Bab X

Mitos Bolshevik

(Diary 1920–1922)

Alexander Berkman


Terbit: Sebagai pamplet oleh
Teks asli: oleh
Proofed: oleh

Terbit dalam bahasa Indonesia:
Terjemah: 
Proofreading terakhir: 


Bab X

Bertamu ke Peter Kropotkin [7]

Kropotkin tinggal di Dmitrov, kota kecil sekitar 60 kilometer dari Moskow. Walau jalur kereta ke kota itu bagus, aku tidak pernah berpikir untuk melakukan perjalanan dari Petrograd ke Dmitrov. Tetapi kemudian aku mengetahui Pemerintah telah membuat kebijakan khusus yang mengizinkan Lansbury untuk mengunjungi Kropotkin, dan aku bersama dua kawan yang lain ikut mengambil kesempatan itu.

Sejak tiba di Rusia aku telah mendengar berbagai rumor yang saling bertentangan tentang Peter Tua. Beberapa orang mengklaim dia membantu kaum Bolshevik; beberapa orang lainnya menuding dia berseberangan dengan Bolshevik. Ada juga yang mengabarkan dia tinggal dalam lingkungan yang memuaskan, tetapi yang lain mengatakan dia tinggal dalam situasi kelaparan.

Aku benar-benar ingin mengetahui kebenaran yang sesungguhnya dan ingin bertemu dengan guruku itu secara pribadi. Di tahun-tahun yang lampau aku melakukan korespondensi secara sporadis dengan dia, tetapi kami tidak pernah bertemu.

Aku mengagumi Kropotkin sejak aku remaja, saat untuk pertama kalinya aku mendengar namanya dan menjadi pengagum tulisan-tulisannya. Satu insiden, secara khusus telah menciptakan kesan yang mendalam di diriku.

Saat itu sekitar tahun 1890, saat gerakan anarkis masih dalam awal pertumbuhan di Amerika. Saat itu kami masih sedikit jumlahnya, para lelaki dan perempuan muda yang dibakar oleh semangat idealisme yang sublim, dan dengan bergairah menyebarkan keyakinan baru di populasi perkampungan kumuh di New York.

Kami menyelenggarakan pertemuan-pertemuan di aula yang kotor di Orchard Street, tetapi kami menganggap kerja kami sangat berhasil, karena setiap pekan orang yang datang ke pertemuan kami semakin banyak, banyak ketertarikan yang termanifestasikan dalam pengajaran revolusioner, dan berbagai pertanyaan penting didiskusikan sampai malam, dengan keyakinan dan pandangan yang segar. Bagi sebagian besar dari kami, nampaknya kapitalisme sudah hampir mencapai batas kekejamannya, dan revolusi sosial tidak akan lama lagi terjadi.

Tetapi ada pertanyaan-pertanyaan sulit dan masalah-masalah yang terasa buntu dalam gerakan yang sedang tumbuh itu, yang tidak dapat kami atasi dengan memuaskan. Sampai akhirnya kami membutuhkan mahaguru kami, Kropotkin, untuk hadir bersama kami, walaupun hanya sebentar, dan memintanya untuk menjelaskan hal-hal yang rumit dan memberi kami bantuan intelektual dan inspirasi. Lebih jauh lagi, kehadiran dia pasti akan merangsang gerakan!

Kami memutuskan untuk mengurangi jatah biaya hidup dan menyumbangkan pendapatan kami, untuk membayar biaya yang dibutuhkan dalam mengundang Kropotkin ke Amerika. Hal tersebut kami diskusikan di pertemuan-pertemuan para kamerad yang paling aktif dan setia, dan semua sepakat dengan rencana besar itu. Kami mengirimkan surat yang panjang kepada guru kami itu, memintanya untuk datang dan melakukan tur kuliah di Amerika, sambil menekankan kebutuhan kami kepadanya.

Surat balasan yang negatif dari dia membuat kami terhenyak, karena kami begitu yakin dia akan menerima undangan itu, dan sangat yakin dengan pentingnya kedatangan dia. Tetapi kekaguman yang kami rasakan terhadapnya malah semakin besar ketika kami mengetahui motif dari penolakannya itu.

Kropotkin menjawab, dia sangat ingin datang, dan dia sangat menghargai semangat undangan kami itu. Dia berharap mengunjungi Amerika suatu hari di masa depan, dan dia akan sangat menikmati berada di tengah kamerad-kamerad yang begitu baik. Tetapi untuk saat ini dia tidak sanggup untuk hadir dengan biayanya sendiri, dan dia tidak mau menggunakan uang gerakan untuk tujuan itu.

Aku tertegun dengan jawaban itu. Sudut pandang dia, aku pikir, hanya dapat diterapkan dalam situasi yang khusus. Dalam kasus di, bagaimana pun, aku menganggapnya sebagai pengecualian, dan aku benar-benar kecewa dengan keputusannya untuk tidak datang. Tetapi bagiku, motif Kropotkin menjelaskan sikap dan kualitas lelaki itu. Aku melihatnya sebagai revolusioner yang ideal dan seorang anarkis.

***

Bertemu dengan pesohor biasanya mengecewakan, karena kenyataan jarang sesuai dengan imajinasi kita. Tetapi tidak begitu dalam kasus Kropotkin; baik secara fisik dan spiritual dia sesuai hampir tepat dengan potret mental yang aku bayangkan. Dia nampak mengesankan seperti di dalam foto-fotonya, dengan mata yang teduh, senyum yang manis, dan janggut yang lebat. Setiap saat Kropotkin memasuki ruangan, kehadirannya menerangi ruangan itu. Tanda seorang idealis begitu kuat mewujud pada dirinya, spritualitas personalnya hampir dapat dirasakan. Tetapi aku sangat terkejut dengan kondisi tubuhnya yang sangat kurus dan lemah.

Kropotkin mendapatkan jatah makanan seorang akademis, yang jauh lebih baik dari yang diterima warga biasa. Tetapi jatah itu jauh dari cukup untuk menopang hidup dan menjauhkannya dari hal buruk. Ketersediaan bahan bakar dan penerangan selalu menjadi kekhawatirannya. Musim dingin begitu kejam, dan kayu begitu terbatas, minyak tanah sangat sulit didapat, dan sebuah kemewahan jika menyalakan lebih dari satu lampu pada satu waktu. Berbagai kekurangan itu sangat dirasakan Kropotkin, dan melumpuhkan kerja menulisnya.

Keluarga Kropotkin beberapa kali mengalami penyitaan yang dilakukan pemerintah di Moskow, bahkan rumahnya pun disita untuk kepentingan pemerintah. Lalu mereka memutuskan untuk pindah ke Dmitrov. Jaraknya hanya 60 kilometer dari ibukota, tetapi rasanya seperti ribuan kilometer, jadilah Kropotkin terisolasi sepenuhnya. Teman-temannya jarang yang bisa datang berkunjung; kabar dari dunia Barat, karya-karya ilmu pengetahuan, dan terbitan-terbitan luar negeri tidak dapat diperoleh. Akhirnya Kropotkin merasa sangat kekurangan pertemanan intelektual dan relaksasi mental.

Aku begitu ingin mempelajari pandangannya tentang situasi Rusia, tetapi segera aku tersadar, Peter tidak merasa bebas mengekspresikan dirinya di hadapan seorang tamu dari Inggris. Akhirnya percakapan itu hanya berkisar pada hal-hal umum saja. Tetapi salah satu ucapannya sangat jelas, dan memberiku jawaban tentang sikapnya pada revolusi Bolshevik.

“Mereka telah menunjukkan,” ucapnya, mengacu pada kaum Bolshevik, “bagaimana revolusi seharusnya tidak dilakukan.”

Aku tahu, tentu saja, sebagai seorang anarkis Kropotkin tidak akan menerima posisi pemerintah mana pun, tetapi aku ingin tahu kenapa dia tidak berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Rusia. Walau sudah tua dan fisiknya lemah, nasihat dan sarannya akan sangat berharga bagi revolusi. Begitu juga dia akan memberikan pengaruh yang kuat dan mendorong gerakan anarkis. Di atas segalanya, aku tertarik untuk mendengar pikiran positifnya atas revolusi yang sedang berlangsung. Sejauh ini yang aku dengar dari kaum oposisi revolusioner sebagian besar kritis, dan kurang membangun.

Malam itu kami lewati dengan percakapan yang tidak nyambung, tentang aktivitas-aktivitas di garis depan pertempuran, kejahatan Sekutu dalam melakukan blokade, bahkan menolak bantuan obat-obatan untuk orang sakit, dan menyebarnya penyakit akibat kurangnya bahan pangan dan kondisi yang tidak higienis. Kropotkin nampak kelelahan, jelas dia merasa capek dengan kehadiran para tamu. Dia tua dan lemah, dan aku takut dia tidak akan hidup lebih lama dalam kondisi seperti ini. Jelas dia kekurangan nutrisi, walau dia mengatakan kaum anarkis Ukraina telah mencoba membantunya dengan mengirimkan terigu dan berbagai produk. Begitu juga Makhno, ketika masih berteman dengan kaum Bolshevik, telah mengirimkan bantuan makanan.

Kami pun segera pamit, menghabiskan malam di kereta yang tidak berangkat sampai pagi karena kekurangan bahan bakar. Kami tiba kembali di Moskow pada siang hari, dan melihat stasiun yang dipenuhi oleh para lelaki dan perempuan yang membawa gembolan, menunggu kesempatan untuk keluar dari kota yang kelaparan itu. Terlihat juga anak-anak, yang mengenakan pakaian compang-camping, mengemis roti.

“Mereka nampak sangat kedinginan dan membeku,” kataku kepada teman-teman.

“Tidak lebih buruk dari anak-anak di Austria,” jawab Lansbury, sambil mendekap jubah bulunya lebih lekat di tubuhnya.