Mitos Bolshevik
(Diary 1920–1922)
Alexander Berkman
Terbit: Sebagai pamplet oleh
Teks asli: oleh
Proofed: oleh
Terbit dalam bahasa Indonesia:
Terjemah:
Proofreading terakhir:
Bab XXXIII
Kembali ke Petrograd
Di Odessa kami mengetahui Tentara Merah telah mundur sepenuhnya dari Warsawa, dan Wrangel dengan pasti terus maju dari tenggara. Situasi berbahay itu membuat kelanjutan perjalanan Ekspedisi menjadi tidak memungkinkan. Kegelisahan kami meningkat dengan situasi bahwa izin untuk kereta kami akan berakhir pada 31 Oktober, setelah tanggal itu Komisi Kereta
Api berhak untuk menyita kereta kami, termasuk kemungkinan kami akan kehilangan materi yang telah dikumpulkan untuk museum. Surat-surat dan telegraf yang kami kirim berulang-ulang tidak dijawab oleh Komisariat Rakyat untuk Jalan dan Komunikasi di Moskow. Kami tidak memiliki pilihan lain keculai segera pulang ke Petrograd untuk mengantarkan materi yang berhasil kami kumpulkan yang jumlahnya sangat banyak, sampai memenuhi gerbong barang.
20-20 September.—Akhirnya kami meninggalkan Odessa dan sekarang melakukan perjalanan perlahan ke utara. Jalur kereta dipenuhi kereta-kereta militer, lokomotif yang mogok, dan gerbong-gerbong yang rusak. Di Znamenka kami tiba di belakang Pasukan Ke-12 yang bergerak mundur dalam kekacauan. Bolshevik menarik mundur titik-titik pertahanan di sepanjang rute yang diperkirakan menjadi jalur pergerakan pasukan Polandia. Area yang luas ditinggalkan tanpa pemerintahan, sementara pasukan Komunis kabur, pasukan Polandia tidak mengejarnya. Tentara Merah bergerak mundur ke Kiev dan Kharkov. Kereta kami terus-terusan ditunda keberangkatannya atau dialihkan jalurnya, untuk memberi jalan bagi kereta militer. Jika musuh bergerak maju, Ekspedisi kami akan sepenuhnya terputus dari utara, terjebak di antara pasukan Wrangel di selatan dan tenggara, dan pasukan Polandia di utara dan barat laut.
Dengan bergerak maju haya beberapa kilometer per hari, kami melintasi Birsula, Vanyarki, Zhmerinka, dan Kasatin. Komunis tidak lagi membantah bencana besar ini. Perang dengan Polandia berakhir dengan kekalahan telak, dan Wrangel pun ikut menghela Tentara Merah. Ada kabar Makhno telah menggabungkan pasukannya dengan jenderal kontrarevolusi. Koran-koran Soviet yang kami temukan di “biro pendidikan” di stasiun-stasiun menyebut pemimpin pemberontak petani itu sebagai kawan Wrangel. Karena sudah cukup akrab dengan metode pemberitaan pers komunis, kami tidak memercayai berita itu, tetapi kegelisahan kami untuk mengetahui fakta atas situasi yang sebenarnya semakin meningkat dengan adanya laporan terus menerus tentang Inggris yang menuntut kaum Bolshevik mundur sepenuhnya dari Ukraina.
Jalan ke Kiev diblokade, dan kami ditahan sekitar 70 kilometer dari kota itu. Dua hari perjalanan akhirnya membawa kami di jarak pandang stasiun, tempat kami menginap. Kiev sedang dievakusi. Saat kami berkunjung ke kantor pusat serikat buruh, tidak ada satu pejabat penting pun yang terlihat: mereka sedang bersiap kabur jika terjadi “desakan revolusioner”. Ada banyak spekulasi apakah Bolshevik akan membebaskan tahanan politik sebelum menyerahkan kota itu, karena musuh pasti akan membunuh semua kaum revolusioner yang jatuh ke tangan mereka. Di jalanan keceriaan atas kepergian komunis bercampur dengan kebencian akan Polandia.
Bangun pagi hari pada pukul 9 (berdasarkan aturan waktu yang baru, pukul 7 berdasarkan matahari) aku terkejut karena tidak menemukan pakaian-pakaianku di tempat biasanya. Aku pikir teman-temanku yang bergurau, jadi aku membangunkan mereka. Semua barang-barang pribadiku hilang: kami telah dirampok! Pencuri jelas masuk melalui jendela lorong yang terbuka; jejak kaki telanjangnya masih membekas di tanah yang basah oleh hujan. Kami yakin pencurian itu dilakukan oleh milisi yang menjaga tempat penimbunan kayu, beberapa puluh meter dari gerbon kami. Saat itu malam yang disinari purnama. Tidak ada seorang pun yang dapat memanjat ke jendela tanpa terlihat oleh penjaga. Itu tindakan putus asa, karena pencuri saat ini bisa dihukum mati. Pertanyaan-pertanyaan dan penyelidikan yang kami ajukan ke tentara gagal mengungkap pencurian itu, dan di dalam hati kami merasa lega. Kehilangan barang, sebesar apa pun nilainya, tidak sebanding dengan nyawa manusia.
Dalam kegelapan, kelompok kecil kami duduk mengelilingi meja, kami bertukar cerita. Hari ini adalah ulang tahun pertama pembebasanku dari penjara Federal. Satu tahun yang penuh pengalaman: hari-hari yang padat dengan agitasi anti wajib militer dan menentang pembantaian dunia, penangkapan dan penahanan di Pulau Ellis, pengusiran rahasia, dan kemudian…Rusia, bersama kehidupan dalam periode revolusi.
Dengan rasa penasaran yang menyentuh terhadap segala hal tentang Amerika, kawan-kawan Rusia kami larut dengan kisahku. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, adalah simbol akan dunia yang begitu jauh bagi mereka. Walau secara teoritis mereka mengenal industrialisme Amerika, keyakinan mereka akan negara itu sebagai “merdeka” masih tradisional, kukuh, dan mereka terkejut saat mendengar fakta-fakta tentang kehidupan ekonomi dan politik kami. Terbiasa dengan pikiran tentang “orang Amerika” yang secara umum perlente dan bergaya, dengan sentuhan sikap tak bertanggungjawab yang manusiawi, bagi mereka hampir sama dengan “kegilaan yang menarik”, dan mereka sangat terkejut mendengar kisah tentang penjara dengan siksaan pengasingan, sel bawah tanah, dan rantai pengikat yang kami sebut sebagai “bull ring”. Di bawah rezim Tsar yang paling kejam sekali pun, mereka meyakinkan aku, tahanan politik mendapatkan perlakuan lebih baik, bahkan di penjara terburuk seperti Petropavlovsk dan Schlusselburg.
“Apakah mungkin,” Sekretaris Ekspedisi bertanya untuk ketiga kalinya, “di dalam budaya Amerika yang bebas, seorang tahanan dipenjara selama bertahun-tahun dalam sel pengasingan, dijauhkan dari olahraga dan pengunjung?”
Hanya setahun lalu, tetapi terasa begitu jauh dari saat ini!
Kereta panjang artileri bergerak cepat menembus kegelapan: tentara revolusi ditarik mundur dari semua front. Lagu yang dinyanyikan tentara, kadang dalam bahasa Rusia, kadang dalam bahasa Ukraina, menyayat hati dengan kesedihan yang berat, saat kereta kami melaju lamban menembus
tanah datar Ukraina utara.
**
21 Oktober.—Hari yang cerah dan dingin. Salju pertama musim ini jatuh ke tanah, Moskow menghadirkan pemandangan yang akrab, dan aku merasa berada di rumah setelah pergi lama.
Dengan bersemangat aku menyerap berita di Komisariat Urusan Luar Negeri. Pasukan ke-12 telah dengan gegabah mundur dari Warsawa, tetapi pasukan Polandia tidak mengejar. Sekarang secara resmi telah disadari betapa serius dan mahalnya kesalahan menggelar perang itu, dan betapa tidak berdasarnya harapan akan terjadinya revolusi di Polandia. Diharapkan akan segera ada perdamaian tanpa harus ada pengorbanan yang lebih besar di Rusia.
Ada kabar yang lebih menggembirakan dari garis depan yang lain. Siberia timur telah dibersihkan dari sisa terakhir pasukan Kolchak di bawah panglima perang Ataman Semyonov. Di Crimea pasukan Wrangel hampir seluruhnya dihancurkan, tanpa menyebutkan sedikit pun peran Makhno. Jauh dari peran membantu pasukan kontrarevolusi, seperti yang awalnya diberitakan, para pemberontak petani itu bergabung dalam perang melawan jenderal Putih. Perkembangan itu adalah hasil dari perjanjian politik-militer antara kaum Bolshevik dan Makhno, dengan syarat utama pembebasan segera para Anarkis dan pengikut Makhno yang dipenjara oleh Bolshevik, dan jaminan kebebasan bicara dan pers bagi mereka di Ukraina. Telegram yang dikirim oleh Makhno, yang meminta agar aku dan Emma Goldman hadir dalam konferensi itu, tidak sampai kepada kami. Kantor Urusan Luar Negeri tidak mengirimkannya kepada kami.
Kekhawatiranku akan Henry Alsberg selesai sudah: dia sekarang aman di Riga, dia diizinkan keluar dari Rusia setelah pemulangan paksa dari selatan. Albert Boni dan Pat Quinlan ditahan tanpa alasan oleh Tcheka. Nyonya Harrison, tetanggaku saat di Kharitonensky, juga ditahan dengan tuduhan sebagai mata-mata Inggris. Nuorteva, perwakilan Soviet di New York, telah dideportasi dari Amerika dan sekarang menjadi kepala Biro Inggris dan Amerika di Kantor Urusan Luar Negeri. Rosenberg, sekretaris Tchicherin yang pemarah dan tidak memiliki sopan santun, yang berkuasa dan tak disukai siapa pun, akan segera pergi ke Timur Jauh, “dalam misi penting”, begitu dia berkata kepadaku. Secara tak sengaja, seakan-akan setelah berpikir dua kali, dia menyebutkan “pemakaman besok”, dengan kaget aku mengetahui kematian John Reed. Ekspedisi akan berangkat ke Petrograd malam ini, tetapi kami memutuskan untuk menundanya agar dapat memberi penghormatan terakhir pada teman kami.
Pemakaman baru di sepanjang dinding Kremlin, di seberang Lapangan Merah, tempat penghormatan terakhir bagi martir-martir revolusi. Aku berdiri di tepian, menopang Louise Bryant yang benar-benar lunglai karena sangat sedih. Dia pergi dengan tergesa dari Amerika untuk bertemu Jack—begitu panggilan sayang untuk John Reed—setelah begitu lama terpisah. Dia tak menemukan Jack di Petrograd, lalu pergi ke Moskow hanya untuk mendengar bahwa Jack telah diperintahkan pergi ke Baku untuk menghadiri Kongres Masyrakat Timur. Dia belum benar-benar pulih akibat pemenjaraan di Finlandia dan dia tidak mau melakukan perjalanan yang sukar tersebut. Tetapi Zinoviev memaksa; tidak mungkin tidak, ujar Zinoviev, harus ada orang Amerika yang terwakili, dan bagai tentara Partai Komunis yang setia, Jack mematuhi perintah itu. Tetapi kondisinya yang semakin melemah tidak dapat menanggung perjalanan panjang di wilayah Rusia, terlebih lagi dia mengalami infeksi yang fatal. Reed dibawa kembali ke Moskow dalam keadaan kritis. Walau dia ditangani oleh dokter terbaik, Reed akhirnya wafat pada 16 Oktober.
Langit diselimuti awan kelabu . Hujan dan butiran es berjatuhan. Di tengah oraang-orang yang memberikan pidato perpisahan, hujan mengguyur peti mati Jack, seakan-akan ikut memaku setiap kalimat yang diucapkan orang-orang ke peti mati itu. Jernih dan bulat bagai butir air, ucapan dari mereka yang berpidato jatuh di telinga pada pendengar tanpa arti sama sekali. Louise terpuruk di tanah basah. Dengan susah payah aku membangunkannya, nyaris memaksanya agar dia berdiri. Dia tampak sangat terpukul, tak menghiraukan ucapan-ucapan penghormatan dari orang-orang Partai
Komunis. Bukharin, Reinstein, dan perwakilan-perwakilan Komunis dari Eropa dan Amerika mengucapkan selamat jalan kepada mendiang penjaga revolusi dunia itu, sementara Lousie dengan putus asa memeluk peti mati pasangannya. Hanya pemuda Feodosov, yang dikenal dan menyayangi Jack dan berbagi kamar dengannya, memancarkan kehangatan di tengah hujan butiran es. Kollontay membicarakan betapa Jack memiliki jiwa ksatria dan murah hati. Dengan ucapan yang menyayat hari perempuan itu bertanya pada dirinya sendiri: bukankah Jack menjadi korban pengabaian dalam ikatan persaudaraan ini?
Di ibukota kami melihat teman-teman kami dalam kegamangan yang luar biasa. Kaum Bolshevik dituduh telah mengkhianati perjanjian dengan Makhno. Tak lama setelah para pemberontak petani itu membantu Bolshevik mengalahkan Wrangel, Trotsky memerintahkan agar pasukan Makhno dilucuti. Mereka dikepung dan diserang Tentara Merah, tetapi berhasil meloloskan diri, dan sekarang perang terbuka telah dikobarkan lagi. Sementara itu kaum Anarkis, yang tidak mengetahui perkembangan yang terjadi, dikumpulkan dari seluruh pelosok negeri di Kharkov, tempat sebuah konferensi akan dilaksanakan pada 1 Desember, menyambut perjanjian damai Makhno dengan Bolshevik. Semuanya, bersama Anarkis lokal, ditangkap, di antara mereka terdapat dua temanku, Volin dan Baron, yang terkenal dengan idealismenya yang tinggi dan pengabdian mereka terhadap revolusi. Kami sungguh ketakutan akan keselamatan mereka.