Oposisi Pekerja Terhadap Bolshevik & Lenin: G.T. MIASNIKOV DAN GRUP PEKERJA

OPOSISI PEKERJA TERHADAP BOLSHEVIK & LENIN:

G.T. MIASNIKOV DAN GRUP PEKERJA (Bag.I)

Paul Avrich

 

(Russian Review, Vol. 43, 1984 hlm. 1–29)

 

GAVRIL ILYICH MYASNIKOV

Dalam tahun-tahun saat Lenin berkuasa, dari Oktober 1917 hingga kematiannya bulan Januari 1924, sejumlah grup membentuk dirinya di dalam Partai Komunis Russia—Demokratik Sentralis dan Oposisi Pekerja adalah yang paling terkenal—mengkritisi kepemimpinan Bolshevik yang meninggalkan prinsip-prinsip revolusi. Revolusi, sebagaimana yang digambarkan oleh Lenin dalam Negara dan Revolusi serta berbagai karya lainnya telah menjanjikan penghancuran negara birokrasi yang tersentralisir untuk kemudian digantikan dengan sebuah orde sosial baru, mengambil model dari Komune Paris 1871, di mana demokrasi langsung dari para pekerja akan direalisasikan. Fitur utama dari “negara komune” sebagaimana oleh Lenin disebutkan, adalah sebuah penolakan terhadap otoritas birokratik. Para pekerja sendiri yang akan mengurus kepemerintahan melalui organisasi-organisasi akar rumput, yang mana soviet-soviet adalah contoh terbaiknya. Kontrol dari pekerja, melalui komite-komite pabrik dan serikat-serikat pekerja, akan berfungsi serupa dalam kehidupan ekonomi, menggantikan kepemilikan privat dan manajemennya dengan sebuah sistem demokrasi industrial dan swa-administrasi di mana jajaran terendahnya akan menentukan nasib mereka sendiri. Kesalahan-kesalahan akan dibuat, Lenin mengaku, tetapi para pekerja akan belajar melalui pengalaman. “Hal yang terpenting,” ia deklarasikan, “adalah menyuntikkan di antara massa pekerja yang tertindas, rasa percaya diri atas kekuatan mereka sendiri.” Hal-hal tersebut adalah visi Lenin sebelum Oktober. Sekali ia meraih kekuasaan, bagaimanapun juga, ia melihat berbagai hal melalui sebuah perspektif yang berbeda. Dalam semalam, sebagaimana yang terjadi, para Bolshevik bertransformasi dari sebuah kekuatan revolusioner menjadi sebuah partai penguasa, dari sebuah organisasi yang mendorong aksi spontan melawan institusi-institusi yang eksis saat itu menjadi sesuatu yang melemahkan aksi-aksi tersebut. Sebagaimana waktu berlalu, lebih jauhnya lagi, mereka menghadapi berbagai kesulitan yang terus berkembang akibat perang sipil, dislokasi ekonomi, meningkatnya ketidakpuasan popular, kelelahan fisik yang tajam—yang mengancam hidup mereka. Lenin dan Komite Sentral berusaha mencari cara untuk mengatasi masalah-masalah massa di sekeliling mereka. Partai oposisi dan pemberontak telah menjadi partai disiplin dan pengatur. [2]

 

Di bawah tekanan yang semakin berat, kepemimpinan Bolshevik mengambil posisi kediktatoran yang semakin meningkat. Satu demi satu, gol-gol demokrasi proletarian tahun 1917—kesetaraan sosial, swakelola pekerja—dikesampingkan. Institusi-institusi dalam masyarakat baru mengambil kembali bentuknya dari sebuah cetakan yang otoriter, sebuah bangunan birokratik baru dibangun, dengan disertai korupsi-korupsi dan sogokan. Dalam pemerintahan dan partai, dalam industri dan ketentaraan, hirarki dan kesenjangan kemakmuran kembali hadir. Bagi bentuk manajemen kolektif di pabrik-pabrik, Lenin menggantikannya dengan manajemen satu orang dan pendisiplinan keras para pekerja. Ia memberlakukan kembali pengupahan tinggi bagi para spesialis dan manajer, bersama dengan penghitungan dan fitur-fitur kapitalisme yang sebelumnya ditinggalkan. Soviet-soviet, serikat-serikat pekerja dan komite-komite pabrik ditransformasikan menjadi alat bagi aparatus negara. Kekuasaan semakin terkonsentrasi ke dalam tangan-tangan elit partai.

 

Berbagai kebijakan tak dapat menahan lajunya oposisi. Apa yang mereka lakukan dengan gol-gol awal partai? Apakah untuk hal-hal seperti ini revolusi dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang mulai mengganggu sejumlah pendukung Bolshevik yang terus bertambah. Tak mampu untuk tetap diam, para pembangkang dari sayap Kiri partai mulai mengajukan protesnya. Di antara mereka adalah Gavriii Il’ich Miasnikov, seorang buruh besi dari Ural dan seorang Bolshevik sejak tahun 1906. Satu dari para oposisi awal yang paling vokal, ia adalah juga satu dari yang paling tidak terkenal. Tetapi toh selama awal 1920-an ia disorot sebagai yang paling terdepan dalam mengkritisi berbagai kebijakan Lenin, karena ia mengajukan berbagai pertanyaan yang sangat penting: Siapakah yang berhak menentukan kepentingan para pekerja? Metoda-metoda apa yang diperbolehkan dalam menyelesaikan perdebatan di antara para revolusioner? Dalam titik mana kritik yang jujur terhadap para pejabat partai dianggap “menyimpang” atau dikesampingkan? Miasnikov, melihat aspirasi-aspirasi revolusioner terdalamnya digagalkan, mengembangkan sebuah kritik yang elaboratif dan penetratif terhadap terbentuknya kediktatoran, memperlihatkan bahaya-bahaya yang pada saat itu konsekuensinya  belum sepenuhnya terlihat.

 

Kritik-kritik Miasnikov menjadi fokus berbagai perdebatan yang sengit. Hal tersebut terjadi baik dalam Kongres Partai ke-11 dan 12, menyulut kemarahan dari para pemimpin utama partai, terutama dari Lenin sendiri. Debat tersebut, lebih jauhnya lagi, mengundang reaksi internasional, melibatkan Komunis Internasional sebagaimana juga berbagai partai dan organisasi di luar negeri. [3]

 

Miasnikov, kemudian, memang pantas mendapatkan perhatian khusus daripada yang ia dapatkan sebelumnya dari para sejarawan Barat. [4] Maksud dari artikel ini bukan hanya untuk menceritakan kisahnya dalam detail yang lebih tepat, melainkan juga untuk mengkorelasikannya ke dalam isu-isu yang lebih luas seputar perkembangan kediktatoran Bolshevik. Memang benar bahwa Miasnikov adalah figur sekunder dalam galeri yang memotret revolusi. Tapi tak kurang, ia adalah individu yang berani dan penuh warna yang layak untuk dikenal lebih baik. Ia mengajukan sebuah suara proletarian yang kuat dalam memperdebatkan arti sosialisme. Tetapi apa yang melandasi ketajaman kisahnya secara khusus adalah bahwa ia adalah seorang revolusioner yang penuh dedikasi, seorang anggota lama Bolshevik, yang merayakan ideal-ideal Oktober hanya untuk kemudian melihat semua hal tersebut dikompromikan dan dihancurkan. Kekalahannya, dalam satu arti, menyimbolkan kekalahan revolusi itu sendiri.

 

Sangat sedikit diketahui mengenai kehidupan awal Miasnikov. Ia memulai hidupnya pada 1889, seorang asli Ural, yang mana memiliki sebuah tradisi militansi kelas pekerja yang bermula semenjak abad ke-18. Ia sendiri memiliki temperamen seorang militan, ia mengambil bagian aktif dalam Revolusi 1905. [5] Masih berusia 16 tahun pada saat tersebut, ia membantu mengorganisir sebuah soviet pekerja dalam sebuah pabrik besi yang besar di mana ia sendiri bekerja, di Motovilikha, sebuah desa di sungai Kama beberapa mil di atas Perm. [6] Di tahun-tahun selanjutnya ia bergabung dengan partai Bolshevik. Ditangkap tak lama kemudian, ia dipenjarakan dan dibuang ke Siberia, menjalani total tujuh setengah tahun kerja paksa [7], Miasnikov terbukti adalah seorang tahanan yang keras kepala. Ia dipukuli atas pembangkangan, menjalani 75 hari dalam berbagai aksi mogok makan, berusaha melarikan diri tak kurang dari tiga kali, bergabung kembali dengan kekuatan bawah tanah Bolshevik pasca setiap kali upaya melarikan diri. Tak heran apabila ia lantas meraih reputasi bagus atas keuletan dan dedikasinya! Tegas, tekun, tak terkalahkan, seorang yang penuh hasrat dan energi yang menggelora, sifat-sifat yang menjelaskan karakteristiknya itu jugalah yang kemudian juga membawanya melawan hirarki partai. Ia adalah seorang yang cerdas, mandiri, keras kepala, militansi revolusionernya sering menggegerkan, yang mana dengan rambut panjang, jenggot serta mata tajamnya, mengombinasikan kualitas seorang aktivis pekerja yang gigih dengan seorang visioner yang romantis. [8]

 

Saat kembali dari pembuangannya, Miasnikov meneruskan aktivitas bawah tanahnya. Bersamaan dengan kolapsnya otokrasi pada Februari 1917, ia menceburkan diri ke dalam revolusi di daerah aslinya, membentuk sebuah komite pekerja dalam pabrik Motovilikha dan aktif baik di soviet Perm dan organisasi Bolshevik lokal. Pada Oktober 1917 ia berperan aktif dalam perebutan kekuasaan oleh Bolshevik di Ural. Tiga bulan kemudian, pada Januari 1918, ia dikirim sebagai seorang delegasi dari provinsi Perm pada Kongres Soviet-Soviet Ketiga, di mana pembubaran Badan Konstituensi disetujui. [9] Tak berapa lama kemudian munculah perpisahan pertamanya dengan Lenin; ia membangun aliansi dengan faksi Komunis Kiri dan menentang ratifikasi perjanjian Brest-Litovsk. Mei 1918, dalam sebuah konferensi partai seluruh kota di Perm, Miasnikov bersuara menentang perjanjian tersebut. Yakin bahwa revolusi Eropa akan terjadi tak lama lagi, dan tanpanya maka rezim Bolshevik tak akan dapat bertahan, ia menyokong “perang revolusioner” yang diharapkan akan dapat memicu para proletariat di Barat dan membawa kehancuran final bagi kapitalisme. [10]

 

Bagaimana pun juga, Miasnikov berbaris di belakang Lenin selama musim panas 1918, saat perang sipil yang semakin intens memperlihatkan semakin redupnya para Komunis Kiri dan hadirnya kembali persatuan dalam partai. Kini sebagai anggota Soviet Regional Ural, ia mendapatkan reputasi buruk atas perannya dalam melikuidasi keluarga kerajaan. Secara pribadi ia bertanggung jawab atas pembunuhan Grand Duke Michael, saudara termuda Tsar yang dideportasi ke Perm. Di suatu malam pada 12-13 Juni 1918, sekelompok pekerja yang dipimpin oleh Miasnikov muncul di apartemen Michael dengan membawa surat palsu dari Cheka provinsi. Mereka membangunkan Michael, membawanya bersama sekretaris Inggrisnya, Nicolas Johnson, ke pabrik Motovilikha dan menembak mati keduanya di sana. [11]

 

Tak jelas apakah Miasnikov melakukan asasinasi tersebut atas inisiatifnya sendiri ataukah bertindak atas perintah dari kekuasaan di atasnya. Vera Kornoukhova, sekretaris Komite Partai Bolshevik Perm, setelahnya bersaksi bahwa Miasnikov adalah “seorang lelaki haus darah dan sakit hati, dan secara keseluruhan gila,” secara tak langsung menyatakan bahwa ia satu-satunya yang bertanggung jawab atas aksi tersebut. [12] Tetapi fakta lain mengatakan bahwa sesegera setelah asasinasi dilakukan Miasnikov pergi ke Moskow dan melapor secara langsung pada Lenin, hal ini menimbulkan dugaan bahwa ia beraksi di bawah instruksi khusus. Perlu ditambahkan bahwa empat hari kemudian Tsar dan keluarganya ditembak atas perintah Bolshevik di kota Ekaterinburg, Ural.

 

Hingga perang sipil berakhir, Miasnikov tetap menjadi seorang Bolshevik yang setia. Pada 1920 ia menjadi menteri Komite Partai Provinsional Perm, mengepalai seksi agitprop. Pada September tahun yang sama ia menjadi delegasi pada Konferensi Partai ke-9 yang diselenggarakan di Moskow, di mana ia berbicara mengenai kerja-kerja propaganda dalam partai. [13] Di sana ia tidak mengkritisi kepemimpinan partai sebagaimana layaknya beberapa delegasi lain dalam konferensi tersebut. Tetapi bagaimanapun juga ia tetap merasakan ketidakpuasan. Ia benar-benar bermasalah dengan kecenderungan oligarki dalam partai, penyimpangannya pada otoritarianisme dan kepemimpinan elit, sebuah proses yang mengakselerasikan perang sipil. Ia merasa cemas dengan semakin terkonsentrasikannya kekuasaan ke tangan Komite Sentral, perceraian kepemimpinan dengan jajaran terendah, penindasan inisiatif-inisiatif dan debat lokal. Yang sama-sama mengganggunya, walau ia belum menyuarakan protesnya kepada publik, adalah diterapkannya disiplin kerja dalam pabrik-pabrik bersamaan dengan didudukkannya para spesialis pada posisi-posisi kekuasaan serta mengganti kontrol pekerja dengan manajemen satu orang dan administrasi birokratik.

 

Bagi Miasnikov semua hal tersebut merepresentasikan pelanggaran yang mencolok dari janji-janji Bolshevik, sebuah langkah menyerah dari pencapaian-pencapaian Oktober. Dengan diterapkannya kembali hirarki dan disiplin, ia berpikir apakah para pekerja telah meraih kemenangan? Dengan musuh kelas kembali mengoperasikan pabrik-pabrik, akan menjadi seperti apa kekuasaan pekerja? [14] Miasnikov adalah juga seorang yang pahit. Ia tak dapat berdamai dengan dirinya sendiri atas pengesampingan prinsip-prinsip demokrasi proletarian yang dicanangkan pada 1917. Ia meyakini revolusi dengan segenap hidupnya. Tujuan utama revolusi, sebagaimana yang dilihat Miasnikov, adalah penghapusan bentuk eksploitasi kapitalistik, yang dengan demikian membebaskan energi kreatif para pekerja serta memapankan kondisi-kondisi bagi harga diri dan kesetaraan mereka. Bagi Miasnikov, langkah-langkah yang saat itu ditempuh Lenin sama sekali tidak diperlukan maupun bijaksana. Sesegera setelah Konferensi Partai ke-9, Miasnikov mulai bersuara. Sekembalinya ke Ural, ia melancarkan protes secara terbuka dan riuh melawan seluruh kecenderungan atau kebijakan Bolshevik yang berpisah dengan yang digariskan tahun 1917. Ia mencaci timbulnya birokratisme dalam partai, penyelewengan dan kekuasaan absolut para pejabat partai, serta semakin banyaknya non-pekerja dalam jajaran kepengurusan partai dan dalam berbagai posisi kekuasaan. Ia mencemooh setiap upaya pengakomodasian kembalinya aturan lama, segala sesuatu yang mengingatkan pada bentuk-bentuk dan berbagai metoda kapitalis.

 

Miasnikov berusaha keras mengembalikan partai pada jalur awalnya. Tak lebih dari sebuah pembersihan orde borjuis bersama ketidaksetaraan dan ketidakadilan, penundukkan dan degradasinya terhadap para pekerja, yang dapat memuaskan dahaganya akan milenium. Ia menyebut realisasi program tahun 1917—anti birokratik, egaliter dan internasionalis—sebagaimana yang Lenin sendiri garis bawahi dalam Negara dan Revolusi. Perkembangan lanjut menuju sosialisme bergantung pada demokrasi internal dalam partai, memperbesar otonomi lokal dan inisiatif popular serta restorasi kekuasaan bagi soviet-soviet. Semuanya tergantung pada partisipasi kelas pekerja, baik yang komunis maupun non-komunis, dalam segala tingkat kehidupan ekonomi dan politik.

 

Banyak hal yang dikatakan oleh Miasnikov adalah ide-ide yang juga pernah digaungkan oleh Demokratik Sentralis dan Oposisi Pekerja. Dengan para pengingkar tersebut ia berbagi sebuah sudut pandang idealisme sayap Kiri, ketidakpuasan yang sama terhadap berbagai kebijakan kepemimpinan Bolshevik, perubahan mendadak yang sama melawan seluruh program rezim yang otoriter, yang diadopsi di bawah arahan Lenin. Tetapi bagaimanapun juga, Miasnikov memilih jalannya sendiri. Tentu dengan konsekwensi dituduh sebagai seorang “anggota aktif” dari Oposisi Pekerja [15], terlepas dari kontak-kontak yang hanya sementara, ia tidak mengasosiasikan dirinya dengan kelompok tersebut. [16] Miasnikov, untuk pertama kalinya, menjadi seorang oposan yang berdiri seorang diri. Selalu mandiri dalam berbagai sudut pandangnya, ia menjadi berbeda dengan baik Demokratik Sentralis maupun dengan Oposisi Pekerja dalam berbagai poin dan melangkah melampaui mereka saat melancarkan serangannya melawan hirarki partai. Ia adalah salah satu dari segelintir Bolshevik di masa tersebut yang mendukung masalah-masalah di pedesaan, khususnya yang muncul dari elemen-elemen termiskin, mengadvokasikan untuk dibentuknya formasi serikat-serikat petani; atas hal ini ia juga dituduh menyimpan berbagai simpati bagi Sosialis Revolusioner. [17] Selama kontroversi serikat pekerja, lebih jauh lagi, ia tidak mentaati berbagai platform yang diajukan setidaknya oleh Lenin dan para pendukungnya, sebagaimana yang disalahartikan oleh Shliapnikov. [18] Sebagai kontrasnya bagi Miasnikov, serikat-serikat pekerja dapat menghidupkan kegunaan-kegunaannya dengan berhutang banyak atas eksistensi soviet-soviet. Soviet-soviet tersebut, menurutnya sejalan dengan nadi sindikalis, adalah badan-badan revolusioner dan bukan reformis. Tidak seperti serikat-serikat pekerja, soviet-soviet tersebut merangkul tak hanya satu atau beberapa segmen proletariat, sektor dan bidang kerja ini atau itu, melainkan “seluruh pekerja” dan dalam “garis produksi” tidak hanya soal apa yang diproduksi. Karenanya, bukan soviet, melainkan serikat-serikat pekerja lah yang harus dibubarkan bersama-sama dengan Dewan Ekonomi Nasional yang penuh dengan “birokratisme dan korupsi”, sebagaimana yang diajukan oleh Miasnikov; manajemen industri, lanjutnya, harus dikembalikan dalam soviet-soviet pekerja. [19]

 

Pernyataan Miasnikov yang sama sekali tidak ortodok membangkitkan kemarahan di jajaran penguasa partai. Atas perintah dari Komite Sentral, ia ditransfer dari Ural ke Petrograd, di mana ia akan berada di bawah pengawasan penuh. Hal ini terjadi di musim gugur 1920. Perang sipil telah dimenangkan, dan atmosfir di ibukota lama tersebut penuh dengan keriangan. Tetapi diamati lebih dekat, ternyata di sana telah menyebar ketidakpuasan. “Petrograd merah,” menurut yang dicatat oleh Miasnikov, adalah “desa Potemkin”. Di balik tampilan kemenangan tersimpan sebuah krisis yang serius. Pengaruh Bolshevik di antara para pekerja dengan cepat menyurut. Dalam partai, pilih kasih dan korupsi telah tersebar luas. Hotel Astoria, di mana banyak para pejabat tinggi tinggal, adalah sumber pesta pora, sementara rakyat biasa hidup tanpa terpenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Meminta pada sebuah unit partai secara mendetail agar mendistribusikan pasokan makanan, Miasnikov menyadari bahwa kolega-koleganya bukanlah “pendistribusi roti” melainkan “pemakan roti”, dan sebuah tipe Komunis baru mulai lahir, kariris pengembik yang “tahu bagaimana cara memuaskan atasan-atasannya.” [21]

 

Pada awalnya Miasnikov ragu untuk memprotes. Tetapi tak lama kemudian ia mulai bersuara lagi. Zinoviev, perdana menteri Petrograd, meresponnya dengan penuh ancaman. Di satu titik ia memperingatkan Miasnikov agar berhenti mengeluh “atau kami akan memecatmu dari partai. Apabila bukan SR (Sosialis Revolusioner) engkau pasti orang gila.” [22] Tetapi Miasnikov menolak diam. Perjuangan panjangnya melawan orde Tsar telah memberitahunya tentang sebuah rasa kebebasan berpendapat yang mana ia tak rela korbankan, bahkan apabila hal itu demi kedisiplinan partai. Ia menyesalkan penindasan semua kritik yang dilakukan oleh Komite Sentral. Ia juga memprotes tentang bagaimana semua komunis yang mengajukan sebuah opini mandiri selalu distigmasikan sebagai pengingkar dan kontra-revolusioner. “Kau pikir engkau lebih pintar dari Il’ich!” selalu begitu yang dikatakan pada mereka. [23] Sebagaimana Miasnikov, yang mengesampingkan semua peringatan, terus berbicara, suara-suara ketidakpuasan lain mulai bergabung dengannya. Di awal 1921 kelas pekerja di Petrograd mulai meragi. Pada Februari, pabrik demi pabrik mulai mogok dan juru bicara partai seringkali dirintangi untuk masuk ke dalam rapat-rapat pekerja. Di akhir bulan, kota tersebut telah dilanda sebuah pemogokan umum. Lantas, bulan Maret, hadir pemberontakan Kronstadt. Miasnikov terpengaruh secara mendalam. Tidak seperti Demokratik Sentralis dan Oposisi Pekerja, ia menolak untuk menyalahkan para insurgen. Ia juga menolak berpartisipasi dalam penumpasan pemberontakan tersebut sebagaimana ia ditugaskan. Ia menuding “rezim dalam partai”lah yang menjadi awal musabab pemberontakan tersebut. Miasnikov bukanlah seorang pencari kepuasan diri sendiri atau lebih buruk lagi, seorang kontra-revolusioner, seorang Menshevik ataupun seorang SR. Begitu juga dengan kasus Kronstadt. Segalanya berlangsung lancar, sampai mendadak hal tersebut menampar wajahmu: “Apakah Kronstadt itu? Beberapa ratus Komunis berjuang melawan kita.” Apakah artinya hal ini? Siapa yang harus dipersalahkan di lingkar-lingkar penguasa karena tak memiliki bahasa yang sama tidak hanya dengan massa non-partai, tetapi bahkan dengan para Komunis di jajaran terendah? Atas saling ketidakmengertian itulah maka mereka mengangkat senjata. Lantas apa artinya ini semua? Ini adalah tepian jurang, jurang yang terdalam. [24]

 

Jelas merupakan sebuah kesalahan dengan membawa Miasnikov ke Petrograd. Saat Komite Sentral menyadari kesalahan ini, mereka memerintahkan agar Miasnikov kembali ke Ural. Miasnikov patuh. Kembali ke daratan asalnya, ia kembali meneruskan agitasinya, menimbulkan kegaduhan dalam organisasi partai lokal. Pada Mei 1921, lebih jauh lagi, ia meledakkan sebuah bom dalam bentuk sebuah memorandum bagi Komite Sentral, menuntut agar mereka segera direformasi. Sebuah tuduhan yang menjatuhkan bagi para pemimpin Komunis, baik teori-teori maupun metoda mereka, memorandum tersebut menuntut agar hukuman mati dihapuskan, agar bentuk-bentuk birkoratis dilikuidasi dari berbagai organisasi, agar administrasi industrial diserahkan pada soviet-soviet, demi semua prinsip-prinsip revolusioner jalan damai yang diajukan Komite Sentral ditolak. [25]

 

Tuntutan yang paling keras dari memorandum tersebut adalah agar diberlakukannya kebebasan pers. Menimbulkan debat panas dalam Kongres Partai ke-10 atas kritiknya, Miasnikov menyerukan agar diberlakukan kebebasan pers bagi semua orang, “dari para monarkis hingga para anarkis yang inklusif” sebagaimana yang ia utarakan [26], sebuah frasa yang segera berkumandang melalui berbagai polemik yang menyertainya. Miasnikov adalah satu-satunya Bolshevik yang membuat tuntutan seperti demikian. Ia melihat bahwa kebebasan pers adalah satu-satunya cara yang dapat menahan laju berbagai kecenderungan penyalahgunaan kekuasaan serta cara yang dapat memapankan kejujuran dan efisiensi kerja dalam partai. Ia menyadari, bahwa tak akan ada pemerintah yang dapat luput dari kesalahan dan korupsi saat suara-suara kritis dibungkam. [27]

 

Di Ural, sementara itu, Miasnikov melancarkan sebuah kampanye aktif untuk menyebarkan ide-idenya di antara para pekerja. Berulang kali ia bersuara melawan perilaku diktatorial dari para pejabat partai dan semakin terpusatnya kekuasaan ke tangan partai. Untuk mencegah agar situasi tidak bertambah parah, ia mengajukan agar segera diberlakukan kebangkitan demokrasi dalam partai dan pemberian sejumlah besar otonomi bagi soviet-soviet. Ia mengingatkan bahwa penggantian soviet-soviet dengan aparatus-aparatus partai yang dikombinasikan dengan kecenderungan menuju sentralisasi ke dalam partai, akan menghadirkan sebuah bahaya bagi perealisasian sosialisme.

 

Kritik Miasnikov mengobarkan sebuah pemberontakan dalam organisasi partai di Ural. Sebagai seorang yang karakternya bagai magnet dan kejujurannya sangat jelas, ia berhasil memenangkan sejumlah pendukung baik di Perm maupun di Motovilikha, yang terdiri dari para proletarian yang tidak puas. Para pejabat Bolshevik lokal segera bersiaga. Pada Mei 1921, tak lama setelah Miasnikov melayangkan memorandumnya pada Komite Sentral, Komite Provisional Perm melarangnya untuk mempropagandakan pandangan-pandangannya dalam pertemuan-pertemuan partai. Tetapi Miasnikov menolak untuk dibungkam. Pada 21 Juni ia bersuara dalam sebuah konferensi partai provinsional di Perm, mencoreng baik Komite Sentral maupun Komite Provisional. [28] Sebulan kemudian, pada 27 Juli, ia bergerak lebih jauh dengan mempublikasikan sebuah pamflet berjudulBol’nye Voprosy (Pertanyaan-Pertanyaan yang Menjengkelkan) di mana ia mempublikasikan tuntutan-tuntutan dalam memorandumnya, dan di atas segalanya, adalah kebebasan untuk mengajukan kritik. “Pemerintah Soviet,” tegasnya, “harus memelihara pengkritiknya sendiri, sebagaimana yang dilakukan kekaisaran Roma.” [29] Sementara itu, Komite Perm tidak diam saja, sesegera setelah pidato Miasnikov pada 21 Juni, semua itu segera dilaporkan pada Komite Sentral agar segera ditindaklanjuti. Pada 29 Juli, dua hari pasca terbitnya Bot’nye Voprosy, Orgburo membentuk sebuah Komisi Khusus, terdiri dari Bukharin, P.A. Ziluisky dan A.A. Sol’ts agar segera membereskan masalah tersebut. [30] Bukharin menyadari bahwa memorandum Miasnikov tersebut harus segera disampaikan pada Lenin. Dan dengan demikian, Lenin, juga mulai terlibat dalam urusan tersebut.

 

Lenin membaca memorandum tersebut dengan sekilas saja. Pada 1 Agustus ia menulis sedikit catatan bagi Miasnikov, mengundangnya ke Kremlin untuk berbincang-bincang. Kebebasan seperti apa yang engkau inginkan, tanya Lenin, Bagi SR dan Menshevik? Semuanya sekaligus? Dalam memorandummu, hal itu tidak jelas. [31] Pada 5 Agustus, Lenin menyambung catatan pertamanya dengan surat yang lebih panjang. Saat itu ia telah membaca baik memorandumnya maupun Bot’nye Voprosy. Ia menyadari beberapa kebenaran dalam kritik Miasnikov. Orang tersebut, walaupun naif, tetapi ia jujur. Ia adalah juga seorang anggota lama Bolshevik, seorang veteran penjara Tsar, seorang pahlawan di era revolusi dan perang sipil. Lenin merasa bahwa ia berhutang sebuah imbalan bagi Miasnikov. Ia berharap di saat yang sama, agar Miasnikov patuh padanya. Menyebutnya sebagai “kamerad Miasnikov” dan menutup suratnya dengan kalimat “dengan salam komunis”, nadanya sangat bersahabat tetapi tegas. Seperti seorang kepala sekolah, Lenin berujar dengan penuh simpati, kali ini seperti dengan salah seorang muridnya.

 

Kebebasan pers, ujar Lenin berusaha untuk meyakinkan Miasnikov, di bawah situasi sekarang akan memperkuat kontra-revolusi. Lenin menolak “kebebasan” dalam bentuknya yang abstrak. Kebebasan bagi siapa? tegas Lenin, di bawah kondisi seperti apa? Bagi kelas yang mana? “Kami tidak percaya pada sesuatu yang ‘absolut’, kami mentertawakan ‘demokrasi murni’.” Kebebasan pers, lanjut Lenin, akan berarti “kebebasan bagi organisasi politis para borjuis dan pelayan-pelayan setianya, para Menshevik dan SR.” Para kapitalis masih kuat, ujarnya lagi, bahkan lebih kuat dari para komunis. Mereka berusaha untuk menghancurkan kita. Memberi mereka kebebasan pers hanya akan memfasilitasi usaha mereka. Tetapi kita tidak akan melakukan hal tersebut. Kita tidak berniat melakukan bunuh diri. [32] Kebebasan pers, menurut Lenin, adalah sebuah “slogan non-partai, anti-proletarian”. Lenin mengutip pernyataan Miasnikov tersebut sebagai sebuah kegagalan menganalisa yang dikombinasikan dengan ketidakmampuan untuk memahami teori-teori Marxis. Jauh dari mengadopsi sebuah analisa kelas, Miasnikov telah membuat sebuah pernyataan “sentimental” dari krisis yang sedang berlangsung. Dikonfrontasikan dengan kemenangan, ia menjadi panik dan tertekan. Lenin mendorong agar Miasnikov sadar, menenangkan diri dan melupakan semua hal tersebut. Setelah refleksi yang dilakukan dengan sadar, Lenin berharap, Miasnikov akan menyadari kesalahan-kesalahannya dan melanjutkan kerja-kerjanya yang berguna dalam partai. [33]

 

Miasnikov tidak terpengaruh dengan argumen-argumen yang diajukan Lenin. Ia malah menulis sebuah balasan yang tajam. Mengingatkan Lenin akan catatan-catatan revolusionernya, ia menulis, “Engkau berkata bahwa aku menginginkan kebebasan pers bagi para borjuis. Sebaliknya, aku ingin kebebasan pers bagi diriku, seorang proletarian, seorang anggota partai selama 15 tahun,” yang bahkan bukannya di luar negeri, melainkan tetap di Russia dalam menghadapi bahaya dan penangkapan. Miasnikov mengisahkan pengalamannya dalam penjara Tsar, aksi mogok makannya, pemukulan dan upayanya melarikan diri. Jelas bahwa ia telah mendapatkan kebebasan pers, “setidaknya di dalam partai. Atau haruskah aku segera pergi saat aku tidak menyetujuimu dalam soalan pengevaluasian kekuatan sosial?” Apabila demikian, maka hal tersebut adalah sebuah cara yang buruk dalam menyelesaikan perbedaan. Katamu, lanjut Miasnikov, rahang-rahang para borjuislah yang harus dihancurkan.

 

Masalahnya adalah, bahwa saat engkau mengacungkan tanganmu melawan para kapitalis, engkau melayangkan tinjumu pada pekerja. Engkau tahu benar bahwa saat kata-kataku sekarang kuutarakan, ratusan, mungkin ribuan, pekerja merana di penjara. Bahwa aku masih tetap bebas hanyalah karena aku adalah seorang Komunis veteran, yang telah menderita karena keyakinanku, dan aku telah dikenal di kalangan massa pekerja. Apabila bukan karena hal tersebut, apabila aku hanyalah seorang mekanik biasa dari sebuah pabrik, akankah aku masih berada di sini saat ini? Berada di penjara Cheka atau, biasanya, berusaha ‘melarikan diri’, sebagaimana aku membuat ‘pelarian’ Mikhail Romanov. Sekali lagi kukatakan: Engkau mengangkat tanganmu melawan borjuis, tetapi akulah yang meludahkan darah, dan adalah kami, para pekerja, yang rahang-rahangnya dihancurkan.” [34]

 

Pada titik ini Lenin memutuskan untuk tidak meneruskan korespondensinya. Pada 11 Agustus, ia mengirimkan sebuah telegram ke Komite Partai Provisional Perm, meminta agar suratnya pada Miasnikov bersama dengan memorandum Miasnikov dan Bol’nye Voprosy, dibacakan di hadapan para anggotanya, dan juga di hadapan Komite Distrik Motovilikha. [35] Tujuan Lenin tampaknya jelas, yaitu untuk mendemonstrasikan posisi Miasnikov yang tak beralasan dan membenarkan usaha-usaha partai dalam memberangusnya. Tetapi bagaimanapun juga, Miasnikov tak akan menyerah. Pada pertengahan Agustus ia melakukan aksi keluar dari delegasi Motovilikha dalam sebuah konferensi partai di Perm, setelah menyerahkan sebuah catatan protes pada Komite Partai Provisional yang berusaha memberangus suaranya. [36]

 

Aksi ini menentukan nasib Miasnikov. Pada 22 Agustus, Orgburo dari Komite Sentral, setelah mendengarkan laporan komisi, meneliti segala aktivitas Miasnikov, melihat bahwa pandangan-pandangannya “tidak cocok dengan kepentingan partai” dan melarangnya untuk menyebarkan pandangan-pandangan tersebut dalam semua pertemuan di masa datang. [37] Miasnikov dipanggil ke Moskow dan diawasi dengan ketat di bawah Komite Sentral. Bahkan dalam kondisi demikianpun ia menolak untuk menyerah. Dengan penuh rasa permusuhan terhadap Komite Sentral, ia kembali ke Ural dan meneruskan agitasinya. Pada akhir Agustus ia tampil di hadapan pertemuan umum para anggota partai di Motovilikha dan berhasil meyakinkan mereka untuk mendukungnya. Mengajukan sebuah resolusi melawan celaan Orgburo terhadap Miasnikov, mereka menyebut pemindahan Miasnikov ke Moskow sebagai sebuah “penghilangan” dan menuntut agar Miasnikov diberi “kebebasan pers dan kebebasan penuh untuk berpendapat dalam partai.” [38]

 

Dalam menuntut haknya untuk bebas berekspresi, pada November 1921, Miasnikov mempublikasikan memorandumnya bagi Komite Sentral dalam bentuk pamflet, bersama dengan Bol’nye Voprosy, surat Lenin tanggal 5 Agustus, balasan surat darinya, keputusan Orgburo pada 22 Agustus dan resolusi organisasi partai Motovilikha melawan keputusan tersebut. [39] Dilabeli “hanya untuk anggota partai” dan hanya dicetak sebanyak 500 eksemplar, pamflet tersebut oleh Miasnikov bukanlah dianggap sebagai sebuah piagam resmi pemberontakan melainkan sebuah alat untuk mendiskusikan pandangan-pandangannya dengan lebih jauh dalam Kongres Partai ke-11 yang dijadwalkan akan diselenggarakan pada musim panas berikutnya. Miasnikov di saat yang sama berhasil membariskan para pendukungnya di Motovilikha dan Perm di belakang program-program tersebut. Pada 25 November ia menulis pada B.A. Kurzhner, seorang simpatisan di Petrograd, mendorong agar diadakan sebuah kampanye agitasi dalam mempersiapkan kongres partai. “Kita harus mempersatukan seluruh elemen-elemen penentang di dalam partai di bawah satu bendera,” deklarasinya. [40] Kini Miasnikov sudah mulai diawasi oleh Cheka sehingga suratnya kepada Kurzhner dipotong di tengah jalan. Bagi Lenin, kesabarannya mulai habis. Setelah menindas Oposisi Pekerja dengan tanpa menemui kesulitan, ia cemas akan kemunculan grup lain dalam partai yang mengklaim merepresentasikan kepentingan asli proletariat. “Kita harus mencurahkan perhatian yang lebih besar pada agitasi Miasnikov,” tulisnya pada Molotov tanggal 5 Desember, “dan melaporkannya pada Politburo dua kali sebulan.” [41] Untuk berurusan dengan Miasnikov, sementara itu, Orgburo membentuk sebuah komisi baru, yang mana Molotov sendiri yang juga asli Perm, menjadi anggotanya.

 

Saat itu mulailah kesengsaraan Miasnikov yang tiada berakhir. Tanggal 15 Februari 1922, komisi Orgburo yang telah selesai melengkapi penyelidikannya merekomendasikan agar ia dipecat dari partai. Rekomendasi ini juga mengacu pada referensi dari Politburo, yang pada 20 Februari, mendeklarasikan bahwa Miasnikov dipecat atas “pengulangan pelanggaran terhadap disiplin partai” khususnya atas upayanya mengorganisir sebuah faksi di dalam partai, bertentangan dengan resolusi tentang persatuan partai yang ditelurkan dalam Kongres ke-10. Politburo, bagaimanapun juga, menambahkan syarat bahwa apabila Miasnikov memperbaiki perilakunya, ia mungkin akan diterima kembali dalam tahun berikutnya. [42] Untuk pertama kalinya, kemudian, ketentuan final dari Kongres ke-10 tentang faksi-faksi diberlakukan. Ini adalah penerapan pertama, kecuali bagi S.A. Lozovsky tahun 1918 yang diterima kembali dalam partai setahun kemudian, di mana Lenin sendiri yang memecat seorang anggota lama Bolshevik. [43]

 

Di hari berikutnya, 21 Februari 1922, Lenin menginstruksikan Kamenev dan Stalin untuk mempublikasikan suratnya bagi Miasnikov, atau setidaknya kutipan-kutipannya yang substansial, untuk memperlihatkan bahwa sebelum Miasnikov dipecat ia telah berbagi argumen dengannya. [44] Hal itu dikarenakan masih ada keseganan yang luas di dalam partai untuk mengambil langkah-langkah ekstrim melawan anggota-anggota veterannya, khususnya terhadap Miasnikov yang memiliki reputasi atas keberanian dan dedikasinya. Lenin sendiri menyimpan keragu-raguan, walaupun kesabarannya terhadap Miasnikov sudah habis. Russia berdiri sendirian di tengah dunia yang memusuhinya, dikelilingi oleh musuh-musuh di berbagai pihak. Harapan untuk terjadinya revolusi tidak kunjung meledak di Barat. Dalam kondisi demikian, Lenin merasa, mengkritisi Komite Sentral, menyerukan agar diberlakukannya prosedur demokratik, sama dengan bermain-main di tangan para kontra-revolusioner. Lebih jauh lagi, apabila semua tuntutan Miasnikov dikabulkan, apabila kebebasan pers dan pemilihan umum yang bebas bagi soviet-soviet diijinkan, maka partai akan tersapu dari kekuasaannya dan sebuah reaksi lain akan tak terelakkan, yang mana Bolshevik, termasuk Miasnikov, akan menjadi korbannya yang pertama. Demikianlah posisi Lenin. Bagi Miasnikov, “mempertahankan revolusi” bagi Lenin pada kenyataannya adalah mempertahankan monopoli pemimpin atas kekuasaan. Dalam soal tuntutan Lenin agar partai bersatu, ia melihat sebuah alasan untuk membungkam suara sumbang. Miasnikov bersikukuh atas kritik-kritiknya.s pada 26 Februari 1922, kurang dari seminggu setelah pemecatannya dari partai, Miasnikov bergabung dengan sekelompok para penentang, termasuk di dalamnya Shliapnikov, Medvedev dan Kollontai dari Oposisi Pekerja, dalam sebuah petisi bersama Komite Eksekutif Komunis Internasional. Petisi ini, dikenal sebagai Permohonan 22, sebagian hadir akibat ekskomunikasi Miasnikov. Dengan keras, petisi tersebut menuding Komite Sentral atas pembungkaman kritik, mencemooh demokrasi pekerja dan memasang non-pekerja ke dalam jajaran partai dalam jumlah yang besar hingga menyurutkan karakteristik proletariannya. Pada 4 Maret atas rekomendasi dari sebuah komisi spesial yang beranggotakan Vasil Kolarov dari Bulgaria, Clara Zetkin dari Jerman dan Marcel Cachin dari Perancis, Komite Eksekutif Komintern menyatakan bahwa keluhan-keluhan tersebut tidak dapat ditemukan. Menguatkan Lenin dan Komite Sentral Bolshevik, Permohonan 22 dianggap sebagai sebuah “senjata melawan partai dan kediktatoran proletariat”. [46] Di rumahnya, Miasnikov tetap sibuk. Di pabrik Motovilikha ia menang dalam sebuah pemilihan sebuah komite pekerja baru dengan mayoritas berisi anti-Leninis. Sebuah pertemuan umum organisasi partai Motovilikha, khususnya atas permohonan Miasnikov, menelurkan sebuah resolusi yang mendukung Permohonan 22, dan sebuah sel partai, tanggal 22 Maret, mengisukan sebuah celaan terhadap manajer-manajer borjuis dan “para penguasa birokratis”. [47]

 

Soalan-soalan tersebut sampai pada ketua Kongres Partai ke-11, yang mana, pada pembukaan tanggal 27 Maret adalah juga di mana Lenin terakhir kali berpartisipasi. Miasnikov menjadi bahan bahasan penting; Molotov, Trotsky dan Lenin, semua berargumen menentangnya. Selama enam bulan, keluh Molotov, Komite Sentral telah terlibat dalam “pembicaraan, konsultasi, pertukaran sudut pandang” dengan Miasnikov, dalam sebuah upaya untuk meyakinkannya agar menerima “garis umum partai”. Dan semuanya berakhir sia-sia. Molotov menyerukan agar dilakukan pembersihan dalam partai untuk menyapu elemen-elemen yang “tidak stabil” dari seluruh jajarannya. [48] Trotsky, menuduh Miasnikov telah membantu dan berdamai dengan musuh. Bukanlah sebuah kebetulan, ujarnya, bahwa pemerintah Polandia telah mempublikasikan kutipan dari pamflet Miasnikov, atau bahwa Chernov, Miliukov dan Martov juga mengutipnya dalam editorial koran-koran mereka. Beberapa jejak anti partai — Oposisi Pekerja-nya Kollontai adalah juga penyedia biji-bijian lain bagi lumbung mereka yang akan mengibarkan panji-panji Kronstadt—“hanya Kronstadt!” [49] Lenin, berbicara setelah Trotsky, mengingatkan persoalan hak para penandatangan Permohonan 22 dan yang mempetisi Komunis Internasional; mereka tak memiliki hak apapun, tegasnya, untuk mengajukan protes atas Miasnikov yang telah melanggar keputusan-keputusan Kongres Partai ke-10. Lenin juga mengajukan kembali soal korespondensinya dengan Miasnikov: “Aku melihat bahwa orang ini memiliki kemampuan, hingga memang penting untuk berdialog tentang berbagai hal dengannya. Tetapi harus ada yang memberitahunya bahwa apabila ia tetap bersikukuh mengkritisi hal yang sama, maka hal itu tak akan lagi ditoleransi.” [50]

 

Tak ada yang membela Miasnikov dalam kongres. Tetapi seorang delegasi, V.V. Kosior, mengajukan argumen bahwa Lenin telah membuat langkah yang salah dalam berurusan dengan pertanyaan yang diajukan oleh seorang penentang. Apabila seseorang, ujar Kosior, memiliki keberanian untuk menunjukkan ketidakefisienan kerja partai, ia dilabeli seorang oposisi, dihilangkan kekuasaannya, ditempatkan di bawah pengawasan dan—dengan mengambil contoh Miasnikov—dipecat dari partai. Partai, Kosior memperingatkan, telah mengucilkan diri dari para pekerja. [51]

 

Setelah Kosior, menyusul Shliapnikov dan Medvedev dari Oposisi Pekerja membela Permohonan 22. Mereka telah menghadap Komintern, jelas mereka, karena kepemimpinan telah menolak keluhan-keluhan mereka. Mereka tidak membentuk sebuah faksi yang terpisah, tegas mereka, ataupun melancarkan sebuah konspirasi melawan Komite Sentral. Sebuah pertemuan rahasia telah diselenggarakan, ungkap Medvedev, untuk menulis permohonan. “Miasnikov ada di sana bersamamu,” sebuah suara menginterupsi. Ya, aku Medvedev, tetapi tujuan kami adalah mereformasi partai, bukan memecah belahnya. [52]

 

Kongres, mencontoh pada apa yang dilakukan oleh Komintern, menyusun sebuah komisi, terdiri dari Dzerzhinsky, Zinoviev dan Stalin, untuk menginvestigasi persoalan ini. Pada 2 April di hari terakhir kongres, komisi mengirimkan laporannya pada sesi penutup. Menemukan bahwa para penandatangan telah dianggap bersalah karena mengorganisir sebuah faksi, maka direkomendasikan agar kelima orang tersebut dipecat dari partai yaitu Shliapnikov, Medvedev dan Kollontai, termasuk dua orang anggota Oposisi Pekerja yang tidak terlalu terkenal, F.A. Mitin dan N.V. Kuznetsov. Kongres, bagaimanapun juga, memilih untuk hanya memecat Mitin dan Kuznetsov, serta membiarkan tiga lainnya hanya diberi peringatan. [53] Miasnikov tidak pergi tanpa mendapatkan apapun. Tak lama setelah kongres ia dihadapkan ke pengadilan oleh GPU, menjadi tahanan politik komunis terkemuka pertama di Soviet Russia. Dalam proses penangkapannya, ada sebuah upaya untuk “melarikan” Miasnikov, sebagaimana ia paparkan dalam suratnya pada Lenin. Tetapi skema tersebut tidak berlangsung sebagaimana mestinya: tiga tembakan dilancarkan kepadanya, tetapi mereka gagal menemukan bekasnya. Sebagaimana biasanya, sesegera setelah ia ditempatkan di balik jeruji, Miasnikov melancarkan aksi mogok makan, sebagaimana yang ia lakukan dulu di bawah Tsar. 12 hari kemudian, ia dibebaskan. [54]

 

Dari sini Miasnikov berada di bawah pengawasan yang terus menerus. Tak ada yang diketahui apa aktivitasnya selama sisa tahun 1922. Di awal 1923, bagaimanapun juga, ia kembali terlibat masalah dengan penguasa. Miasnikov kini tinggal di Moskow. Setahun telah berlalu pasca pemecatannya dari partai, dan mengikuti syarat dari perintah pemecatannya, ia mempetisi Komite Sentral agar diterima kembali dalam partai. Permintaannya ditolak. Miasnikov lantas memohon pada Komite Eksekutif Komintern, yang mana pada 27 Maret 1923 menegaskan bahwa, bukannya memudahkan jalannya, apabila ia mengakui opini sebagai “seorang agen borjuis yang mencari cara untuk menciptakan perpecahan dalam Partai Komunis Russia”, maka ia akan diterima kembali. [55]

 

Miasnikov lantas melangkah lebih jauh. Di minggu awal 1923 ia, sebagaimana yang selalu dikhawatirkan oleh Lenin, mengorganisir sebuah oposisi klandestin. Menyebutnya, mengesampingkan pemecatannya dari partai, sebagai “Grup Pekerja Partai Komunis Russia” yang ia klaim bahwa grup inilah, dan bukannya kepemimpinan Bolshevik, yang merepresentasikan suara otentik dari proletariat. Lantas bergabung juga dengan grup ini, P.B. Moiseev, seorang Bolshevik sejak 1914, dan N.V. Kuznetsov, mantan Oposisi Pekerja yang sebagaimana telah kita ketahui, dipecat dari partai dalam Kongres ke-11 atas perannya dalam Permohonan 22. Ketiga orang tersebut, semuanya pekerja, mengkonstitusikan diri mereka sebagai “Biro Organisasional Sentral Provisional” dari grup tersebut, di mana Miasnikov menjadi penggagas dan pengarahnya. Aksi pertama mereka bulan Februari 1923 adalah menuliskan sebuah pernyataan prinsipil yang mengantisipasi Kongres Partai ke-12, yang dijadwalkan akan diselenggarakan pada bulan April. Pernyataan yang menjadi sebuah dokumen panjang ini, “Manifesto Grup Pekerja Partai Komunis Russia”, ditulis berdasarkan pamflet Miasnikov yang tak dipublikasikan berjudul Treyozhnye Voprosy (Pertanyaan-Pertanyaan Peringatan), merupakan versi yang telah diperbaharui dari memorandum Bol’nye Voprosy. Miasnikov dengan demikian menjadi penulis utama manifesto, Kuznetsov dan Moiseev membatasi diri mereka dalam revisi editorial. [56]

 

Manifesto tersebut mengikhtisarkan program yang dulu ditulis Miasnikov: determinasi diri dan swakelola pekerja, penghilangan para spesialis borjuis dari posisi penguasa, kebebasan berdiskusi dalam partai dan pemilihan soviet-soviet baru yang dipusatkan di pabrik-pabrik. Seperti sebelumnya, Miasnikov memprotes melawan kekuasaan administratif, perluasan birokrasi, semakin mendominasinya non-pekerja di jajaran partai, penindasan inisiatif dan debat lokal. Ia menuduh bahwa kepemimpinan partai tidak punya rasa percaya pada para pekerja, yang namanya secara profesi mereka pimpin.

 

Bagaimanapun juga memang terdapat beberapa perubahan. Satu di antaranya adalah pandangan Miasnikov mengenai kebebasan sipil yang semakin menyempit semenjak tahun 1921. Saat kebebasan pers dan berpendapat tetap menjadi prioritas utama, kali ini terbatas hanya bagi pekerja manual. “Biarkan borjuis tetap diam,” deklarasi manifesto, “tetapi siapa yang berani menantang hak kebebasan berpendapat bagi proletariat, yang telah mempertahankan kekuasaannya dengan darahnya?” Sementara bagi para profesor, pengacara dan doktor, kebijakan terbaiknya adalah dengan “menampar wajah mereka.” [57] Lebih jauh lagi, Miasnikov, mencela Kebijakan Ekonomi Baru (KEB), yang diberlakukan pada 1921, sebagai sebuah pengingkaran gol-gol Oktober dan sebuah kekalahan melawan borjuasi. Penghidupan kembali para birokrat dan pengusaha, dengan ruang lingkup yang luas untuk menumpuk laba dan korupsi, memenuhi dirinya dengan kemuakan. Adalah kebencian dan visi yang tak tertahankan yang menjadi sebuah simbol kejatuhan revolusi, keruntuhan ideal sosialis. Bukannya menghapuskan kepemilikan privat, fitur terburuk dari kapitalisme malah dipertahankan: kerja upahan, pembedaan pendapatan dan status, hirarki penguasa, birokratisme. KEB, menurut manifesto tersebut, adalah merupakan eksploitasi baru atas proletariat. [59]

 

A.W MARKOW, IWAN KOLPASCHTSCHIKOW, GAVRIL ILYICH MYASNIKOW (TENGAH), W.A. IWANTSCHENKO DAN N.W. SCHUSCHGOW

 

KEB mengejutkan Miasnikov. Ia memandang KEB sebagai kelanjutan kemunduran sosialisme, yang dimulai dari perang saudara. Akar kemunduran itu bisa dilacak pada Kongres Partai Kesembilan. Kongres itu mendorong manajemen di bawah satu orang dan mempekerjakan spesialis teknis. Miasnikov memandang Lenin merampas penaklukan revolusioner paling mendasar kelas pekerja, penaklukan bos untuk memajukan perjuangan mereka. “Pengorganisasian industri sejak Kongres Partai Komunis Rusia Kesembilan,” deklarsi manifesto itu, telah dilanjutkan “secara murni birokratis” dan “tanpa partisipasi langsung kelas pekerja.” (59) Manifesto itu menuntut pengelolaan industri diserahkan pada pekerja itu sendiri, dimulai dari pekerja di setiap pabrik. Cara produksi ini mencela para birokrat dan aparatus partai komunis. Bagi mereka kata “solidaritas” dan “persaudaraan” merupakan isapan jempol. Mereka hanya peduli bagaimana meningkatkan kekuasaan dan hak istimewa mereka. Cara ini juga menyerang dari segala sisi keangkuhan dan kemunafikan mereka, rasa jijik mereka pada kelas pekerja, slogan bibir frasa sosialis mereka, dusta cara hidup dan ambisi borjuis mereka.

Miasnivok menyerupai Jan Waclaw Machajski dalam anti-bias intelektual yang kuat, diperkuat dengan makiannya untuk manajer dan birokrat. Machajski adalah seorang Polandia radikal yang pada pergantian abad 19 meramal kemunculan, atas nama sosialisme, kelas intelektual dan spesialis baru yang memiliki tekad kuat dalam menunggangi perjuangan kelas pekerja. (60) Miasnikov kemudian mendapat cap “Makhaevisme.” (61) Tidak ada bukti ia pernah mendengar Machajski, apalagi dipengaruhi oleh gagasan-gagasannya, tapi kemiripan keduanya tidak dapat disangkal. Bagi birokrat dan intelektual, serangan Miasnikov tidak dapat ditangkal. Miasnikov mengecap hirarki Boslhevik sebagai “kasta oligarkis,” “sekelompok intelektual sewenang-wenang,” “persekongkoloan manajer” yang menguasai industri dan pemerintahan di tangan mereka. Jika keadaan terus berlanjut, ia mengingatkan dalam manifesto, “Kita berhadapan dengan bahaya perubahan kekuasaan proletar menjadi kekuasaan tempat sekelompok orang bercokol dengan kokoh. Dorongan terkuat mereka adalah untuk untuk menjaga baik kekuasaan politik dan ekonomi secara alami di tangan mereka dengan kedok “tujuan mulia: ‘demi kepentingan’ proletariat, revoulusi dunia dan gagasan-gagasan mulia lainnya!”

Lantas, kapan mesti dilakukan? Bagi Miasnikov, kemerosotan revolusi dapat dihentikan hanya dengan memulihkan demokrasi proletariat. Ia tetap memegang teguh keyakinannya terhadap kepeloporan dan kemampuan para pekerja; kelas tempat ia sendiri berasal. Kerusakan-kerusakan rezim tidak lagi dapat dibenahi oleh kepemimpinan Bolshevik. Alih-alih, pengobatan harus dapat dari anggota biasa kelas-pekerja, baik dari partai atau non-partai. Tanpa peran serta pekerja di setiap wilayah, desaknya, sosialisme tidak mungkin cakap. Lenin, sebaliknya, tidak percaya dengan kepeloporan massa Miasnikov. Lenin berpegang pada solusi administratif, menolak usulan apapun yang mengizinkan angin segar demokrasi berhembus melalui aparat partai. Lenin menganggap angin demokrasi lebih berbahaya ketimbang birokratisisme sendri. Ia mengandalkan, meskipun pada akhirnya sulit digapai, para birokrat untuk mereformasi birokrasi, merekayasa satu bagian aparatus melawan bagian lain.

Bagi Miasnikov penyelesaian-penyelesaian Lenin tidak berguna karena gagal menyasar akar permasalahan. Ia yakin reformasi sejati hanya mungkin dari bawah. Miasnikov menyerukan serangan habis-habisan melawan kapitalisme, baik di luar maupun dalam negeri. Ia mengutuk kebijakan “fron persatuan” yang dikemukakan Komunis Internasional. Ia juga menolak kerjasama dengan sosialis moderat dan perjuangan demi keuntungan ekonomi yang terbatas. Reformasi sebagian, desaknya, hanya mungkin melemahkan revolusi proletariat dan mengalihkan misi utama sosialisme menumbangkan sistem kapitalisme. “Zaman ketika kelas pekerja dapat meningkatkan kondisi kesejahteraan dan hukum melalui pemogokan dan tindakan parlementer telah berlalu dan tidak dapat dibalik,” deklarasi manifesto itu. Untuk mengakhiri penghisapan dan penindasan, proletar “harus berjuang tidak untuk tambahan penghasilan, atau untuk mempersingkat waktu kerja. Perjuangan itu dulu penting, tapi sekarang adalah perjuangan untuk kekuasaan.” Kompromi dengan tatanan masyarakat yang ada tidak dapat ditoleransi. Para pekerja negara-negara industri maju harus terus melanjutkan dengan revolusi sosial, bukan nanti, tapi “sekarang, hari ini, esok.” “Bunyikan alaram! Berkumpullah untuk bertarung”… Dengan segala kekuatan dan energi, kita harus mengumpulkan proletariat di seluruh negara untuk berperang melawan kapitalisme, perang yang kasar dan berdarah-darah.” (63)

Pertempuran, bagaimanapun, mesti dimulai di dalam negeri. Dalam manifestonya, Miasnikov membayangkan apakah proletariat Rusia tidak terpanggil “untuk memulai perjuangan baru-dan mungkin yang berdarah-untuk menggulingkan oligarki.” (64) Ia bukannya tidak memikirkan kebangkitan langsung. Alih-alih, ia mencari Komunis dan non-Komunis untuk mendorong pemusnahan birokratisisme dan menghidupkan kembali demokrasi proletarian. Di dalam partai, ia membela hak untuk membentuk faksi dan menentukan program, terlepas dari keputusan Kongres Kesepuluh. “Jika kritik tidak memiliki sudut pandang yang berbeda,” tulisnya pada Zinoviev, “program untuk mengumpulkan dalam satu barisan anggota partai, untuk mengembangkan kebijakan baru tentang pertanyaan ini atau itu, bukanlah kritik yang sungguh-sungguh. Itu hanya kumpulan kata-kata, sekedar penghias bibir.” (65) Miasnikov pergi lebih jauh, mempertanyakan inti monopoli kekuasaan Bolshevik. Di bawah kediktatoran partai-tunggal, sebutnya, pemilu tetaplah “formalitas kosong.” Berbicara “demokrasi pekerja” sambil memaksakan pemerintahan satu partai, ungkap Zinoviev, merupakan istilah yang kontradiktif.” (66)

Begitu juga dengan isi dari manifesto Grup Pekerja. Pada musim semi 1923, manifesto itu beredar secara ilegal dalam bentuk stensil. Salinan-salinan itu menyeberang pemeriksaan perbatasan Polandia. Di sana, pemerintah menyiarkan nukilan-nukilan manifesto itu, seperti halnya memorandum Miasnikov 1921. Di Berlin, manifesto itu menarik perhatian warga Menshevik. Melalui jurnalnya, Sotsialisticheskii vestnik, mereka memuji Grup Pekerja sebagai “elemen Bolshevik yang jujur yang berani bangkit membentangkan spanduk kritik.” (67)

Manifesto itu juga membawa dampak di dalam Rusia. Manifesto itu menjaring kader baru bagi Grup Pekerja. Pada musim panas kelompok itu sudah beranggotakan 300 orang di pusat gerakan, Moskow dan sejumlah kecil pengikut tersebar di kota-kota lainnya. Banyak dari mereka merupakan Bolsheviks Tua, dan semuanya, atau hampir semuanya, merupakan pekerja. (68) Di luar tiga pendiri (Miasnikov, Kuznetsov, dan Moiseev), anggota yang paling aktif adalah A. I. Medvedev (jangan tertukar dengan Oposisi Pekerja S. P. Medvedev). Makh, seorang Bolshevik veteran dari Khrakov, merupakan perwakilan pada Kongres Partai Kesepuluh. Tiunov bergabung dengan partai pada 1917 dan mendapat pendidikan lebih baik ketimbang rekan-rekannya. Pembangkak Komunis Yugoslavia Ante Ciliga yang bertemu dengannya di penjara berpendapat, Tiunov memiliki pikiran teguh, bersungguh-sungguh, dan “tidaklah tanpa ciri-ciri Nechaevist,” (69) Beberapa anggota merupakan bekas dari Oposisi Pekerja, termasuk Makh, Kuznetsov, Demidov, dan Barzitia. Barzitia merupakan anggota Bolshevik sejak 1907 dan satu dari sedikit anggota perempuan di kelompok itu. (70) Semua memiliki pandangan sama dengan Miasnikov tentang kemerosotan partai dan revolusi, dan ketiganya, ditamban dengan Miasnikov, menandatangani Seruan Dua Puluh Dua: Kuznetsov, Shokhanov, dan Medvedev. Sesungguhnya, Kuznetsov menganggap pekerja dan kepemimpinan Boslhevik, sebagaimana istilah penyelidik GPU sebagai, “kekuatan yang antithesis.”
“Kami melihat bagiamana birokrasi partai tingkat atas, rekan seperjuangan kami dulu, semakin tidak percaya pada kami, semakin takut pada kami. Mereka menganggap kami sebagai proletariat slogan, sebagai orang yang bodoh dan buta politik, dan menggunakan kata-kata seperti ‘proletariat’ dan ‘pekerja’ hanya sebagai permainan kata, hiasan di bibir saja.” (71)

Kemunculan Grup Pekerja tidaklah diabaikan. Persoalan ini mengemuka pada Kongres Partai Keduabelas yang digelar pada April 1923 yang diadakan tanpa kehadiran Lenin. Lenin sudah menderita serangkaian struk yang menyebabkan ia lumpuh dan tidak dapat berbicara. Pada akhir kongres, “program tanpa nama” diedarkan dengan menyebut “semua elemen proletariat yang jujur,” baik dari dalam dan luar partai, untuk menyatukan basis manifresto Grup Pekerja. (72) Pengarang dokumen tersebut, yang mengecam troika Zinoviev, Kamenev, dan Stalin serta menuntut pemecatan mereka dari Komite Sentra, jelas-jelas berasal dari Grup Pekerja, dan mungkin Miasnikov sendiri. (73)

Dengan tidak adanya Lenin, tugas menghukum Grup Pekerja ada di tangan Trotsky, Radek, and Zinoviev. Trostsky, mengecam manifesto Miasnikov, teringat “teori tua Machajski yang kini dilupakana” bahwa “di bawah sosialisme, negara akan menjadi aparatus untuk menghisap kelas pekerja.” Radek meluapkan serapah pada “rumusan muluk” kebebasan pers Miasnikov. Zinoviev menyerukan bahwa “setiap kritik pada garis partai, bahkan yang disebut kritik kiri secara objektif sekarang merupakan kritik Menshevik.” Miasnikov, imbuhnya, menganggap “pekerja melawan kita dan kita melawan pekerja.” Ungkapan seperti itu adalah ‘sampah.’ “saya secara pribadi terganggu olehnya selama hampir setahun,” Vladimir Il’ich tergila-gila dengan Miasnikov, menyuratinya, berdebat dengannya,” Sebuah komisi khusus, yang salah satu anggotanya adalah Burkharin, mencoba menyadarkan Lenin. Tanpa Faedah. Miasnikov “berkhianat pada partai kita.” Apapun kesalahannya, desak Zinoviev, partai telah mengusir elit lama penguasa dari akar kekuasannya. “Hegemoni proletariat bertahan di bawah masa-masa paling sulit, dan akan terus bertahan di bawah situasi paling sulit, dan terus berthan. Saya harap, hingga akhir (tepuk tangan).” (74)
Miasnikov menjadi duri dalam daging kepemimpinan partai yang tidak dapat ditoleransi. Pada 25 Mei 1923, sebulan setelah Kongres Partai ke-12, ia ditangkap oleh GPU. Ia menjadi bahan interograsi, ia terus mengkritik birokrasi yang sinis, kejam, dan egois. (75)

Secara mengherankan, Miasnikov dibebaskan dari tahanan dan diizinkan pergi ke luar negeri. Ia menggunakan kereta ke Jerman, mungkin sebagai anggota misi dagang Soviet, cara yang tidak jarang digunakan otoritas untuk mengusir para pembangkak. Tapi, Miasnikov tidak menanggalkan protesnya. Di Berlin, ia menjalin hubungan dengan Partai Pekerja Komunis Jerman (KAPD) yang radikal dan sayap kiri Partai Komunis Jerman (KPD), dipimpin oleh Arkady Maslow dan Ruth Fischer. Miasnikov memaparkan, sebagaimana Fischer sebut, “gambaran yang sangat menciutkan tentang keadaan kelas pekerja Rusia.” (76)

Dengan bantuan kedua kelompok itu, Miasnikov mampu menerbitkan, dalam bentuk buku saku, manifesto Grup Pekerja, (77), dengan pengantar yang menyerukan, sebagaimana ditulis oleh rekan-rekannya di Moskow, “pada kamerad Komunis di seluru dunia.” Seruan itu, singkatnya, meringkas inti-inti manifesto. Mengutip pembukaan Marx pada International Pertama (“pembebasan pekerja harus menjadi tugas, pekerja itu sendiri”) dan baris kedua “Internationale.” Pengantar itu ditutup dengan sekumpulan slogan yang memprokamirkan tujuan Grup Pekerja: “Kekuatan kelas pekerja ada pada solidaritas mereka. Hidup kebebasan berbicara dan pers bagi proletariat! Hidup Kekuasaan Soviet! Hidup Demokrasi Proletariat! Hidup Komunisme! (78).
Ketika Miasnikov berada di Jerman, Grup Pekerja, dipimpin Kuznetsov dan Moiseev mempropagandakan pandangan Miasnikov. Moiseev segera mundur dari Biro Organisasi Pusat Provinsi. Namun, posisinya kemudian segera diambil Makh. Pada 5 Juni 1923, grup itu menggelar konferensi di Moskow dan memilih Biro Moskow, yang terdiri dari antara empat atau delapan anggota (sumber-sumber bertentangan dalam hal ini). Menurut Kuznetsov, Biro Provinsi Komsomol beranggota delapan orang berdiri, dan Makh, anggota Biro Pusat dan Moskow, menyebutkan grup itu berencana menerbitkan jurnal ketika situasi memungkinkan. (79)
Pada skala kecil, kelompok itu menyiapkan pembentukan partai terpisah. Meskipun kelompok ini menyatakan kesetiaan dengan program Partai komunis dan berjanji untuk menolak “semua upaya untuk menggulingkan kekuasaan Soviet,” kelompok ini menjalin hubungan dengan para pekerja yang tidak puas di berbagai kota, memulai perundingan dengan pemimpin-pemimpin Oposisi Pekerja yang sekarang mati (termasuk Kollontai, Shliapnikov, dan Medvedev), dan mencoba membentuk Biro Luar Negeri dengan harapan bisa menarik Kollontai, dengan kontak internasional dan kemampuan berbahasa, dan Maslow di KPD. (80) Upaya itu sia-sia. Berdasarkan sebuah laporan, bagaimanapun, kelompok itu mendapatkan dukungan satu astrama Tentara Merah yang ditempatkan di Kremlin, sekumpulanyang harus dipindahkan ke Smolensk (81)

Kesempatan tidak terduga bagi kelompok ini untuk memperluas pengaruh tiba pada Agustus dan September 1923. Ketikai itu, gelombang mogok melanda pusat-pusat industri Rusia. Krisis ekonomi yang disebut krisis gunting semakin dalam sejak awal tahun, mengakibatkan pemotongan upah dan pemecatan sejumlah besar pekerja. Mogok yang dihasilkan, yang meletus di Moskow dan kota-kota lainnya, merupakan fenomena spontan dan tidak terorganisir, dipantik oleh kondisi yang semakin buruk. Tidak ada bukti yang menghubungkan pemogokan itu dengan faksi oposisi manapun. Grup Pekerja, bagaimanapun, mencoba mengambil keuntungan dari gejolak itu untuk melawan kepemimpinan partai. Dengan menggenjot agitasinya, grup ini menyiapkan seruan satu hari mogok nasional dan mengorganisir demonstrasi massa pekerja, sembari memperingati Minggu Berdarah 1905, dengan foto Lenin di depan. (82)

Penguasa menjadi waspada. Sebagaimana diakui Bukharin, pemogokan-pemogokan itu, digabung dengan kegiatan kelompok-kelompok pembangkang, membetot perhatian akan “pentingnya menurunkan harga, lebih meperhatikan upah, pentingnya menaikan tingkat kegiatan politik anggota organisasi partai kita.” (81) Pada saat bersamaan, Komite Sentral memberi cap Grup Pekerja sebagai “anti-Komunis dan anti-Soviet” serta memerintahkan GPU untuk menggilasnya. Pada akhir September, tempat-tempat pertemuan Grup Pekerja sudah diserbu, terbitan-terbitan dirampas, dan para pimpinan ditangkap. Sebanyak 12 anggota disingkirkan dari partai, di antaranya adalah Moiseev, Tionov, Berzina, Demidov, Kotov, dan Shokhanov, serta 14 lainnya mendapatkan teguran keras. (84)

Bagaimana dengan Miasnikov sendiri? Karena sejak Juni berada di Jerman, ia tidak terlibat dalam agitasi mogok. Bagaimanapun, ia dianggap berbahaya. Maka, pada musim gugur 1923, ia dirayu untuk kembali ke Rusia dengan jamina dari duta besar Soviet di Berlin Krestinksy dan Zinoviet bahwa ia tidak akan disentuh. Begitu tiba di tanah Rusia, ia segera mendekam di balik jeruji bersi. Drzerzhinsky sendiri yang melancarkan penangkapan itu, sebuah tanda pemerintah memandang gawat kasus tersebut. Pada Januari 1924, Lenin meninggal. Pada saat itu, Grup Pekerja sudah dibungkam. Grup Pekerja merupakan gerakan pembangkangan terakhir dalam partai yang diberangus ketika Lenin hidup. Grup Pekerja juga merupakan kelompok tingkat rendah yang digilas dengan restu semua petinggi Soviet, yang saat itu memulai perjuangan mereka memperebutkan takhta Lenin. (85)

Miasnikov menghabiskan tiga tahun setengah di dalam penjara, pertama di Moskow, kemudian di Tomsk dan Viatka. Ia meneruskan protes, menulis kepada Stalin dan Zinoviev, pada Burkharin dan Rykov. Di Tomsk, ia melancarkan mogok makan, aksi keduanya selama di tahanan Bolshevik. Tujaunnya, ia menelaskan dalam sebuah surat yang diselundupkan ke Barat, adalah “untuk memaksa dakwaan formal dan dilanjutkan dengan persidangan terbuka terhadap saya, atau untuk membebaskan saya.” (86) Aksi itu gagal untuk mencapai salah satu dari dua tujuan itu. Di hari kesepuluh mogok, ia dipaksa untuk makan. Miasnikov menolak. Pada hari ke-13, para sipir penjaganya, dengan bantuan GPU lokal, menariknya keluar dan mengurungnya di kamar orang gila. Misanikov mengeluhkan tindakan itu sebagai “contoh yang baik untuk Fasis di seluruh dunia.” Sesungguhnya, ia menambahkan, bahkan fasis tidak menjalankan metode seperti itu. “Mereka tidak sejauh itu, tapi di sini motonya adalah: Protes siapapun adalah hal tidak waras dan termasuk golongan gila.Terlebih jika ia berasal dari kelas pekerja dan menjadi Komunis selama 20 tahun.”(87)

Sekembalinya ke sel, Miasnikov terus sendiri. Tidak ada yang diizinkan berbicara dengannya, bahkan penjaga dan rekan sesame tahanan tidak. Istrinya, Daia Grigor’evna, dan tiga anaknya yang kecil dikirim untuk diasingkan. (88)

Pada 1927, Miasnikov sendiri dibuang ke ibukota Armenia, Erevan. (89). Ia terus berada di bawah pengawasan polisi. Meskipun begitu, pada 7 November 1928, ia ambil bagian dalam demonstrasi anti-pemerintah pada peringatan sebelas tahun Revolusi Bolshevik. Takut ditangkap, ia memutuskan untuk melarikan diri ke luar negeri. Ia memotong rambutnya, mencukur jenggot, dan mengisi tas dengan naskah dan catatan. Ia berangkat dengan kereta menuju Dzhul’fa, kota di perbatasan Persia.

Mendekati Dzhul’fa, ia melompat dari kereta dan menyeberang Sungai Araks ke Persia, hanya untuk segera ditangkap. Setelah dipenjara enam bulan, ia dibuang, tanpa paspor atau visa, ke Turki. Ia terus mendapat kekerasan dari polisi. Dalam sebuah surat pada Pekerja Industri Dunia cabang Rusia di Chicago, yang ditulis dari Konstatinopel pada 27 November, 1929, ia menggambarkan penganiayaanya yang tidak berujung: “Sejak 1922 hingga sekarang saya tidak pernah bebas dari pengawasan, kadang dari GPU, pada lain waktu dari departemen inteligen berbagai pemerintahan.” (90) Kondisinya begitu sulit hingga ia mendekati konsulat Soviet di Trebizond membahas syara-syarat untuk kembali ke Rusia, tapi tidak mencapai kata sepakat. (91) Sepanjang musim semi 1929, Miasnikov mulai berkorespondensi dengan Trotsky, yang sudah mengasingkan diri di Turki pada tahun itu. Mungkin mengejutkan bahwa Miasnikov perlu melakukan ini karena Trotsky, beberapa tahun sebelumnya memimpin penyerangan terhadap oposisi. Saat itu, bagaimanapun, Tortsky, seperti miasnikov, telah dipecat dari partai dan diusir dari Rusia. Ia juga, walaupun terlambat, mengangkat panji demokrasi partai melawan kediktatoran mesin Bolshevik. Meskipun begitu, Trotsky menolak bahwa itu artinya, “membenarkan Miasnikov dan kelompoknya,” (92) Kedua orang itu memiliki cukup kesamaan untuk terlibat dalam diskusi bersahabat. Keduanya berpegang teguh pada kebijakan anti-stalinis sayap-kiri, dalam urusan dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai contoh, posisi mereka terkait Cina jelas mirip. (93)

Meskipun begitu, keduanya tetap bersebarangan pada beberapa hal. Ini terutama pada anggapan Miasnikov bahwa Rusia tidak lagi “Negara Kelas Pekerja.” Miasnikov mengemukakan gagasan itu dalam naskah yang ia kirim ke Trotsky pada Agustus 1929, meminta Trotsky turut menyumbang pengantar. (94) Trotsky menolak, bertahan dengan keyakinannya, dengan alasan meskipun Rusia mengalami sejumlah kekurangan birokratis, Rusia tetaplah negara kediktatoran proletariat.
Manuskrip Miasnikov, karya terakhir dari penanya yang diketahui, mengembangkan gagasan utama tulisan-tulisannya terdahulu. Birokrasi, sebutnya mendengungkan Machajski, “tengah melengkapi arak-arakan kemenangannya.” Birokrasi telah menjadi kelas penindas baru, dengan kepentingan mereka sendiri dan aaspirasi yang menyimpang tajam dari suara kelas pekerja. Soviet Rusia, maka dari itu, tidak lagi menjadi negara kelas pekerja. Rusia merupakan sistem negara kapitalisme, dipimpin oleh elit birokrasi. (95) .

Sejauh kapitalisme negara mengorganisir ekonomi lebih efisien ketimbang kapitalisme swasta, Miasnikov menanggap keberhasilan itu sebagai kemajuan sejarah. (96). Semuanya sama saja, buah revolusi pekerja telah dicuri dan buruh dibonsai menjadi “kelas pengabdi.” Bagi Miasnikov, satu-satunya penyelesaian tetaplah pemulihan demokrasi pekerja. Penyelesaian ini berbuntut, seperti ia rumuskan, “bentuk pemerintahan banyak partai, jaminan semua hak-hak dan kebebasan, secara de facto dan de jure, bagi proletariat, petani gurem, dan intelektual.” Kebencian Miasnikov pada kaum intelektual melunak sejak manifesto Grup Pekerja. Ia sekarang memilah antara birokrat dan bos, di satu sisi, dan “intelektual berpikiran-proletariat, tulus,” di sisi lain. Yang kedua, bergabung dengan pasukan pekerja dan petani, harus berjuang untuk menggulingkan benalu birokrasi. Perubahan sebagian tidak ada gunanya, desak Miasnikov. Hanya penghancuran kapitalisme negara dan penghancuran pemerintahan satu partai yang dapat menyingkirkan “kejahatan birokrasi.” (97)

Maka, Miasnikov, yang memulai dengan upaya reformasi Partai Komunis pada 1920, berujung pada penolakan bahwa Partai Komunis dapat direformasi. Ia menekankan penggantian Partai Komunis dengan “Partai-partai Komunis Pekerja USSR.” Partai-partai itu bersifat plural, kebalikan dengan pemerintahan satu partai yang ada. Meskipun begitu, sejumlah pertanyaan tetap tidak terjawab. Proses seperti apa yang menyesatkan tujuan-tujuang Bolshevisme? Bagaimana bisa terjadi revolusi yang bertujuan untuk kemerdekaan kemanusiaan, menuju masyarakat tanpa kelas dan negara tempat penindasan seharusnya musnah, tenggelam pada lumpur birokratisisme dan penindasan? Sejauh mana kemunduran revolusi diakibatkan penyebab-penyebab yang di luar kendali – karena karantina revolusi di negara miskin dan terbelakang, kerusakan yang disebabkan oleh perang saudara, kesulitan-kesulitan mengelola penduduk yang beragam dan jauh di tengah kekacauan revolusi dan masyarakat yang bergejolak? Tentu faktor-faktor itu penting. “Birokrasi” semata, begitu juga mesin kepemimpinan Bolshevik, tidak dapat dijadikan penyebab tunggal pembusukan. Selain itu, kenapa revolusioner yang membenci pemerintahan otokrasi membangun sendiri birokrasi penindas? Apakah nasib serupa terjadi di revolusi-revolusi sebelumnya? Apakah semua revolusi merosot ketika yang ideal bertbenturan dengan kenyataaan politik, ekonomi, dan budaya?

Miasnikov sedikit menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sebagai tambahan, ia juga tidak kebal dari kirik. Karena mengidealkan proletariat, kelas asal-usulnya, ia menunjukan intoleransi kejam terhadap kelas menengah, intoleransi itu akan menggagalkan versi sosialismenya jika pernah dipraktikan. Karena otoritarianisme dan ketidakpedulian etika Lenin, bukankah menguntungkan baginnya jika ia mencari bantuan spesialis teknis dan non-proletariat lain serta mendaftarkan mereka dalam tugas pembangunan ekonomi? Apa itu “negara kelas pekerja,” jika suatu saat terwujud, dan siapa yang akan mendapat keuntungan? Jelas ini adalah masyarakat bebas tempat individu dari berbagai latar belakang dan kepentingan dapat hidup bersama sebagai manusia yang beragam bukannya sebagai bagian-bagian dari partai atau kelas.

Pemujaan terhadap proletariat mendominasi pemikiran Miasnikov sepanjang hidupnya. Pengalaman yang membelalakan mata di Rusia atau kepahitan hidup di pengasingan tidak menghancurkan harapan teguh dan iman yang penuh hasrat terhadap kemenangan akhir kelas pekerja. Setelah penolakan Trotsky, Miasnikov menjadi sosok yang terasing. Dari Konstantinopel, ia mendapat izin pergi ke Paris, tempat ia tinggal hingga Oktober 1930, menemukan kerja dengan keahlian lama di pabrik logam. Pada 1931, ia menerbitkan manuskrip tentang birokrasi Soviet dengan judul Ocherednoi obman (Tipuan Terkini). Dua tahun kemudian, ketika Marxis Perancis Lucien Laurat menerbitkan risalah serupa, Trotsky segera menemukan kesamaannya. Laurat, tulisnya, jelas-jelas tidak sadar bahwa seluruh teorinya sudah dirumuskan, hanya dengan cara lebih banyak api dan kemuliaann, lebih tiga puluh tahun sebelumnya revolusionis Russia-Polandia Machajski,” dan, baru-baru ini, gagasan yang sama diusulkan oleh Miasnikov, yang menyebutkan bahwa “kediktatoran proletariat di Soviet Rusia digulingkan oleh hegemoni kelas baru, birokrasi sosial.” (98)

Di Paris, Miasnikov kesulitan menyesuaikan diri. Bagiamanapun, secara bertahap penyesuaian diri itu membaik. Ia belajar bahasa Perancis dan memperistri seorang Perancis (walaupun Daia Grigor’evna masih hidup). Ia bertemu dengan dua kenalan oposisi-kiri, Ruth Fischer dan Victor Serge, yang menyebutnya dalam memoar mereka (99). Pada 1939, ketika Fischer terakhir kali melihatnya, ia tampak cukup bahagia. Ketika pecah Perang Dunia 2, Fischer menceritakan pada kita, Miasnikov mengambil kuliah singkat dan lulus sebagai insinyur (100). Ia berusia 50 tahun ketika itu.

Miasnikov menetap di Prancis sepanjang perang. Kemudian pada 1946, ia menghilang. Teman-temannya di Paris mencari tahu keberadaannya. Mereka mengetahui ia telah dibawa ke Rusia dengan pesawat Soviet. Belum dapat disimpulkan apakah ia kembali atas kemauan sendiri atau diculik oleh MVD. Catatan paling dapat dipercaya, yang dipaparkan oleh Roy Medvedev, adalah sebagai berikut. Pada akhir perang, seorang perwakilan dari pemerintah Soviet datang untuk menemui Miasnikov dan mencoba merayunya agar kembali. Miasnikov pada mulanya menolak, mungkin teringat pengalamannya pada 1923, ketika ia tergoda pulang dari Jerman oleh janji palsu. Ia diyakinkan, bagaimanapun, bahwa tidak ada yang perlu ditakuti, bahwa masa lalu sudah dilupakan, dan bahwa izin untuk tinggal dengan bebas di Moskow telah diberikan oleh “otoritas tertinggi,” yang artinya Stalin sendiri. Miasnikov, meskipun ragu-ragu, akhirnya setuju pergi. Ketika ia mendarat di Moskow, ia ditangkap di bandara dan dipindah ke penjara Butyrki. (101)

Sementara itu, kemalangan menimpa istri Miasnikov dan anak-anaknya. Ketika perang melawan Hitler, ketiga putranya bergabung dengan Tentara Merah dan tewas di baris depan. Hasilnya, Daia Grigor’evna menderita gangguan syaraf dan ditempatkan di rumah sakit jiwa.Ia tidak pernah benar-benar pulih setelah setahun menjalani perawatan. Pada 1945, datanglah pukulan terakhir. Dari kunjungan polisi, Ia mendapat informasi bahwa suaminya, yang tidak ia lihat selama dua puluh tahun, berada di penjara Butyrki. Ia mendapat izin menjenguk suaminya. Kebingungan dengan berita itu, ia meminta saran dari teman-temannya. Akhirnya, setelah menunggu seminggu, ia mengunjungi Butyrki. Ia datang terlambat. Ia mendapat kabar Miasnikov sudah ditembak. Begitu mendengar kabar ini, Daia Grigor’evna menderita gangguan mental lagi dan kembali ke rumah sakit, ia meninggal tidak lama setelahnya. (102)

Begitulah nasib Miasnikov dan keluarganya. Demi idealismenya, ia membayar dengan harga mahal. Tapi, catatan sejarah tidak pernah menghapusnya. Apapun salahnya, dan memang banyak, karir heroiknya, penolakannya untuk mengkompromikan prinsip-prinsipnya di bawah tsar dan Bolshvevisme, cukup untuk membuktikan integritas revolusionernya. Orang-orang seperti itu jarang terlupakan. Sejarawan Rusia, menjelajah tahun-tahun setelah 1917, terus dan terus tertarik pada pada oposisi kelompok Miasnikov, pada kritik terhadap kebijakan resmi dan usulan alternatif pembangunan masyarakat sosialis. Pandangan inti Miasnikov – pandangan tentang partisipasi pekerja dalam manajemen, tentang proletariat, demokrasi partai, kebebasan berdiskusi dan debat – terus bertahan di pembangkang Soviet saat ini, dan esok mungkin tiba ketika gagasan-gagasannya, disuarakan dengan tekun dan pengorbanan sedemikian rupa, akan mempengaruhi bentuk kebijakan Komunis demi kemaslahatan rakyat Rusia.

 

Catatan Kaki:
Karena banyaknya jumlah kutipan berbahasa Rusia, catatan kaki, setidaknya untuk saat ini, dihilangkan, lihat RUSSIAN REVIEW, Vol. 43, 1984.
“The Russian Review merupakan jurnal interdisipliner tiga bulanan yang diperuntukan bagi “Masa Lalu dan Kini Rusia.” Jurnal ini memuat artikel ilmiah tentang sejarah, budaya, masyarakat, dan politik Rusia serta Eropa Timur. Para penyunting terkadang menyusun pokok persoalan berdasarkan sekelompok artikel, dengan komentar, yang secara sengaja bersifat interdisipliner.
—-Mereka yang tertarik berlangganan bisa mengirim surat ke The Ohio State University Press, 1070 Carmack Road, Columbus, Ohio 43210. Ilmuwan yang tertarik mengirim artikel atau sumbangsih lain dapat menulis untuk The Russian Review, 106 Dulles Hall, 230 West 17th Avenue, Columbus, Ohio, 43210.”

Para pimpinan Oposisi Pekerja, Shlyapnikov (berdiri, kiri jauh) dan Kirill Orlov (duduk)