hukum dan hakim, semua orang hidup dengan damai dan aman. Satu-satunya perbedaan antara visi penyair Romawi itu dengan visi para filosof anarkis modern adalah, Ovidius menempatkan era keemasan itu ada pada awal sejarah manusia, sementara para filosof anarkis modern menempatkan era keemasan itu sebagai tujuan akhirnya.
Namun, Ovidius bukanlah penemu pertama dari sentimen-sentimen ini. Dalam banyak puisinya, ia mengulangi gagasan-gagasan yang senantiasa dipuja dan didambakan manusia selama berabad-abad sebelumnya. Georg Adler, seorang sejarawan sosial Jerman, yang pada 1899 menerbitkan sebuah kajian menyeluruh dan terdokumentasi-dengan-baik tentang sejarah sosialisme, menunjukkan bahwa pandangan-pandangan kaum anarkis telah diyakini oleh Zeno (342 sampai 270 S.M.), pendiri mazhab filsafat Stoikisme (Adler, 1899). Pun, tak diragukan lagi, di kalangan para pertapa Kristen awal juga terdapat sentimen anarkis yang sangat kuat, dalam pandangan-pandangan politik-keagamaan orang-orang semisal Karpocrates dan murid-muridnya (Abad Kedua Masehi). Sentimen ini tetap hidup di antara beberapa sekte Kristen fundamentalis pada Abad Pertengahan dan bahkan pada periode modern.
Max Nettlau, sejarawan anarkisme, juga telah meneliti bidang tersebut berikut serangkaian karya yang disusun selama dua abad sebelum Revolusi Perancis yang memuat pandangan-pandangan libertarian yang sangat kuat atau bahkan sangat jelas bernada anarkis (Nettlau, 1915). Di antara karya-karya Perancis yang penting pada periode ini adalah Discours de la servitude volontaire karya Etienne de la Boetie, yang disusun sekitar tahun 1550, tetapi belum diterbitkan hingga 1577; Les aventures de Jacques Sadeur dans la découverte et le voyage de la Terre Australe karya Gabriel Foigny, yang muncul secara anonim pada 1676; beberapa esei pendek karya Diderot; serangkaian puisi, fabel, dan kisah-kisah yang ditulis Sylvain Marechal yang melihat cahaya zaman dalam dua dasawarsa sebelum Revolusi Perancis.
Selama periode yang sama, gagasan-gagasan anarkis juga dapat ditelusuri di Inggris. Seperti halnya di Perancis, anarkisme di Inggris juga bisanya mewakili sayap paling radikal dari kelas menengah. Pandangan-pandangan anarkis di Inggris dapat ditemukan dalam beberapa tulisan Winstanley. Salah satu yang terkenal adalah karya Edmund Burke, Vindication of Natural Society (1756). Dalam karya ini, Burke menyuguhkan argumen-argumen yang sangat cerdas untuk mendukung anarkisme, meskipun awalnya karya tersebut dimaksudkan sebagai sebuah satire.
Namun, karya dan tulisan-tulisan pada periode awal ini menunjukan beberapa karakteristik yang membedakan mereka secara mendalam dengan karya-karya kaum anarkis kemudian. Tulisan-tulisan tersebut sebagian besar masih bersifat utopian, atau berupa brosur-brosur politik yang dimaksudkan untuk melawan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan penguasa atau pemerintah, atau bertujuan untuk mendapatkan kebebasan yang lebih besar untuk melakukan aksi dalam konstelasi politik waktu itu. Kebanyakan tidak berisi pembahasan tentang teori politik, meskipun kadang juga ada pembicaraan tentang itu, tetapi hanya bersifat insidental, bukan sebagai pokok bahasan utama.
Sebagai sebuah teori sistematik, anarkisme filosofis atau filsafat anarkisme mungkin baru dimulai di Inggris dengan terbitnya buku William Godwin, Enquiry Concerning Political Justice, yang terbit pada 1793. Anarkisme Godwin, demikian juga para pendahulunya, maupun anarkisme Proudhon yang muncul limapuluh tahun kemudian, meruapakan teori politik dari cabang kelas borjuis kecil yang paling radikal. Pada Revolusi Inggris 1688 dan Revolusi Perancis 1789 kaum borjuis telah menghancurkan monopoli kekuasaan politik yang sebelumnya dipegang oleh kalangan bangsawan dan aristokrat. Meskipun pemerintahan pascarevolusi masih sangat dipengaruhi oleh kaum bangsawan tuan tanah dan kaum birokrat, tetapi makin banyak keluarga kelas menengah kaya dan berkuasa yang secara bertahap menjadi bagian dari lingkaran aristokrat melalui perkawinan.

*

Doktrin anarkis yang diperkenalkan oleh Godwin, Proudhon, dan tokoh-tokoh yang sezaman dengan mereka merupakan pendewaan (apotheosis) atas eksistensi kaum borjuis kecil, yang tujuan utamanya sama dengan tujuan utama Candide-nya Voltaire, yaitu, untuk menumbuhsuburkan taman dan kebun sendiri. Ia mengabaikan atau menentang usaha-usaha industri atau pertanian berskala besar sehingga tidak pernah menjadi teori politik yang mendapatkan simpati dan dukungan antusias di kalangan massa pekerja industri. Ia hanya merupakan perluasan dari doktrin liberalis yang menganggap kebebasan sebagai kebajikan politik paling luhur, dan tanggung jawab dari kesadaran nurani manusia sebagai kewajiban politik paling luhur. Ia didasarkan pada filsafat politik yang terkait erat dengan kebangkitan kelas menengah, gerakan liberal, antisosialis, dan gerakan-gerakan politik yang lain. Dan Bakunin menganggap dirinya sebagai seorang sosialis, yang mendapat pengakuan sebagai pemimpin anggota Himpunan Kelas Pekerja Internasional, yang berjuang untuk mengendalikan organisasi ini, dan menganggap para pengikutnya sebagai kaum proletariat sejati.
Arti penting Bakunin bagi para pengkaji filsafat politik modern terletak pada posisi penting yang ditempati oleh karya-karyanya dalam literatur anarkis dan libertarian pada umumnya. Anarkisme sebagai teori spekulasi politik memang telah hilang, tetapi ia dilahirkan kembali sebagai teori tindakan politik. Bakunin tidak puas hanya dengan menjelaskan kejahatan-kejahatan dari sistem yang ada dan berlaku di dunia saat ini, kemudian menggambarkan kerangka umum dari masyarakat libertarian, tetapi ia juga menyerukan revolusi, ia berperan aktif dalam aktivitas revolusioner, ia juga berkonspirasi, berpidato panjang-lebar, melakukan propaganda, membentuk kelompok-kelompok aksi politik, dan mendukung setiap bentuk pemberontakan sosial, besar maupun kecil, yang menjanjikan maupun yang terancam gagal, sejak awal karier politik dan intelektualnya. Dan buku ini, Tuhan dan Negara merupakan gambaran paling lengkap mengenai pemikiran anarkisme Bakunin ihwal pentingnya revolusi sosial untuk membongkar kepicikan kaum agamawan dan politisi yang acapkali menindas dengan mengatasnamakan Tuhan dan Negara.

You may also like...

Leave a Reply