1919

Maurice Brinton

Bolsheviks vs Kontrol Pekerja

Negara dan Kontra Revolusi


Terbit: Sebagai pamplet oleh Solidarity, London 1970
Transkrip ke marxists.org: oleh Jonas Holmgren
Proofed: oleh Zdravko Saveski

Terbit dalam bahasa Indonesia: Daun Malam, 2016
Terjemah: Yerry Niko
Proofreading terakhir 2017: oleh Reyhard Rumbayan


1919

16-25 Januari

Kongres Kedua Serikat Pekerja Seluruh Rusia

Sepanjang tahun 1918, serikat pekerja memainkan peran yang sangat penting dalam masalah administrasi industrial. Hal ini meningkat secara besar-besaran saat pemerintah, yang khawatir industri swasta tak mampu memenuhi kebutuhan Tentara Merah, mempercepat program nasionalisasi, “mulanya sebagai masalah militer ketimbang kebijakan ekonomi”. (1) Apa yang disebut Lenin “fungsi negara” serikat pekerja meningkat sangat cepat. Anggota Partai di dalam kepemimpinan serikat pekerja (seperti ketua Dewan Pimpinan Serikat Pekerja Seluruh Rusia) menikmati kekuasaan yang cukup di perhitungkan.

Walau demikian, hubungan antar pemimpin serikat pekerja dengan anggota-anggotanya jauh dari demokratis. ”Dalam prakteknya semakin besar serikat pekerja memangku fungsi administrasi dalam birokrasi manajerial yang konvensional, semakin birokratik-lah mereka”. (2) Seorang delegasi Kongres, Chirkin, sebagai contohnya mengungkapkan, “meskipun di hampir kebanyakan daerah telah terdapat lembaga-lembaga yang mewakili gerakan serikat pekerja, lembaga-lembaga ini tidak dipilih atau dengan suatu cara mendapat pengesahan; jika sebuah pemilihan di laksanakan dan individu yang terpilih di anggap tidak sejalan dengan Dewan Sentral atau penguasa lokal, pemilihan akan dibatalkan sesukanya dan individu yang bersangkutan akan diganti oleh individu lain yang lebih patuh terhadap administrasi”. (3) Delegasi lain, Perkin, mengecam peraturan baru yang mensyaratkan perwakilan yang di utus organisasi kaum pekerja ke Komisariat Perburuhan mesti disetujui terlebih dulu oleh Komisariat. 

“Jika dalam sebuah pertemuan serikat pekerja kami memilih seseorang sebagai komisaris, yakni jika kelas pekerja diijinkan mengekspresikan pilihannya, seseorang akan berpikir bahwa individu ini akan diperbolehkan mewakili kepentingan kami di dalam Komisariat, sehingga kemudian akan menjadi komisaris kami. Tapi, tidaklah demikian. Meski faktanya bahwa kami telah menunjukkan keinginan kami, keinginan dari kelas pekerja itu sendiri, komisaris yang kami pilih masih harus di konfirmasi terlebih dulu oleh pemangku otoritas. . . Kaum proletariat dipersilahkan menjalankan hak untuk mempermalukan dirinya. Proletariat dipersilahkan memilih wakilnya, namun kekuasaan negara, melalui haknya untuk mengesahkan pemilihan atau tidak, memperlakukan perwakilan kami seenaknya sendiri”. (4)

Dengan demikian, serikat pekerja dan lembaga-lembaga lainnya, semakin di kontrol oleh negara, yang kini berada secara eksklusif di tangan segelintir orang-orang di dalam Partai dan para wakilnya. Namun meski telah terjadi perubahan besar dalam kekuasaan ke arah munculnya birokrasi, organisasi, dan kesadaran kelas pekerja masih cukup kuat untuk melakukan konsesi verbal dengan Partai dan pemimpin serikat pekerja. Komite-komite Pabrik yang otonom saat ini telah benar-benar remuk tapi kaum pekerja masih berjuang untuk mengamankan posisi mereka di dalam serikat pekerja. Mereka berusaha keras melindungi sisa-sisa perjuangan mereka dalam mengoyak kekuasaan.

Kongres Kedua Serikat Pekerja “menyetujui pengaturan dimana serikat pekerja telah menjadi agen rekrutmen militer, melayani persediaan, organ penghukum dan lain-lain”. (5) Tomsky, sebagai contoh, menunjukan:

“bahwa ketika serikat pekerja yang menetapkan upah dan kondisi kerja, pemogokan tidak dapat lagi ditolerir. Adalah perlu untuk melihat detailnya.”

Lenin bicara mengenai “stratifikasi yang tak terelakkan atas serikat pekerja”. (yang mana ia mempermanis perbicangan soal fungsi serikat pekerja untuk mendidik kaum pekerja dalam seni administrasi dan mengenai negara yang pada akhirnya “melenyap”.) Lozovsky, yang telah meninggalkan Partai, berbicara atas nama golongan internasionalis independen melawan kebijakan Bolshevik atas serikat pekerja.

Sebuah resolusi diloloskan yang menuntut “status resmi mesti diberikan sebagai hak istimewa administratif serikat pekerja”. Ia berbicara mengenai “me-negara-kan”(ogosudarstvlenie) serikat pekerja sebagai organ negara, “karena fungsi mereka yang meluas dan bersatupadu dengan mesin administrasi dan kontrol negara atas industri”. (6) Komisaris Perburuhan, V. V. Shmidt, menerima bahwa “bahkan organ Komisariat Perburuhan mesti terdiri atas aparatus serikat pekerja”. (7) (Di tahap ini keanggotaan serikat pekerja diperkirakan sekitar 3,500,000 anggota. Tadinya 2,600,000 pada waktu Kongres Pertama Serikat Pekerja, Januari 1918, dan 1,500,000 pada Konperensi Juli 1917). (8)

Kongres Kedua akhirnya membentuk sebuah Eksekutif yang memiliki otoritas penuh di antara Kongres. Dekrit pembentukan organ Eksekutif ini menyatakan “bersifat wajib bagi semua serikat pekerja yang berada di bawah yuridiksinya dan setiap anggota dari masing-masing serikat pekerja tersebut”:

‘Pelanggaran atas dekrit dan ketidakpatuhan terhadap hal tersebut, khususnya dari pihak serikat pekerja tertentu akan menuntun pada dikeluarkannya mereka dari keluarga serikat proletariat “. (9) 

Hal ini sama saja dengan menempatkan posisi serikat pekerja di luar satu-satunya kerangka kerja legal dimana rejim Bolshevik memperbolehkan serikat pekerja hidup.

2-7 Maret

Kongres Pertama Komitern (Internasionale Ketiga).

18-23 Maret

Kongres Partai Kedelapan.

Daerah Ukraina dan Volga sekarang telah kembali dikuasai Tentara Merah. Sebuah periode yang relatif berlangsung stabil. Masih di tahun itu juga, gerak maju pasukan Denikin dan Yudenich berturut-turut mengancam Moskow dan Petrograd.

Sebuah gelombang kritisisme kiri menyentak ke permukaan dalam Kongres Kedelapan terhadap kecendrungan ultra sentralis. Sebuah program Partai yang baru didiskusikan dan diterima. Poin 5 dari “Bagian Ekonomi” menyatakan bahwa :

“aparatus organisasional dari industri yang telah ambil alih harus didasarkan pada serikat pekerja. . . berpartisipasi sesuai dengan hukum-hukum Republik Soviet dan mempraktekkannya di setiap lokal dan organ sentral dari administrasi industrial masing-masing. Serikat pekerja mesti meneruskan konsentrasi senyatanya di tangan mereka (penekanan saya) keseluruhan administrasi ekonomi, sebagai satu unit ekonomi. Partisipasi serikat pekerja di dalam pengelolaan ekonomi dan kekuatan mereka untuk menyeret rakyat luas ke dalam kerja semacam ini menjadinya sebagai metode utama perjuangan melawan birokratisasi aparat ekonomi.” (10)

Paragraf terkenal ini memicu kontroversi yang cukup panas beberapa tahun ke depan. Kubu konservatif di dalam Partai merasa itu sudah berjalan terlalu jauh. Ryazanov mengingatkan bahwa Kongres “kita mesti menghindari birokratisasi hingga keseluruhan serikat pekerja . . . melepaskan setiap haknya di dalam administrasi produksi”. (11) Di pihak lain, kaum Bolshevik yang memberikan suara bagi dimasukkannya Komite Pabrik ke dalam struktur serikat pekerja dan yang terlambat melihat kesalahan jalan yang mereka pilih berpegang erat pada klausa ini sebagai sebuah benteng terakhir, berusaha untuk mempertahankan ide tersebut melawan segala pelanggaran menembus birokrasi Partai. Deutscher menggambarkan ‘Poin 5’ yang terkenal tersebut sebagai “sebuah rujukan pada sindikalisme yang tak disengaja, yang dilakukan oleh kepemimpinan Bolshevik, di saat mereka ingin berterimakasih pada serikat pekerja atas kerja-kerja yang  mereka tunjukkan selama Perang Sipil”. (12) Dia menggambarkan bagaimana Lenin dan pemimpin Bolshevik yang lain “harus segera menjelaskan dengan panjang lebar perihal janji-janji yang diserahkan dengan khusyuk dan otoritatif kepada serikat-serikat pekerja, bahwa janji-janji tersebut tidak akan diberikan”. Interprestasi tersebut dipertanyakan, bukan kebiasaan Lenin “terpeleset” lidah (sindikalis ataupun yang lain) atau terpengaruh oleh pertimbangan semacam “suasana hari” sebagai pertimbangan. Lebih sesuai jika melihatnya sebagai relasi kekuasaan yang terungkap di dalam Kongres tersebut, hanyalah sebuah cerminan muram dari sikap kelas pekerja di luar Partai, memaksa kepemimpinan Bolshevik untuk menelan kembali kalimat yang di ucapkan. Klausal ini bagaimanapun di lingkupi oleh sejumlah poin-poin lainnya, namun sebagiannya merupakan upaya untuk membatalkan poin-poin tersebut.

Dalam program dinyatakan bahwa “metode produksi sosialis hanya bisa diamankan atas dasar disiplin yang bersahabat dari para pekerja”. Ia menugaskan serikat pekerja “sebagai pemain utama untuk menciptakan disiplin sosialis yang baru”. Poin 8 

“menyuruh serikat pekerja untuk menciptakan kesan kepada kaum pekerja bahwa kebutuhan untuk bekerjasama dan belajar dengan teknisi borjuis dan kaum spesialis dan mengakhiri ketidakpercayaan “ultra radikal” mereka atas kedua kaum tersebut. . . Kaum pekerja tidak dapat membangun sosialisme tanpa sebuah periode kerjasama dengan intelejensia borjuis . . . Dengan begitu, pembayaran gaji yang tinggi dan bonus kepada kaum spesialis borjuis telah disepakati. Ini adalah penebusan yang mesti dibayar Negara proletarian muda kepada teknisi dan ilmuwan yang dibesarkan secara borjuis atas jasa mereka yang tak bisa disepelekan”. (13)

Di sini kita tidak bisa sepenuhnya masuk secara mendalam pada pembahasan mengenai peran para ‘spesialis’ setelah revolusi. Masalah ini bukanlah masalah yang unik Rusia saja, meskipun kondisi spesifik perkembangan Rusia tak diragukan lagi secara khusus ditandai dengan perceraian antara teknisi dan pekerja industrial. Pengetahuan khusus soal-soal teknis jelas diperlukan oleh Dewan pekerja, tetapi tidak terdapat alasan mengapa mereka-mereka yang memiliki pengetahuan itu menemukan diri mereka berada di pihak borjuis. Pengetahuan ini tidak dengan sendirinya memberi kesempatan kepada seseorang untuk memaksakan keputusan atau menikmati manfaat material.

Masalah ini telah dibahas secara mendalam di sejumlah publikasi – namun hampir selalu dalam kerangka baik itu merupakan suatu manfaat yang bersifat mentah atau “prinsip dasar”. Implikasi teori hanya baru-baru ini saja di gali. Menurut Limon (14) persoalan manajemen sebagian hanyalah masalah teknis. Namun keadaan sejarah dimana kelas pekerja mesti terpaksa menjalaninya akan membuatnya tampak, khususnya, sebagai tugas politik dan sosial. Pada kenyataan sehari-hari, di tingkatan nyata dan manusiawi, kaum pekerja di masa revolusi sosialis hampir tak bisa mengelak untuk memandang kaum teknisi dan spesialis sebagai mahluk manusia (yang hanya secara kebetulan memiliki pengetahuan teknologis) tetapi secara khusus sebagai agen eksploitasi manusia terhadap manusia lain.

Dunia kapitalis merupakan sebuah fetisisme, dimana hubungan interpersonal cenderung lenyap di balik hubungan kebendaan. Tetapi pada saat rakyat memberontak terhadap keadaan ini, mereka menerobos melewati kabut tebal ini. Mereka melihat melampaui hal tabu “kebendaan” untuk bergandengan dengan manusia lain. Bersama mereka yang hingga saat ini selalu “dihargai” dalam segala kesucian yang mengasingkan yang dikenal sebagai kepemilikan pribadi. Sejak saat itu kaum spesialis, manager atau kapitalis, apapun hubungan teknis dan personalnya kepada perusahaan, tampak bagi pekerja sebagai penjelmaan eksploitasi, sebagai musuh. Orang-orang yang ingin mereka usir dari kehidupannya. Bertanya kepada pekerja, pada tahapan ini, untuk mengembangkan sikap “seimbang” untuk mengakui majikan lama sebagai “direktur teknis” yang baru, spesialis yang tak bisa dipinggirkan’ adalah hal yang besar untuk dituntut kepada kaum pekerja. Pada detik-detik dimana mereka sadar akan peran sejarah dan kekuatan sosial mereka, pada saat akhirnya mereka percaya pada diri mereka, mereka menjalankan otonomi mereka. Adalah hal yang besar meminta mereka untuk mengakui ketidakmampuan mereka, kelemahan, ketidakcakapan mereka dan ini wilayah dimana mereka sangat sensitif, bidang yang telah melingkupi mereka sehari-hari sedari kecil: bidang produksi.

Birokratisasi Partai sendiri memancing kegusaran dalam Kongres. Osinsky menyatakan: “Adalah penting untuk mendaftarkan kaum pekerja ke dalam Komite Sentral dalam skala luas; penting untuk menghadirkan, dalam jumlah yang cukup menentukan, kaum pekerja di sana, dalam rangka proletarianisme Komite Sentral”. (15) [Lenin akan tiba kepada kesimpulan yang sama pada tahun 1923, pada masa yang disebut Lenin Levy !] Osinsky mengusulkan bahwa Komite Sentral diperluas dari 15 anggota menjadi 21. Bagaimanapun, usul tersebut sangat naif, mengharapkan bahwa menghadirkan kaum proletar ke dalam eselon mesin administrasi yang lebih tinggi dapat menjadi semacam kompensansi atas kekalahan mereka di tingkatan produksi, yang mana dalam waktu singkat pernah mereka kuasai.

Turunnya kejayaan Soviet juga dibicarakan dalam Kongres. Soviet-soviet tidak lagi memainkan sebuah peran aktif di dalam produksi dan hanya sedikit peran di dalam masalah lain juga. Lebih dan lebih banyak keputusan yang diambil oleh anggota Partai yang bertugas di dalam ‘aparatus Soviet’. Soviet-Soviet telah menjadi sekedar organ ratifikasi (stempel karet). Tesis Sapronov dan Osinsky yang mengusulkan Partai tidak semestinya “memaksakan kehendaknya atas Soviet” – sama sekali ditolak.

Pemimpin Partai membuat konsesi kecil terhadap keseluruhan masalah ini. Tetapi proses memperketat kontrol, baik di dalam Partai dan di dalam ekonomi secara keseluruhan, berlanjut tanpa jeda. Kongres Kedelapan membentuk Politbiro, Orgbureau, dan Sekretariat, yang secara teknis hanyalah sub komite dari Komite Sentral. Tetapi dengan segera meraup kekuasaan besar. Konsentrasi otoritas pengambil keputusan telah mengambil sebuah langkah besar ke depan. ‘Disiplin Partai’ diperkuat. Kongres memutuskan bahwa setiap keputusan haruslah ditaati. Hanya setelah ini upaya banding ke organ yang terkait Partai diperbolehkan. (1*) 

“. . . Seluruh urusan penempatan anggota pekerja Partai berada di tangan Komite Sentral. Keputusannya mesti mengikat setiap orang”. (16) 

Masa penempatan angggota sebagai sebuah cara untuk membungkam kritik yang memalukan mulai dijalankan dengan sungguh-sungguh.

April

Puncak serangan Kolchak di Ural.

Juni

Dekrit untuk memperkenalkan ‘buku aturan kerja’ bagi pekerja di Moskow dan Petrograd.

Oktober

Puncak serangan Jenderal Denikin di Rusia Selatan, sementara itu Jenderal Yudenich menggempur ke arah kota Petrograd.

2-4 Desember

Konferensi Partai Kedelapan.

Konferensi Partai Kedelapan menyelesaikan sebuah statuta yang secara kaku mendefinisikan hak dan kewajiban sel-sel partai (fraksi atau fraktsya) dan mengelaborasi sebuah skema penuh perhitungan untuk mengamankan peran kepemimpinan Partai di dalam semua organisasi. “Anggota serikat pekerja Komunis mestilah menjadi pertama-tama Komunis baru kemudian anggota serikat pekerja, dan lewat sikap disiplinnya dia memampukan Partai memimpin serikat pekerja.” (17) Ketika Partai melorot kualitasnya ‘kepemimpinan’ ini memainkan peran yang makin buruk.

5-9 Desember

Kongres Ketujuh Soviet se-Rusia (Terdapat dua Kongres sejenis di tahun 1917 dan empat di tahun 1918). Resolusi dikeluarkan berpihak terhadap sistem manajemen kolektif industri. (18) Dalam Kongres, Sapronov menyerang ‘glavki’ yang tak populer, dengan menyatakan bahwa mereka mewakili sebuah usaha untuk menundukkan “organisasi oleh departemen organisasi soviet-soviet, sistem birokratik ke dalam sistem demokratik.” Pembicara lain menyatakan bahwa jika rakyat ditanya “apa yang seharusnya dihancurkan setelah kehancuran Denikin dan Kolchak, 90% akan menjawab: glavki dan pusat-pusat’. (19)

16 Desember

Trotsky menyerahkan kepada Komite Sentral Partai ‘Tesis mengenai transisi dari keadaan perang ke situasi damai’ (menyoal secara khusus “militerisasi kerja”), yang pada saat itu, tidak berniat melangkah lebih jauh. (20) Keputusan yang paling mendasar, mempengaruhi kondisi hidup material dari jutaan pekerja biasa Rusia, mesti pertama-tama didiskusikan dan diputuskan di belakang pintu tertutup, oleh para pimpinan Partai. Keesokkan harinya, koran Pravda, di bawah editor Bukharin, mempublikasi tesis Trotsky ‘tanpa sengaja’ (dalam kenyataannya ini merupakan bagian dari kampanye mendiskreditkan Trotsky). Bagi mereka yang dapat melihat masalahnya lebih dalam, keseluruhan episode merupakan gejala ketegangan yang terjadi di saat bersamaan di dalam Partai.

Pada tahap ini, Lenin dengan sepenuh hati mendukung proposal Trotsky. (Keseluruhan mitologi yang dikemudian hari dibangun kaum Trotskyis dan kelompok lainnya hingga ke persoalan bahwa ‘Trotsky mungkin telah keliru dalam masalah militerisasi kerja’ tetapi Lenin telah selalu menentang rencana itu. Hal ini tidak benar. Lenin akan menentang Trotsky atas permasalahan ini 12 bulan kemudian, di akhir tahun 1920, sebagaimana akan di gambarkan sebentar lagi.)

Usulan Trotsky menuai “banjir protes”. (21) Dia di cemooh anggota partai, kaum administrator, dan anggota serikat pekerja di dalam Konferensi. (22) Sebuah komentar mungkin diperlukan pada tahapan ini, menyangkut sikap kaum revolusioner mengenai ‘langkah drastis’ yang dibutuhkan untuk penyelamatan Revolusi. Sepanjang sejarah, rakyat selalu siap sedia memberi pengorbanan yang besar setiap saat ketika mereka merasa sebuah hal mendasar menjadi taruhannya. Bagaimanapun, masalahnya bukanlah, mendiskusikan apakah saran ini atau itu terlalu “drastis” atau tidak. Masalahnya adalah mengenali darimana suatu kebijakan berasal. Apakah itu ditetapkan oleh sebuah lembaga yang di kontrol dari bawah? Atau apakah hal itu di ambil oleh sejumlah organisme yang di angkat sendiri dan mengabdikan diri kepada dirinya sendiri yang tercerabut dari rakyat? Pada tahapan ini, anggota Partai yang menolak langkah-langkah yang diajukan seperti berada dalam sebuah kontradiksi buntu. Mereka menolak ketetapan-ketetapan pimpinan Partai tanpa sepenuhnya menyadari betapa luasnya konsep organisasional mereka sendiri telah menyumbang terhadap apa yang sedang terjadi terhadap revolusi. Hanya sejumlah anggota Oposisi Pekerja di tahun 1921 (dalam derajat tertentu) dan Kelompok Pekerja Myasnikov di 1922 (dalam tingkat yang lebih luas) mulai memahami realitas baru ini.

27 Desember

Dengan persetujuan Lenin, pemerintah membentuk Komisi Kewajiban Kerja, dengan Trotsky (yang masih menjabat sebagai Komisaris Perang) sebagai presiden.

*Sebuah gaung menyedihkan, hampir lima puluh tahun kemudian, ditemukan dalam ‘Perspectives for I.S.’, di ajukan pada bulan September 1968 oleh Komite Politik International Socialism. Poin 4 berbunyi “Cabang-cabang mesti menerima arahan dari Pusat, kecuali jika mereka secara mendasar berbeda pendapat dengan mereka, dalam kasus semacam ini mereka mesti mencoba mencapai persetujuan dengan mereka, secara bersamaan meminta debat terbuka atas urusan tersebut”.

Catatan Kaki

1. I. Deutscher. op. cit., h. 25
2. Waldemar Koch. Die Bolshevistischen Gewerkshaften, Jena 1932, h. 81-82.
3. Vtoroi vserossiiski s’yezd professionalnykh soyu?ovstenograficheski otche? (laporan stenografik Kongres Serikat Pekerja Kedua Seluruh Rusia), Moskow, Pers Sentral Serikat Pekerja, 1919, I, 34. (Karenanya diacu sebagai Kongres Kedua Serikat Pekerja).

 

4. Ibid., h. 103.
5. I. Deutscher. op. cit., h. 26.
6. Kongres Kedua Serikat Pekerja I, 97
7. ibid., h. 99
8. Zinoviev. Desyaty s’yezd RKP (b): Protokoly (Kongres
Kesepuluh RCP (b): Protocols). Moscow. IMEL,
1933. (Karenanya disebut sebagai Kongres Kesepuluh
Partai.) h.188.
9. Second Trade Union Conrress I, 127
10. Vosmoi s’yezd RKP (b): Protokoly (The Eighth
Con- gress of the RCP (b): Protocols). Moscow.
IMEL, 1933. (Henceforth referred to as Eighth Party
Congress.) Resolusi I, 422.
11. ibid., h. 72
12. I. Deutscher. op. cit., h. 29.

13. ibid., h. 31.
14. D.L. Limon. op. cit., h. 79
15. Osinsky, Kongres Partai Kedelapan, h. 30, 168.
16. Eighth Party Congress. Resolutions, 1, 444.
17. 1. Deutscher. op. cit., h. 33.
18. Preohrazhensky. Devyaty s’yezd RKP (b): Protokoly.
(Kongres Kesembilan RCP (b): Protocols) Moscow,
IMEL, 1934. (Henceforth referred to as Ninth Party
Congress.) p. 72
19. E.H. Carr. op. cit., h. 184
20. 1. Deutscher. ‘The Prophet Armed’, h. 487.
21. ibid., h.492.
22. ibid., h.492.