Bab XIII

Mitos Bolshevik

(Diary 1920–1922)

Alexander Berkman


Terbit: Sebagai pamplet oleh
Teks asli: oleh
Proofed: oleh

Terbit dalam bahasa Indonesia:
Terjemah: 
Proofreading terakhir: 


Bab XIII

Lenin

9 Maret.—Kemarin Lenin mengirimkan mobilnya untukku, dan aku mengendarainya ke Kremlin. Waktu telah berubah, memang. Benteng dinasti Romanov itu kini menjadi rumah sang Ilyitch—nama keluarga Lenin—juga rumah bagi Trotsky, Lunatcharsky, dan orang-orang penting komunis. Kremlin dijaga layaknya di zaman Tsar: tentara bersenjata di setiap gerbang, di setiap gedung dan jalan masuk, memeriksa siapa pun yang masuk dan dengan jeli memeriksa dokumen-dokumen.

Dari luar segalanya tampak seperti dulu, tetapi aku merasakan sesuatu yang berbeda di atmosfernya, sesuatu yang simbolis tentang perubahan besar yang telah terjadi. Aku merasakan semangat baru dalam tampilan orang-orang, sebuah niat baru dan energi besar yang mencari penyaluran, tetapi membuat mereka lelah sendiri dalam perjuangan yang kacau-balau melawan berlapis-lapis rintangan.

Bagai punggawa yang mengelilingiku, berbagai pikiran memenuhi kepalaku, menjadi mesin yang menggerakanku cepat ke ruangan orang besar Rusia itu. Dengan perasaan amat lega terbayangkan pengalamanku di negeri

Revolusi ini. Aku menyaksikan banyak kesalahan dan kejahatan, kecenderungan yang berbahaya ke arah birokrasi, ketidaksetaraan dan ketidakadilan. Tetapi Rusia—aku yakin—akan tumbuh mengalahkan kejahatan-kejahatan itu dengan kembalinya kehidupan yang tertata, jika Sekutu mau menghentikan campur tangannya dan menarik blokade.

Hal yang penting, Revolusi ini bukan sekadar politik, tetapi bersifat sangat sosial dan ekonomis. Memang benar beberapa kepemilikan pribadi masih ada, tetapi keberadaannya tidak begitu berarti. Sebagai sistem, kapitalisme telah tercabut akarnya, dan itu pencapaian besar revolusi ini. Walau demikian Rusia harus belajar untuk bekerja, untuk menerapkan energinya, untuk menjadi efektif. Negeri ini tidak boleh menunggu bantuan ajaib dari luar, dari revolusi-revolusi di Barat. Negeri ini harus mengorganisasikan sumber-sumber dayanya sendiri, meningkatkan produksi, dan memenuhi kebutuhan mendasar rakyatnya. Di atas segalanya, kesempatan untuk melatih inisiatif dan kreativitas warga akan begitu menantang.

Lenin menyambutku dengan hangat.

Tinggi tubuhnya di bawah rata-rata dan botak. Matanya yang biru dan sipit menunjukkan tatapan yang tegas, dengan sinar misterius di sudut dua mata itu. Penampilannya tipikal bangsawan Rusia, dan dia bicara dengan aksen yang tidak biasa, nyaris seperti akses Yahudi.

Kami berbicara dalam bahasa Rusia. Lenin mengatakan dia dapat membaca tulisan Inggris tetapi tidak bisa berbicara dalam bahasa itu, walau sebenarnya aku pernah mendengarnya berbicara dengan delegasi Amerika tanpa penerjemah. Aku menyukai wajahnya—menunjukkan keterbukaan dan kejujuran, dan tidak ada tampilan yang kurang darinya.

Sikapnya bebas dan percaya diri. Dia menunjukkan kesan sebagai laki-laki yang begitu yakin dengan tindakannya dan tidak ada ruang untuk keraguan dalam rsetiap reaksinya. Jika ada jejak Hamlet di dirinya, itu mewujud pada sikap pasif karena logika dan alasan yang tegas.

Kekuatan Lenin adalah intelektual, buah dari kesaksian akan sikap alamiah yang tidak imajinatif. Sedangkan Trotsky orang yang berbeda. Aku ingat pertemuan pertama dengan Trotsky di Amerika, di New Yok, pada masa rejim Karensky. Dia menunjukkan kesan sebagai orang yang berkarakter kuat secara alamiah, bukan karena kesaksian. Seseorang yang sanggup untuk tetap tegak walau dia merasa dirinya di pihak yang salah.

Kediktatoran proletariat sangat vital, tegas Lenin. Itu adalah periode sine qua non dalam revolusi, dan harus didukung oleh semua orang dan semua tindakan.Aku mendebatnya, bahwa inisiatif warga dan ketertarikan yang aktif sangat esensial bagi kesuksesan revolusi. Lenin menjawab, hanya Partai Komunis yang mampu membawa Rusia keluar dari kekacauan kecenderungan-kecederungan dan konflik-konflik kepentingan. Kebebasan, ucapnya, adalah kemewahan yang tidak dapat diijinkan di tahapan revolusi ini. Saat revolusi dalam situasi berbahaya, baik di luar maupun di dalam, maka kebebasan bicara harus dikekang. Konsep kebebasan saat ini merupakan konsep borjuis. Ideologi kelas menengah kecil mengacaukan revolusi dengan kebebasan, padahal kenyataannya revolusi adalah masalah mengamankan kekuasaan proletariat. Musuh-musuhnya harus dihancurkan, dan semua kekuatan harus terpusat di negara komunis. Dalam proses ini pemerintah seringkali harus melakukan tindakan yang tidak mengenakan, tetapi itu karena situasinya yang mendorong seperti itu, dan tidak boleh ada kompromi. Dalam perjalanan waktu metode-metode itu akan dihilangkan, saat sudah tidak lagi dibutuhkan.

“Kaum petani tidak menyukai kami,” Lenin berdecak, seakan-akan pada sesuatu yang menyenangkan. “Mereka terbelakang dan sangat dipengaruhi oleh ide kepemilikan pribadi. Semangat seperti itu harus dilemahkan dan dimusnahkan. Selain itu, sebagian besar tidak bisa membaca, walau kami telah membuat kemajuan dalam pendidikan di desa-desa. Mereka tidak mengerti kami. Saat kami mampu memenuhi tuntutan mereka untuk pelaksanaan pertanian, garam, paku, dan kebutuhan lainnya, mereka akan ada di pihak kami.. Kerja yang lebih keras dan produksi yang lebih banyak—itu yang sangat kami butuhkan.”

Tentang Resolusi Anarkis Moskow, Lenin berkata, Komite Eksekutif telah membahasnya, dan akan segera mengambil tindakan. “Kami tidak menghukum ide-ide kaum anarkis,” tegasnya, “tetapi kami tidak akan memberikan toleransi pada pemberontakan bersenjata atau agitasi dari mereka.”

Aku menyarankan pembentukan organisasi biro untuk penerimaan, pengklasifikasian, dan distribusi para pelarian politik dari Amerika. Lenin menyetujui rencanaku dan menyambut kesediaanku untuk bekerja di organisasi itu. Emma Goldman telah mengusulkan pendirian Liga Sahabat Rusia untuk Kemerdekaan Amerika untuk membantu gerakan revolusioner di Amerika, dan dengan itu pula akan membayar utang Rusia kepada Sahabat Amerika untuk Kemerdekaan Rusia, yang tahun-tahun lalu telah memberikan dukungan moral dan material yang besar untuk mendukung gerakan revolusioner Rusia. Lenin berkata, kelompok semacam itu di Rusia akan bekerja di dalam dukungan Internasional Ketiga.

Kesan keseluruhan yang aku dapat, bahwa Lenin orang yang memiliki pandangan yang jelas dan tujuan yang tegas. Dia bukan orang yang besar secara fisik, tetapi orang yang memiliki pikiran dan keinginan kuat. Orang yang logis dan tidak emosional. Lentur secara intelektual, dan cukup berani untuk melaksanakan metodenya berdasarkan kebutuhan situasi, tetapi selalu melihat tujuan akhirnya dengan jelas.

Dia seorang “idealis praktis” yang mengikat dirinya pada upaya mewujudkan mimpi komunisnya dengan segala cara, dan menomorduakan pertimbangan-pertimbangan etis dan kemanusiaan. Lenin adalah lelaki yang dengan jujur merasa yakin metode yang jahat dilakukan untuk tujuan yang baik dan akan dibenarkan oleh tujuan itu. Seorang Jesuit di dalam revolusi yang akan memaksa manusia untuk merdeka dalam kerangka interpretasinya atas teori Marx. Dalam kalimat yang pendek, Lenin adalah revolusionis yang terus melaju, seperti yang dikatakan Netchayev: seorang yang sanggup mengorbankan sebagian besar manusia—jika dibutuhkan—untuk menjamin kemenangan revolusi sosial.

Seorang fanatik? Tampaknya begitu. Tetapi apalah artinya fanatik kecuali seorang lelaki yang keyakinannya tidak diragukan lagi? Adalah keyakinan yang sanggup memindahkan gunung. Adalah keyakinan yang akan menyelesaikan niat. Revolusi tidak dibuat oleh Hamlet. “Orang besar” tradisional, konsep saat ini tentang “watak hebat” mungkin akan memberi dunia ide-ide baru, visi yang agung, dan inspirasi. Tetapi orang yang “melihat setiap sisi” tidak dapat memimpin, tidak mampu mengendalikan. Orang semacam itu terlalu sadar pada ketidaksesuai semua teori, bahkan pada pikiran itu sendiri, untuk menjadi seorang petarung.

Lenin seorang petarung—setiap pemimpin revolusi harus menjadi petarung. Dalam sisi ini Lenin hebat—keajekan bersama dirinya sendiri, pikirannya yang tegas, sikap positifnya, adalah sebuah pengorbanan diri, tetapi juga kejam kepada orang lain, demi jaminan penuh bahwa hanya rencananya sendiri yang dapat menyelamatkan umat manusia.