Bab XXIX

Mitos Bolshevik

(Diary 1920–1922)

Alexander Berkman


Terbit: Sebagai pamplet oleh
Teks asli: oleh
Proofed: oleh

Terbit dalam bahasa Indonesia:
Terjemah: 
Proofreading terakhir: 


Bab XXIX

Kiev

Krestchatik, nama jalan utama Kiev, berdenyut dengan kehidupan yang intens. Lurus bagai anak panah, terlentang di hadapanku, jalan besar itu merentang sampai jauh dan akhirnya menghilang di Taman Kupetchesky yang luar biasa, yang tadinya lambang kebanggaan kota ini. Kota kuno, bersama badai waktu dan manusia yang gigih melawan, Kiev berdiri begitu indah bagai lukisan, mosaik berbagai jenis daun yang berwarna-warna, katedral-katedral keemasan dan kuil-kuil berarsitektur eksotis, gunung-gunung hijau menjulang di tepi Sungai Dnieper yang mengalir megah di bawahnya.

Hari-hari belakangan ini membuka lagi ingatan kota tua ini akan berbagai peristiwa yang disaksikannya berabad-abad lalu, ketika Mongol dan Tartar, Cossack, orang-orang Polandia, dan suku-suku yang kejam berperang untuk merebutnya. Tetapi lebih banyak lagi pertumpahan darah dan kebiadaban yang terjadi kemudian. Pendudukan pasukan-pasukan asing, Jerman, Magyar, dan Austria, suku asli Gaidamaki, Polandia, Rusia—masing-masing menjadikan kota ini ladang pembantaian. Skoropadsky, Petlura, Denikin, bagai para panglima perang orang-orang buas dalam dongeng-dongeng yang ditulis Gogol, saling bersaing dalam mengisi Sungai Dnieper dengan darah dalam hari-hari terkelam bangsa Rusia.

Betapa hebatnya kekuatan manusia! Sangat mengganggu, tetapi terberkahilah ingatan manusia yang sangat pendek! Hari ini kota ini tampak cerah dan damai—terlupakanlah semua pembantaian, terlupakanlah semua pengorbanan hari kemarin.

Jalanan, penuh dengan gerakan dan warna, sangat kontras dengan kekelaman kota-kota utara. Toko-toko dan restoran-restoran buka, dan toko-toko roti memamerkan priozhniye yang lezat, rasa manisnya sangat disukai orang Rusia. Sebagian besar iklan-iklan bisnis masih berada di tempatnya, sebagian dalam bahasa Rusia, sebagian lagi dalam bahasa Ukrainia, yang terakhir itu mendominasi sejak keluarnya dekrit terkenal dari Skoropadsky, ketika dalam semalam semua papan pengumuman harus “di-Ukrainia-kan”. Jalan-jalan besar terasa hidup dengan lalu-lalang manusia, kaum perempuannya lebih besar dan kurang cantik jika dibandingkan dengan di Kharkov, kaum prianya tampak dingin, berat, tak menarik.

Sudah sebulan sejak pasukan Polandia meninggalkan kota ini, dan kaum Bolshevik belum punya waktu untuk menegakkan rezim secara penuh. Tetapi laporan-laporan tentang penghancuran yang dilakukan pasukan Polandia, yang sangat ramai beredar di Moskow, ternyata tak terbukti. Hanya sedikit kerusakan yang dilakukan oleh musuh, kecuali peledakan beberapa jembatan kereta api di tepian-tepian kota. Katedral Sofisky dan Kuil Michailovsky yang terkenal tetap berdiri megah tak terganggu. Protes Tchicherin terhadap dunia atas “vandalisme luar biasa” yang dilakukan terhadap bangunan kuno itu ternyata tak beralasan.

Lembaga-lembaga Soviet menampilan potret akrab berpola Moskow: kumpulang orang-orang yang lesu, kelelahan, tampak lapar, dan abai. Tipikal dan menyedihkan. Lorong-lorong dan kantor-kantor dipenuhi para pemohon yang meminta izin untuk melakukan sesuatu atau dikecualikan untuk melakukan ini dan itu. Labirin aturan-aturan baru begitu rumit, para pejabat lebih memilih cara paling mudah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang membingungkan dengan “cara revolusioner”, secara “sadar diri”, yang umumnya menyebabkan ketidakpuasan para pemohon.

Antrean panjang terjadi di mana-mana, dan banyak tulisan dan pertukaran “surat-surat” dan dokumen-dokumen oleh barishni (gadis) Soviet, yang menggunakan sepatu hak tinggi, yang berlalu-lalang di setiap kantor. Mereka menghembuskan asap rokok dan dengan bersemangat mendiskusikan keuntungan-keuntungan biro-biro tertentu yang diukur dari jumlah jatah makanan yang diberikan, simbol kehadiran Soviet. Buruh dan petani, tak berpenutup kepala, mendekati meja-meja panjang. Dengan penuh hormat, bahkan nyaris membungkuk, mereka mencari informasi, memohon untuk sebuah “perintah” untuk mendapatkan baju, atau “tiket” untuk mendapatkan sepatu bot. “Aku tidak tahu,” “Di kantor berikutnya,” “Datang lagi besok,” adalah jawaban yang biasanya terucap. Terjadi protes dan kekecewaan, dan permohonan untuk perhatian dan nasehat. Kadang-kadang seseorang di antrian, setelah berhari-hari upaya tanpa hasil, hilang kesabaran, dan makian-makian asli Rusia memenuhi ruangan, melebihi suara bising dan asap rokok. Tetapi ketika sang komisar masuk dengan tergesa, datang terlambat karena rapat Komite Partai, orang-orang minggir, dan para barishni tampak sibuk dengan tugas-tugasnya. Komisar itu tampak lelah dan khawatir: di atas meja kerjanya bertumpuk surat-surat yang menunggu perhatiannya, dan dalam sejam dia sudah ditunggu untuk rapat lainnya. Pemohon yang beruntung untuk berbicara dengannya, gembira jika ada tindakan terhadap kasus yang dia laporkan.

Industri sedang lesu, terutama karena kekurangan bahan baku dan batu bara. Perintah untuk memiliterisasi buruh diterapkan dengan sangat keras; para buruh di bengkel-bengkel dan pabrik-pabrik benar-benar terikat pada tempat-tempat tugas mereka. Tetapi mesin-mesin diabaikan, sebagian besar tidak mungkin lagi diperbaiki, dan terjadi kekurangan para ahli yang mampu memperbaikinya. Orang-orang berada di pos masing-masing, berpura-pura bekerja, tetapi sebenarnya mereka tak berbuat apa-apa atau malah terlibat dalam produksi rahasia korek api, kunci, grendel, dan benda-benda lain untuk kebutuhan pribadi atau untuk dijual sendiri.

Banyak pabrik yang sepenuhnya tutup; sebagian yang lain beroperasi dengan hasil minimal. Pengolahan-pengolahan gula, industri terpenting di tenggara, beroperasi dengan defisit yang hebat. Akibat devaluasi total uang Soviet, negara akhirnya membayar para buruh dengan produk, terutama dengan gula yang berasal dari cadangan lama. Dalam pencarian dokumen-dokumen untuk kebutuhan museum, aku mengumpulkan statistik-statistik resmi yang menunjukkan untuk memproduksi sekitar 40 pon gula, pemerintah menghabiskan 35, bahkan seringkali 55 pon gula lama. Para pejabat menyadari situasi yang serius itu, tetapi mereka sendiri merasa tidak dapat berbuat apa-apa. Sebagian bersikap skeptis, yang lainnya dengan karakter rasial yang mematikan, berkelindan di tempat pengolahan.

Di departemen-departemen sipil dan militer terlihat aktivitas yang sibuk, tetapi secara menyedihkan tak terorganisasi. Hampir setiap cabang bekerja secara independen, tanpa ada hubungan dengan lembaga-lembaga Soviet lainnya, seringkali dengan pengabaian sepenuhnya dan bahkan dengan penentangan terhadap kebijakan-kebijakan dan target-target lembaga-lembaga eksekutif. Hasilnya adalah insiden-insiden yang menarik. Kemudian Ketua Komite Eksekutif Seluruh Ukrainia mengirim telegram berisi permintaan kepada seluruh lembaga Soviet untuk membantu kerja ekspedisi kami, sementara Sekretaris Partai di saat yang sama mengeluarkan perintah yang menentang kami, mengutuk misi kami sebagai upaya untuk mencuri dokumen-dokumen sejarah Ukrainia, dan mengancam untuk menyita material yang telah kami kumpulkan.

Serikat Buruh Soviet menempati gedung besar di Krestchatik yang tadinya adalah Hotel Savoy. Pada 1918 dan 1919 lembaga itu memainkan perang penting, tugasnya melingkupi seluruh bidang kepentingan proletariat dan kewenangannya berdasarkan pada keinginan massa industrial. Tetapi secara bertahap Soviet merebut kekuasaan itu, pemerintah mengambil alih fungsi-fungsi esensialnya, dan mengubah serikat-serikat buruh menjadi cabang eksekutif dan administratif alat-alat negara. Prinsip-prinsip pemilihan telah dihapuskan dan diganti dengan penunjukan komunis.

Kantor pusat buruh itu sedang dalam kebingungan yang luar biasa. Seperti di Kharkov, seluruh Soviet dan sebagian besar dewan pengatur warga lokal baru-baru ini “dilikuidasi” dengan tuduhan sebagai Menshevik atau pihak yang tidak simpatik terhadap kaum komunis, dan pejabat-pejabat baru ditunjuk oleh Moskow. Atmosfer penuh tekanan dan kegugupan yang serupa terasa di serikat-serikat buruh seperti juga di lembaga-lembaga pemerintah. Kaum Bolshevik tidak merasa aman di kota, dan beredar rumor-rumor tentang kemunduran pasukan komunis di garis depan Polandia, tentang pasukan Wrangel yang bergerak maju dari Crimea, tentang Odessa yang direbut oleh pasukan Putih, dan tentang aktivitas Makhno di sekitar Kiev.

Dalam tugasku, aku berhubungan dengan T, seorang komunis Ukrainia, yang sebelumnya aku jumpai pada musim dingin di Kharitonensky sebagai seorang anggota delegasi yang datang ke Moskow untuk memohon kemerdekaan yang lebih luas dan hak penentuan nasib sendiri bagi Ukrainia. Dia separuh baya, lulusan universitas dan seorang revolusioner yang berulang kali dipenjara selama rezim Romanov. Seorang anggota borodbist (Revolusioner Sosialis Kiri Ukrainia) yang aktif, dia mengikuti aturan partainya saat partai itu bergabung dengan komunis.

Tetapi dia memiliki “opini pribadi” yang, sejak lama dia sembunyikan, dan mencari cara untuk melontarkannya. “Aku tak keberatan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan ini denganmu,” ucapnya, dengan penekanan pada kalimat, “walau aku tahu kau bukan seorang komunis—”

“Tetapi aku seorang komunis,” aku memotongnya, “memang bukan seorang Bolshevik atau pendukung pemerintahan, tetapi seorang anarkis komunis yang merdeka.”

“Bukan komunis dari jenis kami. Tetap, kau seorang revolusioner lama. Aku mendengar banyak hal tentangmu di Moskow, dan aku dapat menyebutmu kamerad. Aku tidak sepaham denganmu, tentu saja, tetapi aku juga tidak sepaham dengan kebijakan-kebijakan partaiku. Ukrainia bukan Rusia—adalah sebuah kesalahan besar ‘pusat’ memperlakukan kami seakan-akan kami orang Rusia. Kami dapat memenangkan dukungan masyarakat kepada kami dengan mendapatkan otonomi yang lebih luas dan kemerdekaan yang lebih luas. Partai Ukrainia kami telah melakukan setiap upaya untuk meyakinkan Moskow dalam persoalan ini, tetapi tak berhasil. Kami sebuah republik tetapi hanya namanya saja, kenyataannya kami hanya sebuah provinsi Rusia.”

“Kau menginginkan kemerdekaan yang sepenuhnya?”

“Tidak. Kami menginginkan berfederasi dengan Federasi Republik Sosialis Soviet Rusia, tetapi bukan sebagai jajahan. Kami adalah kaum komunis yang baik seperti mereka di Moskow, tetapi pengaruh kami di sini akan lebih besar jika kami dibebaskan untuk bertindak. Kami mengetahui dengan lebih baik kondisi-kondisi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat daripada yang dipahami oleh mereka yang duduk di Kremlin. Ambil contoh, penghentian seluruh manajemen serikat baru-baru ini. Itu membuat seluruh elemen buruh menentang kami. Hal serupa terjadi di lembaga-lembaga Soviet lainnya. Baru kemarin seorang sopir mengeluh kepadaku tentang ‘metode Moskow’. Orang itu diperintahkan ke garis depan, tetapi istrinya baru saja meninggal, meninggalkan anak lelakinya yang cacat untuk dia urus. Dia telah mencoba membawa anaknya ke beberapa rumah sakit atau rumah, tetapi permohonannya, yang ditulis dalam bahasa Ukrainia, dikembalikan kepadanya dengan perintah ‘tulis dalam bahasa Rusia’. Dan surat itu dikembalikan kepadanya setelah dua hari menunggu! Sekarang lelaki itu harus bergabung dengan resimennya dalam dua hari. Kau merasa heran orang-orang itu membenci kami? ‘Pusat’ mengabaikan saran-saran kami, dan kami tidak memiliki kekuatan.”

Sikap kritis terhadap Moskow terjadi secara umum di antara kaum komunis Ukrainia. Seringkali, yang membuatku terkejut dan waspada, aku mencium sikap antisemit yang jelas dalam penolakan mereka atas dominasi Kremlin. Anekdot-anekdot dan guyonan-guyonan yang beredar di lembaga-lembaga Soviet memiliki semangat itu, walau beberapa tidak terdengar bodoh. Di tengah masyarakat secara luas kebencian terhadap Yahudi sangat terasa, walau ekspresi yang aktif masih disembunyikan. Tetapi tidak jarang terjadi insiden seperti yang terjadi pagi ini di Podol, distrik proletariat di kota ini, di mana seorang lelaki mengamuk di pasar, dengan pisau d tangan, berteriak, “Bunuh semua Yahudi, selamatkan Rusia!” Dia menikam beberapa orang sebelum akhirnya dilumpuhkan. Kabarnya lelaki itu gila karena kelaparan dan penyakit, tetapi sentimen-sentimen dia sayangnya terlalu populer untuk sebuah penjelasan seperti itu.

Kiev, di jantung sebuah bekas ghetto (pemukiman kumuh warga Yahudi), masih mendapatkan peningkatan populasi Yahudi, yang datang ke ke kota besar dengan harapan menemukan keamanan dari gelombang penyiksaan dan pengusiran yang menyapu wilayah itu sejak 1917. Siapa pun yang menjadi penguasa—dengan pengecualian kaum Bolshevik—kaum Yahudi selalu menjadi korban pertama, dan selamanya menjadi korban. Sudah menjadi opini umum bahwa Dinikin dan pasukan Polandia yang paling brutal dan kejam. Di bawah kekuasaan Polandia, Kiev tidak bebas dari tindakan-tindakan antisemit, dan di Podol penyiksaan dan pengusiran sering terjadi.

Di perpustakaan kota, dalam sebuah publikasi yang ditulis oleh seorang lelaki yang memiliki pengetahuan sastra dan intelektual yang kuat, aku membaca, “Penyiksaan dan pengusiran Yahudi memang menyedihkan, tetapi jika itu satu-satunya cara untuk mengusir kaum Bolshevik, maka kita harus melakukan penyiksaan dan pengusiran itu.”