1921

Maurice Brinton

Bolsheviks vs Kontrol Pekerja

Negara dan Kontra Revolusi


Terbit: Sebagai pamplet oleh Solidarity, London 1970
Transkrip ke marxists.org: oleh Jonas Holmgren
Proofed: oleh Zdravko Saveski

Terbit dalam bahasa Indonesia: Daun Malam, 2016
Terjemah: Yerry Niko
Proofreading terakhir 2017: oleh Reyhard Rumbayan


1921

Januari

Kampanye resmi untuk persiapan Kongres ke-10, dilancarkan Komite Partai Petrograd yang berhaluan Leninis garis keras (di bawah kepemimpinan Zinoviev). Bahkan sebelum kongres berlangsung, sejumlah langkah administrasi telah diambil untuk memastikan kekalahan pihak Oposisi. Beberapa langkah ini sangat luar biasa sehingga Komite Partai kota Moskow suatu ketika mengeluarkan sebuah resolusi terbuka yang mengecam organisasi di Petrograd “karena tidak menaati aturan mengenai perdebatan yang layak. (1)

 

13 Januari

Komite Partai Moskow menolak “kecenderungan organisasi di Petrograd yang mendaulat diri sebagai pusat bagi persiapan Kongres Partai”. (2) Pendukung Leninis menggunakan organisasi partai di Petrograd sebagai basis untuk menekan keseluruhan Partai. Komite Moskow meminta Komite Sentral “menjamin distribusi materi dan pembicara yang tak berat sebelah . . . sehingga setiap pendapat terwakili”. (3) Rekomendasi ini terbukti dilanggar dengan keji. Di dalam Kongres, Kollontai membeberkan bahwa sirkulasi pamplet yang mereka terbitkan dengan sengaja telah dihambat. (4)

14 Januari

Penerbitan ‘Platform 10’ (Artem, Kalinin, Kamenev, Lenin, Lozovsky, Petrovsky. Rudzutak, Stalin, Tomsky and Zinoviev). Dokumen ini memberi bentuk akhir terhadap tesis Lenin yang dipakai di dalam Kongres.

 

16 Januari

Pravda mempublikasikan platform Bukharin, yang dipandang Lenin sebagai “puncak disintegrasi ideologis”. (5)

21 Januari

Dalam sebuah artikel di Pravda yang mempersoalkan krisis di dalam Partai, Lenin menulis:

“Sekarang kita menambah ke dalam platform hal-hal berikut: kita mesti memerangi kerancuan yang membingungkan—yang sifatnya ideologis—dari elemen-elemen yang tak relevan dari kalangan Oposisi, mereka yang menolak habis-habisan segala ‘militerisasi ekonomi’, mereka tidak hanya menolak ‘metode penunjukkan’ yang telah berlaku hingga hari ini, namun segala penunjukkan. Dalam analisa terakhir, hal ini berarti menolak peran kepemimpinan Partai dalam hubungan dengan rakyat non-Partai. Kita mesti memerangi penyelewengan sindikalis yang akan membunuh Partai bila sama sekali tidak bisa disembuhkan”.

Beberapa waktu kemudian Lenin menulis bahwa “penyelewengan sindikalis menuntun pada runtuhnya kediktatoran proletariat”. (6) Dengan kata lain kekuatan kelas pekerja (‘diktator proletariat’) menjadi tak mungkin jika ada kaum militan di dalam Partai Komunis yang berpikir bahwa kelas pekerja mesti lebih memiliki kekuasaan di dalam produksi (‘penyimpangan sindikalis’). *

Di sini Lenin mengambil posisi yang sangat jelas dalam persoalan “kekuasaan Partai” atau “kekuasaan kelas”. Dia dengan tidak ragu-ragu memilih yang pertama tak ragu untuk merasionalkan pilihannya dengan menyamakan antara keduanya. Namun dia berjalan lebih jauh lagi. Dia tidak hanya menyamakan ‘kuasa kaum pekerja’ dengan kekuasaan Partai. Dia menyamakan hal tersebut dengan ide kepatuhan terhadap pemimpin Partai!

24 Januari

Pertemuan Fraksi Komunis di dalam Kongres Kedua Serikat Pekerja Tambang. Kiselev, seorang pekerja tambang, melontarkan persetujuannya dengan ide-ide Oposisi Pekerja, memperoleh 62 suara melawan 137 suara yang sepakat pada platform Leninis dan 8 untuk Trotsky. (7)

25 Januari

Pravda menerbitkan “Tesis dalam persoalan Serikat Pekerja” yang di tulis Oposisi Pekerja. Alexandra Kollontai menerbitkan ‘Oposisi Pekerja’ yang mengembangkan ide yang sama di tingkatan teoritis. (8)

Untuk setiap gempuran politik yang dilancarkan Oposisi Pekerja, sayangnya, sangat sedikit dokumentasi mengenai kecenderungan ini yang dianggap patut. Informasi mengenai gerakan mereka terutama justru datang dari sumber-sumber Leninis. (9) Serangan ganas terhadap Oposisi Pekerja mengindikasikan bahwa mereka memperoleh dukungan cukup besar di kalangan pekerja di pabrik-pabrik dan hal ini membangkitkan peringatan serius di dalam kepemimpinan Partai. Shlyapnikov, (Komisaris Buruh pertama), Lutovinov dan Medvedev, pemimpin pekerja metal merupakan juru bicara terkenal dari tendensi ini:

“Secara geografis mereka terkonsentrasi di bagian-bagian Rusia-Eropa Sebelah Tenggara: daerah lembah sungai Donet. Daerah Don dan Kuban dan Provinsi Samara di Volga. Di Samara, Oposisi Pekerja mengontrol organisasi Partai di tahun 1921. Sebelum Partai digoyang di Ukraina, di akhir 1920, kaum Oposisi memenangkan simpati mayoritas pekerja di seluruh Republik ini. Titik kuat yang lain ada di provinsi Moskow, dimana Oposisi Pekerja memperoleh hampir seperempat suara Partai dan di kalangan serikat buruh metal di seluruh negeri”. (10) 

Saat Tomsky meninggalkan politik serikat buruh dan bergabung kembali dengan pihak Lenin di tahun 1921, dia “menjelaskan” gerakan Oposisi Pekerja dalam kaitan dengan ideologi industrialisme dan sindikalisme pekerja metal. (11) Perlu di ingat bahwa pekerja-pekerja metal  inilah yang menjadi tulang punggung Komite Pabrik di tahun 1917.

 

Februari

Selama masa diskusi pra-Kongres fraksi Leninis menggunakan sebaik-baiknya Komisi Kontrol yang baru terbentuk. Mereka memastikan pengunduran diri Preobrazhensky dan Dzerzhinsky (yang dihakimi terlalu “lunak” karena berhubungan baik dengan Oposisi Pekerja dan terhadap kalangan Trotskyis dan menggantikan mereka dengan apparatchiks yang lebih keras seperti Solts, yang terus mencaci-maki kepemimpinan Partai yang terbelah oleh karena kelemahannya dalam membatasi kaum ‘ultra kiri’. Kaum Leninis melancarkan kampanye yang berisik dan memainkan tanpa henti tema-tema persatuan dan “bahaya dari dalam” yang mengancam Revolusi. Lagi dan lagi, mereka berlindung pada kultus pribadi seorang Lenin. Segala tendensi lain diberi cap “kontra revolusioner”. Mereka sukses memperoleh kontrol atas mesin Partai, bahkan di daerah-deaerah dengan tradisi panjang mendukung Oposisi.

Begitu ‘sukses’ sehingga beberapa dari ‘kemenangan’ menciptakan keraguan serius soal apakah kemenangan tersebut tidak diperoleh lewat cara yang curang. Pada 19 Januari sebagai contohnya, sebuah konferensi Partai di daerah Armada laut Baltik dikatakan telah memberikan 90% suara kepada kaum Leninis. (12) Namun dalam dua atau tiga minggu kemudian sebuah Oposisi Armada Kapal terbangun dan dan di dalam pamflet yang di distribusikan secara luas dinyatakan: 

“Departemen Politik Armada Baltik telah putus kontak tidak saja dengan rakyat namun juga dengan kaum pekerja politis yang aktif. Ia telah menjadi sebuah organ birokratik tanpa sebuah otoritas. . . Ia telah melenyapkan semua inisiatif lokal dan menciutkan seluruh kerja politik ke tingkatan sekedar masalah koresponden kesekretariatan”. (13) Di luar Partai, hal yang lebih keras makin santer terdengar.

17 Maret

Pemberontakan Kronstadt.

Peristiwa penting yang menghasilkan efek mendalam pada Kongres yang dibuka beberapa hari kemudian dianalisa secara mendalam. (14)

8-16 Maret

Kongres Partai Kesepuluh

Ini terbukti merupakan salah satu pertemuan yang paling dramatis di dalam keseluruhan sejarah Bolshevisme. Namun argumen-argumen yang di pergunakan dan pertempuran yang terjadi di sana hanyalah sebuah bayangan palsu mengenai betapa dalamnya krisis di dalam negeri secara keseluruhan. Pemogokan pecah di Petrograd di akhir Februari dan penduduk Kronstadt mengangkat senjata. Kedua hal ini tidak lain merupakan puncak es yang paling mencolok dari setiap ketidaksukaan dan ketidakpuasaan.

Sejak awal hingga akhir, kaum aparatus sepenuhnya menguasai Kongres. Sebuah atmosfir menjurus ke histeria, hal yang belum pernah dilihat pada pertemuan-pertemuan kaum Bolshevik merasuki sepanjang prosesnya. Sekarang sangat penting bagi kepemimpinan Partai untuk menekan kaum Oposisi yang entah disadari atau tidak dan entah diinginkan atau tidak menjadikan dirinya penyambung lidah dari semua aspirasi frustrasi ini. Di atas segalanya adalah penting untuk mencoreng citra kaum Kronstadt sebagai sebuah gerakan yang mencoba mempertahankan prinsip-prinsip Revolusi Oktober melawan kaum komunis – gagasan mengenai ‘revolusi ke-3’ — yang justru dinyatakan oleh pejuang Kronstadt. “Kami berjuang” kata kaum pemberontak “demi kekuasaan kaum pekerja yang sejati sementara si tangan penuh darah Trotsky and Zinoviev yang sesak kekenyangan dan segala rombongan mereka penyembah kekuasaan Partai. . . “(15)

“Untuk pertama kalinya kaum Kronstadt telah mengibarkan panji-panji pemberontakan Revolusi Ketiga kaum tertindas. . . Kaum otokrasi sudah jatuh. Dewan Konstituate telah mundur ke daerah-daerah pelosok. Sekarang kaum komisaris (komisarisokrasi) sedang runtuh. . . “(16)

Dalam Kongres Trotsky memusatkan serangannya pada Oposisi Pekerja. 

“Mereka tampil dengan slogan yang berbahaya. Mereka telah menjadikan prinsip-prinsip demokrasi barang pemujaan. Mereka telah menempatkan hak kaum pekerja untuk menetapkan perwakilannya melampaui Partai. Seakan-akan Partai tidak berhak menancapkan kediktatorannya, sekalipun jika kediktatoran Partai tersebut untuk sementara bertentangan dengan semangat demokrasi pekerja saat ini!”

Trotsky berbicara mengenai “hak kelahiran yang bersejarah Partai”. 

“Partai wajib mempertahankan kediktatorannya . . . sekalipun kebimbangan sementara melanda bahkan di antara kelas pekerja. . . Kediktatoran tidak mendasarkan diri momen yang terberi dalam prisip-prinsip formal sebuah demokrasi buruh. . . “.

Serangan militer atas Kronstadt dimana lebih dari 200 delegasi Kongres telah turut berpartisipasi dibarengkan dengan pembantaian verbal yang masif terhadap Oposisi Pekerja dan tendesi serupa. Meski anggota-anggota terkemuka Oposisi bertempur melawan kaum Kronstadt (karena mereka masih memegang ilusi mengenai ‘peran kesejarahan Partai’ dan karena mereka masih terjebak di dalam loyalitas organisasional lama), Lenin dan pemimpin Partai lain sepenuhnya sadar akan kedekatan antara kedua gerakan ini. “Keduanya menyerang kepemimpinannya karena telah melanggar semangat revolusi, yang telah mengorbankan cita-cita egalitarian dan demokratis di atas altar kemanfaatan dan kecondongan pada hal-hal birokratik berikut kekuasaan bagi dirinya sendiri”. (17)

Dalam hubungan dengan isu-isu riil, tuntutan mereka juga saling bertumpukkan di beberapa masalah. Di antara sejumlah pemberontak Kronstad, sebagian merupakan mantan anggota Partai yang membelot telah menyatakan bahwa 

“Republik Soviet Sosialis hanya mungkin menjadi kuat saat administrasinya dimiliki kelas tertindas, diwakili oleh serikat-serikat pekerja yang diperbarui . . Akibat aturan dari Partai yang berkuasa saat ini, serikat buruh tidak mungkin memiliki kesempatan untuk menjadi organisasi kelas yang murni”. (18) 

Ketika turun ke soal fetisisme terhadap serikat pekerja, bahasanya menjadi sama.

Kongres dibuka dengan pidato Lenin yang sengit yang menyerukan untuk loyal kepada Partai dan menolak Oposisi Pekerja sebagai ancaman terhadap Revolusi. Kaum Oposisi merupakan kaum borjuis kecil”, aliran “sindikalis”, “anarkis” yang tercipta sebagian oleh masuknya elemen-elemen ini ke dalam Partai, elemen-elemen yang belum sepenuhnya mengadopsi pandangan dunia komunis”. (19) (Pada kenyataannya alasan kemunculan kaum Oposisi justru sangat berbeda. Mereka merupakan reaksi basis proletar di dalam Partai atas masuknya gerombolan semacam itu.) Argumentasi dasar kaum Oposisi tidak dihadapi secara mendalam. Argumen yang berbeda dari makian yang dikeluarkan, sering membingungkan. Sebagai contoh, kaum Oposisi Pekerja selain (a) “benar-benar kontra-revolusioner”, dan (b) “secara obyektif kontra-revolusioner”, mereka juga dianggap sekaligus “terlalu revolusioner”. Tuntutan mereka “terlalu maju” dan bahwa Pemerintahan Soviet mesti harus berkonsentrasi untuk mengatasi keterbelakangan budaya rakyat. (20) Menurut Smilga, tuntutan ekstrim (dari Oposisi Pekerja) menganggu upaya Partai dan menimbulkan harapan di tengah kaum pekerja yang hanya akan menyisakan kekecewaan. (21) Tetapi, yang paling penting, tuntutan posisi Pekerja keliru dengan memakai cara (anarko-sindikalis)-nya itu. Inilah kelaknatan yang utama. “Jika kita musnah” ujar Lenin secara tertutup mengatakan :

“adalah lebih penting untuk menjamin garis ideologi kita dan memberi pelajaran bagi penerus  kita. Hal ini tidak pernah boleh dilupakan, bahkan di dalam situasi yang paling sia-sia”. (22)

Berakhir sudah bulan madu 1917 yang singkat. Hilang sudah retorika macam ‘Negara dan Revolusi’. Darinya muncul kerangka perpecahan Internasional Pertama. Kejahatan utama kaum Oposisi adalah elemen-elemen di dalamnya (dan yang lebih khusus lagi di antara orang-orang pinggirannya semacam Myasnikov dan Bogdanov) mulai mengeluarkan pertanyaan yang sangat aneh. Dengan agak canggung dan meraba-raba sejumlah orang mulai mempertanyakan keutamaan Partai,  sifat kelas Negara Rusia. Selama kritisisme hanya berkenaan soal “perubahan bentuk dan penyimpangan birokratik atau bahkan dari partai itu sendiri, partai masih dapat menerimanya (bahkan kenyataannya telah menjadi cukup terlatih dalam bidang ini!). Namun saat mulai meragukan hal-hal yang sama sekali mendasar hal itu tak dapat di toleransi. 

Ancaman ini serius, sekalipun pada saat itu hanya secara implisit terbersit di dalam pemikiran gerakan Oposisi. Tesis Ignatov telah memperingatkan akibat yang akan terjadi dari “masuknya rakyat strata borjuis dan borjuis kecil ke dalam jajaran Partai kita” dan kelas dikombinasikan dengan “kekalahan yang diderita oleh kelas proletar selama Perang Sipil”. (23) Namun munculnya satu hal membawa ke hal lain. Segera setelah berakhirnya Kongres, Bogdanov dan Kelompok Kebenaran ‘Pekerja’ menyatakan bahwa revolusi telah berakhir dengan “kekalahan mutlak kelas pekerja”. Mereka menyalahkan 

“birokrasi, bersama dengan orang-orang pendukung Kebijakan Ekonomi Baru (NEP) yang telah menjadi kaum borjuis baru, yang bergantung pada eksploitasi pekerja dan mengambil keuntungan atas keadaan dis-organisasi kaum pekerja. Dengan jatuhnya serikat buruh ke tangan birokrasi, kaum pekerja menjadi lebih tak berdaya lagi”.

“Partai Komunis . . . setelah menjadi Partai penguasa, partainya kaum terorganisir dan pemimpin dari aparatus negara dan kehidupan ekonomi berbasis kapitalis . . . telah sepenuhnya kehilangan hubungannya dan komunitas dengan kaum proletariat”. (24) 

Pemikiran seperti ini mengancam hal yang paling dasar dari rejim Bolshevik dan dengan kejam telah dihapus dari pikiran rakyat pekerja.

“Marxisme mengajarkan kepada kita” kata Lenin, “bahwa hanya partai politik dari kelas pekerja yaitu Partai Komunis, yang memiliki kedudukan untuk menyatukan, mendidik, mengorganisir . . . dan mengarahkan segala segi dari gerakan kaum proletariat dan dengan demikian seluruh rakyat pekerja. Tanpa hal ini kediktatoran proletariat tak memiliki makna apapun”. (25) 

Tentu saja ‘Marxisme’ juga mengajarkan hal yang lain. Ia menekankan bahwa “emansipasi kelas pekerja merupakan tugas kelas pekerja itu sendiri”(26) dan bahwa “kaum Komunis tidak membentuk kelompok terpisah, dari kelompok-kelompok kelas pekerja”. (27) Dakwah yang disampaikan Lenin ini kenyataannya bukan ‘Marxisme’ tetapi Leninisme kasar dari ‘What is to be done?’ (yang ditulis tahun 1902), Leninisme yang telah menegaskan bahwa kelas pekerja yang dibiarkan dengan alatnya sendiri hanya akan mampu membangun sebuah kesadaran serikat pekerja-isme dan hanya bisa memiliki kesadaran politik dengan injeksi dari luar, oleh ‘mesin ilmiah’ cendekiawan borjuis kecil. * Di pikiran kaum Bolshevik, Partai merupakan perwujudan kepentingan bersejarah dari kelas Proletariat, terlepas kelas tersebut memahami hal itu ataupun tidak dan apakah kelas tersebut menginginkannya atau tidak. Dengan premis-premis seperti ini, setiap tantangan terhadap hegemoni partai apakah di dalam bentuk aksi atau hanya di dalam pikiran sudah setaraf dengan ‘pengkhianatan’ terhadap Revolusi, sebuah pemerkosaan terhadap sejarah.

‘Persatuan’ menjadi tema utama yang menjalar ke segala arah selama kongres berlangsung. Memperoleh ancaman entah dari luar dan “ancaman” dari dalam, tidak membutuhkan hal yang sulit bagi kepemimpinan untuk memperoleh persetujuan terhadap langkah-langkah Draconian yang akan diambil. Inipun masih di tindaklanjuti dengan pembatasan lebih jauh kepada anggota-anggota partai. Hak membentuk fraksi dihapuskan. 

“Kongres menetapkan pembubaran secepatnya kelompok-kelompok tanpa terkecuali yang telah mendasarkan diri mereka atas satu dan lain platform . . . ketidakpatuhan untuk melaksanakan keputusan dari Kongres ini akan menuntun pada dikeluarkan segera dan tanpa syarat dari Partai”. (28) 

Sebuah ketentuan rahasia soal hak disipliner tak terbatas diberikan kepada Komite Sentral, termasuk mengeluarkan anggota dari dalam Partai dan bahkan dari Komite Sentral sendiri (untuk hal ini dua per tiga suara akan diperlukan.)

Langkah-langkah ini, yang merupakan sebuah titik balik organisasional dalam sejarah Bolshevisme, didukung secara menyeluruh. Namun bukan tanpa perasaan kuatir. Karl Radek menyatakan: 

“Saya merasa bahwa sebuah aturan telah didirikan yang memunculkan perasaan ketidakpastian di antara kami, terhadap siapa aturan ini akan diberlakukan. Ketika Komite Sentral dipilih, kawan-kawan dari kalangan mayoritas menyusun sebuah daftar yang memberikan mereka kontrol. Setiap kawan telah mengetahui bahwa hal ini diterapkan pada permulaan perpecahan di dalam Partai. Kami tidak mengetahui . . . apa komplikasi yang mungkin muncul. Kawan yang mengusulkan aturan ini berpikir aturan ini merupakan pedang untuk melawan kawan-kawan yang berpikiran berbeda. Meski saya juga memberikan suara terhadap resolusi ini, saya merasakan bahkan aturan ini mungkin bakal berbalik melawan kami”. 

Menekankan bahayanya situasi yang dihadapi partai dan negara, Radek menyimpulkan “biarkan Komite Sentral pada saat genting ini mengambil langkah-langkah paling keras terhadap kawan-kawan terbaik, jika dipandang perlu”. (29) Sikap ini, atau lebih lagi tepat mentalitas ini [Partai tidak mungkin salah dalam relasinya dengan kelas. Komite Sentral tak mungkin keliru dalam relasinya terhadap Partai] akan menjelaskan banyak dari peristiwa-peristiwa di masa akan datang. Hal ini secara sungguh-sungguh akan menjerat leher ribuan kaum revolusioner yang jujur. Hal ini juga membantu seseorang untuk mengerti  secara lebih baik penyangkalan di hadapan publik yang dilakukan Trotsky di tahun 1927 bahwa Lenin pernah meninggalkan testamen politik, dan ‘pengakuan’ dari para Pengawal Bolshevik Tua selama Pengadilan Moskow di tahun 1936-1938. Partai, sebagai institusi, telah diberhalakan. Ia sekarang melambangkan keterasingan manusia dalam kaitannya dengan politik revolusioner. 

Dalam hubungan dengan perubahan politik ini atau yang lebih tepat munculnya apa yang telah selalu menjadi pokok-pokok dari Bolshevisme ‘diskusi’ yang terjadi dalam konferensi tak terlalu berarti. Karenanya mereka dengan sengaja telah ditinggalkan hingga waktu terakhir. Masih beroperasi di dalam kerangka ‘Partai’ Perepechko, anggota dari Oposisi Pekerja, mengindentifikasi birokratisasi (dalam Partai) sebagai sumber perpecahan antara otoritas Soviet dan aparatus soviet secara keseluruhan dan rakyat pekerja yang lebih luas. (30) Medvedev mendakwa Komite Sentral “penyimpangan ke arah ketidakpercayaan kekuatan kreatif kelas pekerja dan berkonsesi dengan kasta borjuis kecil dan borjuis”. (31) Untuk mengimbangi tendensi ini dan memelihara semangat Proletarian di dalam Partai, Oposisi Pekerja mengusulkan “setiap anggota Partai wajib hidup dan bekerja selama tiga bulan dalam setiap tahun sebagai proletarian atau petani biasa, terlibat dalam kerja fisik”. (32) Tesis Ignatov menyerukan agar minimal dua per tiga dari setiap lembaga Partai berisikan kaum pekerja. Kritisisme terhadap kepemimpinan lebih pahit dari tahun-tahun sebelumnya. Seorang utusan menciptakan kegemparan saat menyebut Lenin sebagai “chinovnik yang paling senior” (nama hirarki birokrasi zaman Tsar). (33) Para pemimpin memainkan permainannya lamanya. Resolusi yang panjang mengenai serikat buruh, ditulis oleh Zinoviev disahkan dengan suara 336 melawan 50 (sepakat dengan Trotsky) dan 18 (sepakat dengan Oposisi Pekerja). (34)

“Zinoviev mengambil langkah pahit di dalam dokumen dengan mengklaim sebuah kelanjutan dari doktrin serikat pekerja . . . dinyatakan oleh Kongres Serikat Pekerja Pertama dan di dalam program Partai tahun 1919. Ini merupakan alat yang telah lama di kenal untuk menyemburkan tabir asap ortodoksi untuk menutupi pengalihan yang sedang berlangsung.” (35) 

Dokumen yang bicara banyak mengenai ‘demokrasi buruh’ diteruskan dengan penekanan dalam istilah yang tak setara bahwa partai akan memandu semua kerja serikat pekerja.

Di hari akhir Kongres, diakhir sebuah sesi, tanpa diskusi sebelumnya di dalam Partai dan setelah sejumlah delegasi telah pulang, Lenin membuat proposal terkenalnya menyangkut Kebijakan Ekonomi Baru (NEP). Dia mengusulkan pergantian sebuah “pajak jasa-barang” untuk suatu imposisi perampasan gandum dari para petani, salah satu hal yang paling dibenci dalam ‘perang komunisme’. Pemerintah akan mengakhiri kontrol atas pasokan gandum, yang akan berimplikasi pada, munculnya perdagangan gandum. Proposal penting ini diikuti oleh sumbangan pemikiran para hadirin selama empat kali sepuluh menit. Laporan resmi mengenai Kongres ke-Sepuluh di tulis dalam 330 halaman, di antaranya, hampir 20 halaman lebih di dedikasikan untuk NEP! (36) Perhatian utama Kongres jelas ada di tempat lain!

Pengetatan internal sekarang berlanjut menjadi pembalasan. Sebuah resolusi didesakkan yang menyatakan bahwa “tugas mendesak Komite Sentral adalah pemberlakuan secara ketat keseragaman di dalam struktur komite-komite Partai”. Keanggotaan Komite Sentral diperbesar dari 19 ke 25. 5 orang itu akan mendedikasikan diri mereka sepenuhnya kepada kerja Partai (khususnya komite-komiteinsi dan menghadiri Konferensi provinsi  yang berkunjung ke ke daerah dan menghadiri Konferensi Partai di daerah). (37) Komite Sentral yang baru segera menerapkan sebuah perubahan radikal di dalam komposisi Sekretariat. Kaum Trotskyists (Krestinsky, Preobrazhensky dan Serebriakov), di hakimi karena dukungan mereka yang hangat-hangat kuku di garis Leninis, di turunkan dari keanggotaan Komite Sentral sekaligus. Perubahan radikal juga terjadi di Orgbureau dan pada komposisi jumlah organisasi Partai secara lintas daerah. (38)

Keadaan ‘Disiplin’, ‘keamanan’ di terapkan di segala tingkat. “Perubahan organisasional di tahun 1921 merupakan kemenangan mutlak bagi Lenin, kaum Leninis, dan filosofi kaum Leninis dalam kehidupan Partai”. (39) Partai tadinya menghendaki tujuan sekarang menghendaki juga kesemua alat-alatnya. 

Tetapi ada juga material yang memiliki nilai meragukan. Edisi pertama bahasa Rusia dari pamflet ‘What is to be done’ menampilkan di sisi paling depan kata-kata Lasalle yang terkenal: ‘‘Partai memperkuat diri dengan membersihkan dirinya sendiri”.

Epilog

Mei 1921

Kongres Serikat Pekerja Metal se-Rusia.

Serikat buruh ini telah membuktikan diri sebagai tulang punggung perjuangan tahun 1905. Serikat ini telah dimenangkan oleh kaum Bolsheviks sejak 1913. Ia telah menghidupi Komite-komite pabrik dan menyediakan banyak jiwa untuk detasemen-detasemen Pengawal Merah.Pada saat ini mereka terpengaruh secara mendalam oleh ide-ide Oposisi Pekerja. Pemimpinnya, Medvedev, merupakan anggota aktif kaum Oposisi. Cengkramannya dalam serikat mesti di patahkan. 

Pada Kongres pekerja Metal, Komite Sentral Partai menyerahkan kepada fraksi Partai di serikat sebuah daftar para kandidat yang direkomendasikan menduduki jabatan kepemimpinan serikat buruh (sic !). Para delegasi-delegasi pekerja Metal memberi suara melawan daftar ini, demikian juga fraksi Partai di dalam serikat (dengan suara 120 melawan 40). Setiap tekanan yang dapat di bayangkan kemudian mesti ditanggung mereka semua. Kelompok oposisi mesti di hancurkan. Komite Sentral Partai menyepelekan suara banyak orang dan mengangkat sebuah komite pekerja Metal sendiri. (40) Cukup sudah bicara soal ‘delegasi yang dipilih dan dapat diganti’. Di pilih oleh keanggotaan serikat pekerja dan dapat diganti oleh kepempinan Partai!

17-25 Mei

Kongres Serikat Pekerja se-Rusia Keempat.

Untuk mendiskusikan peran serikat pekerja dalam, sektor swasta, sektor baru yang dikenakan sanksi oleh NEP. Tomsky sebagai presiden Dewan Sentral Serikat Pekerja seluruh Rusia, dipercaya Komite Sentral Partai untuk menyiapkan ‘tesis’ yang layak dan memastikan hal itu diterima pertama oleh fraksi Partai dan kemudian oleh Kongres secara keseluruhan. Segalanya berlangsung dengan mudah hingga mendapat suara 1,500 votes berbanding 30, Kongres juga menyetujui sebuah langkah yang terlihat ofensif yang di ajukan Riazanov atas nama fraksi Partai, yang menimbulkan sebuah skandal besar. Bagian utama dari resolusi ini menyatakan: “personil terkemuka gerakan serikat pekerja mesti dipilih di bawah panduan umum Partai, tetapi mesti membuat usaha khusus untuk membiarkan metode normal demokrasi proletarian, khususnya di dalam serikat pekerja, dimana pemilihan kepemimpinan mesti diberikan kepada kaum serikat pekerja sendiri”. (41)

Komite Sentral sangat meradang. Mereka menerjang Kongres bagai sejuta ton bongkahan. Tomsky, yang bahkan tidak mendukung resolusi yang tidak lazim ini, mendapatkan diri ditarik sebagai wakil Komite Sentral di dalam Kongres. Dia diganti oleh kaum serikat pekerja yang terkemuka semacam Lenin, Stalin dan Bukharin yang bertugas untuk mengerus perpecahan di tubuh fraksi. Ryazanov selamanya dilarang bersentuhan dengan kerja-kerja dari serikat pekerja.

Sebuah komisi khusus, dikepalai Stalin, didirikan untuk “menyelidiki sikap-sikap Tomsky”. Penyelidikannya selesai, di putuskan untuk menegurnya atas “kelalaian jahat” yang parah (karena membiarkan Kongres mengemukakan keinginannnya sendiri). Tomsky dibebaskan dari fungsinya di Dewan Serikat Pekerja seluruh Rusia. Terhadap fraksi Partai, mereka ‘sudah berbicara’ untuk membalikkan keputusan di hari sebelumnya. Tidak ada catatan mengenai bagaimana nasib ratusan delegasi lain yang memilih mendukung resolusi ini. Tapi siapa peduli? Di 1917 ia telah menyatakan bahwa “setiap koki mesti belajar mengelola Negara”. Di tahun 1921, Negara sudah sangat jelas cukup kuat untuk memerintah setiap koki!

 


 

Kesimpulan

Peristiwa-peristiwa yang digambarkan di pamflet ini memperlihatkan bahwa di dalam hubungannya dengan kebijakan industrial ada hal terang-benderang dan hubungan yang tak terbantahkan antara apa yang terjadi di bawah Lenin and Trotsky dan praktek-praktek Stalinisme di kemudian hari. Kita tahu banyak dari kalangan revolusioner kiri merasa pernyataan ini sulit untuk diterima. Betapapun kami yakin bahwa untuk setiap pembaca yang jujur yang dapat mencermati fakta-fakta yang disuguhkan pasti akan sampai kepada kesimpulan yang sama. Semakin seseorang membongkar fakta-fakta dari periode ini, semakin sulitlah untuk menentukan atau bahkan melihat “teluk” yang diduga memisahkan apa yang terjadi semasa Lenin dari apa yang terjadi kemudian. Pengetahuan sesunguhnya akan fakta-fakta juga membuat semakin mustahil untuk menerima sebagaimana warga Jerman lakukan bahwa keseluruhan peristiwa yang terjadi sebagai sesuatu yang “secara historis tak terhindarkan” dan “telah dibatasi secara obyektif”. Ideologi dan praktek kaum Bolshevik merupakan sesuatu yang penting dan seringkalli menjadi faktor menentukan di dalam pertimbangan dalam perhitungan, di setiap tahapan kritis dari periode kritis ini. Sekarang saat fakta-faktanya semakin tersedia, me-mistifikasi diri sendiri akan masalah ini tak lagi memungkinkan. Jika seseorang yang telah membaca halaman-halaman ini tetap ‘bingung’ itu tak lain karena mereka memang tetap ingin berada di keadaan seperti itu atau karena (sebagaimana yang dilakukan penerima manfaat dari sebuah masyarakat yang sama seperti di Rusia) adalah kepentingan mereka untuk tetap bersikap demikian.

Fakta bahwa begitu banyak orang yang telah menghabiskan demikian panjang umur hidupnya di dalam gerakan sosialis mengetahui hanya begitu sedikit mengenai periode ini tidaklah begitu mengagetkan. Dalam derasnya antusiasme sebuah ‘kemenangan revolusi sosialis’ 1917, hampir tak terelakkan bahwa sudut pandangan bahwa para pemenanglah yang menjadi  satu-satunya pihak yang di dengar. Selama bertahun-tahun satu-satunya alternatif adalah ratapan pura-pura kaum sosial-demokrasi atau kegeraman terbuka kaum kontra revolusioner. Suara oposisi libertarian-revolusioner terhadap Bolshevisme telah benar-benarnya dan di bekap.

“Vae victis” dikatakan Brennus dari Gaul tahun 390 BC saat dia mengacungkan pedangnya yang berat ke atas timbangan yang menimbang berat uang tebusan, untuk mengakhiri pengepungan atas kota Roma.”Mengejek orang-orang (mereka) yang telah mampus” telah menjadi cara menghakimi sejarah sepanjang waktu. Inilah sebabnya begitu sedikit hal yang kita dengar mengenai para revolusioner yang tidak menunggu hingga tahun 1923, namun semenjak awal 1918, melihat arah gerak masyarakat Rusia dan menyatakan keberatannya, seringkali dengan tumbal kehilangan hidup. Mereka, dan memori akan mereka, dilenyapkan dalam kebangkitan birokratik dalam dekade-dekade berikutnya, yang secara eufimisme digambarkan sebagai ‘pembangunan sosialisme’.

Hanya sejak tahun-tahun belakangan, saat buah ‘kemenangan’ revolusi mulai di tuai (di Hongaria, Ceko, Slowakia, dan banyak tempat lain) keraguan yang meluas mulai muncul dan pertanyaan sesungguhnya akhirnya mulai di tanyakan. Baru sekarang, kerja-kerja serius mulai di dedikasikan kepada sifat alami dari kebusukan (tindak-tanduk Bolshevik dalam relasinya terhadap produksi) dan perhatian di arahkan ulang kepada peringatan dari masa lalu dari mereka-mereka yang ‘mampus’. Materi-materi berharga dalam jumlah besar dari tahun-tahun pembentukan masih butuh dikembalikan kepada gerakan revolusioner, pemilik sahnya.

Lima puluh tahun setelah Revolusi Rusia, kita dapat melihat dengan fokus yang makin tajam sejumlah masalah yang pernah dengan sangat panas di perdebatkan antara tahun 1917 dan 1921. Kaum libertarian revolusioner di tahun 1917, bertindak sejauh yang mereka mampu. Namun sekarang kita dapat berbicara dari pengalaman yang nyata. Hungaria di 1956 dan Prancis di tahun 1968 telah menyoroti permasalahan masyarakat kapitalis birokratik modern dan memperlihatkan sifat alami dari oposisi revolusioner yang mereka timbulkan, baik konteks Timur dan Barat. Hal-hal yang tidak relevan dan tidak pasti telah tersapu bersih. Pertanyaan-pertanyaan kunci pada masa kita adalah saat ini makin dilihat sebagai masalah dominasi manusia atas lingkungan hidupnya dan atas lembaga-lembaga yang diciptakannya sendiri untuk memecahkan tugas-tugas yang dihadapinya. Akankah manusia tetap mengontrol para ciptaannya atau mereka akan mendominasi manusia? Di dalam pertanyaan-pertanyaan ini terkandung hal yang lebih mendasar lagi mengenai ‘kesadaran palsu’ manusia, mengenai demistifikasi manusia dalam hubungannya atas pengelolaan ‘komplesitas’, soal mengembalikan kepercayaan diri kepada dirinya sendiri, kemampuannya untuk menjamin kontrol atas otoritas yang di delegasikannya, dan soal pengambil-alihan kembali segalanya yang telah diambil kapitalisme dari dirinya. Juga secara implisit dalam pertanyaan ini adalah bagaimana melepaskan potensi yang sangat kreatif di dalam setiap dari kita dan memanfaatkannya kepada tujuan yang telah kita pilih bagi diri kita.

Dalam perjuangan mencapai tujuan-tujuan ini Bolshevisme akhirnya akan dipandang sebagai sebuah penyimpangan yang mengerikan, pakaian terakhir yang dikenakan ideologi borjuis saat ia sedang di tumbangkan hingga akar-akarnya. Penekanan Bolshevisme atas ketidakmampuan rakyat mencapai sebuah kesadaran sosialis melalui pengalaman mereka sendiri hidup di bawah kapitalisme, rumusannya soal sebuah struktur ‘partai pelopor’ hirarkis, dan ‘sentralisasi untuk melawan kekuatan negara borjuis yang tersentralisir’, pernyataannya menyangkut ‘hak sejarah’ bagi mereka yang telah menerima sebuah visi masyarakat tertentu (dan masa depannya) dan menyatakan hak untuk mendiktekan visinya ini atas semua yang lain jika perlu di bawah todongan senapan, kesemuannya ini akan dikenali sebagai apa mereka sebenarnya: usaha terakhir masyarakat borjuis untuk memasukkan ulang visi sakralnya kepada para pemimpin dan memimpin, dan mempertahankan relasi sosial otoritarian di keseluruhan aspek kehidupan manusia.

Agar dapat bermakna revolusi yang akan datang haruslah libertarian secara mendalam. Ia akan mendasarkan diri pada asimilasi nyata seluruh pengalaman Rusia. Ia harus menolak untuk menukar sekelompok penguasa dengan penguasa lain, satu rombongan penghisap dengan rombongan penghisap lain, sekelompok pendeta dengan jenis pendeta yang lain, sekelompok pemuja otoritarianisme dengan kelompok lain, atau ortodoksi ketat ke ortodoksi lain. Ia harus mencabut semua solusi palsu itu yang merupakan bentuk-bentuk perwujudan sisa-sisa keterasingan manusia. Sebuah pemahaman yang nyata dari Bolshevisme mesti menjadi bumbu penting di setiap revolusi yang bertujuan melampaui segala bentuk keterasingan dan mistifikasi-diri. Saat masyarakat lama rontok baik borjuis dan birokrasi mesti dikubur dibawah reruntuhannya. Akar dari mana mereka tumbuh harus dimengerti. Pada tugas besar inilah, revolusi masa mendatang akan me-nemukan kekuatannya dan inspirasi dari pengalaman berjuta-juta orang, baik di Timur maupun Barat. Jika hal itu bisa terbantu sekecil apapun dari adanya buku ini, usaha kami telah cukup berharga.

 

Catatan Kaki

CATATAN KAKI
1. L. Trotsky. Tenth Party Congress Otvet petrogradskim tovarishcham (Jawaban untuk Kawan-Kawan Petrograd). hal. 826-827, catatan 1.
2. ibid., h. 779, Appendix 6.
3. ibid.
4. A. Kollontai. Kongres Partai Kesepuluh, h. 103.
5. V, 1. Lenin. Selected Works, vol. IX, h 35
6. ibid, h. 57.
7. ibid, h. 79.
8. Teks lengkap tersedia sebagai Solidarity Pamphlet No
7. (price 3/6, post free)
9. Lihat contohnya K. Shelavin’s Rabochaya oppozitsiya (The Workers Opposition), Moscow 1930

10. R. V. Daniels, op. cit., h.127
11. Tomsky. Tenth Party Congress hal. 371-372.
12. Pravsa, January 27, 1921
13. Quoted in A.S. Pukhov ‘Kronshtadtski myatezh v 1921 g.’ (Perlawanan Kronstadt 1921), Leningrad 1931, h. 52. Pamplet Ida Mett ‘The Kronstadt Commune’ memberikan gambaran jelas soal ‘ketidakpuasan’ meluas di Petrograd saaat itu.

14. Dokumentasi menarik lihat Solidarity Pamphlet No.27’ ‘The Kronstadt Commune’, oleh Ida Mett (3/-post free) dan Kronstadt 1921 oleh Victor Serge (9d.post free).
15. Isvestiya vremennogo revolyutsionnogo komiteta (News of the Provisional Revolutionary Committee),
10 Maret 1921.

16. ibid., 12 Maret 1921.
17. R.V. Daniels, op. cit., h. 145-6
18. News of the Provisional Revolutionary Committee 9 Maret.

19. Tenth Party Congress. ‘O sindikalistskom i anarkhists-kom uklone v nashei partii’ (On the syndicalist and anarchist deviation in our party). Resolutions I, 530.
20. ibid., hal. 382-383.
21. ibid., h. 258.
22. Trotsky. Letter to friends in the USSR, 1930. (Trotsky Archive T 3279).
23. Kongres Partai Kesepuluh (Ignator Theses).
24. N. Karev. O gruppe “Rabochya Pravda” (On the ‘Workers Truth’ Group). Bolshevik, 15 Juli 1924, hal.31 ff.
25. Tenth Party Congress Resolutions I, 531
26. K. Marx and F. Engels. Manifesto of the Communist
Party. Selected Works, Moscow (FLPH), 1958, vol. 1, h. 28.
27. ibid., h. 46.
28. Aslinya tidak ada catatan kaki 28!!
29. Radek. ibid., h. 540.
30. ibid., h. 93.
31. ibid., h. 140.
32. ibid., ‘Resolution on Party organisation proposed by the Workers Opposition.’ h. 663
33. Yaroslavsky, ibid., reporting statements by Y. K.
Mlonov.
34. ibid., h. 828, n.l.
35. R. V, Daniels, op. cit., h.156.
36. L. Schapiro. op. cit., h. 308.
37. Tenth Party Congress Resolutions, hal. 522-526.
38. R. V. Daniels, op. cit., h. 151-152.
39. ibid., p. 152.

40. Isvestiya Ts. K. No. 32 1921, hal. 34. Lihat juga Schapiro, op. cit, hal. 323
41. Ryazanov. Eleventh Party Congress. hal. 277-8. Juga Schapiro, op. cit., hal. 324 – 325.