1918

Maurice Brinton

Bolsheviks vs Kontrol Pekerja

Negara dan Kontra Revolusi


Terbit: Sebagai pamplet oleh Solidarity, London 1970
Transkrip ke marxists.org: oleh Jonas Holmgren
Proofed: oleh Zdravko Saveski

Terbit dalam bahasa Indonesia: Daun Malam, 2016
Terjemah: Yerry Niko
Proofreading terakhir 2017: oleh Reyhard Rumbayan


1918

6 Januari

Pembubaran Majelis Konstituate. Detasemen yang membubarkan Majelis, dipimpin seorang pelaut anarkis Kronstadt, Zheleznyakov,  yang tengah memimpin Garda Istana Tauride. Dia mengusir ketua Majelis, Victor Chernov, dari kursinya sambil berkata dengan tegas:
“petugas jaga sudah lelah”. (1)

7 – 14 Januari

Kongres Pertama Serikat Pekerja Seluruh Rusia berlangsung di Petrograd.

Dua tema utama mendominasi Kongres tersebut. Bagaimana hubungan antara Komite Pabrik dengan Serikat Pekerja? Dan hubungan serikat pekerja dengan negara Rusia yang baru?

Di tahap ini, sejumlah delegasi merasakan hubungan yang dekat antara kedua pertanyaan tersebut. Walau demikian masih sedikit kalangan yang dapat mengelaborasi resolusi atas pertanyaan pertama dan yang kedua, yang pertama perihal relasi antara serikat pekerja dan Komite Pabrik sementara yang kedua pada negara pekerja yang baru. Dan bahwa ketidakmampuan dalam memahami kedua pertanyaan di atas berujung pada pengebirian dari Komite-komite Pabrik dan terbutakannya mereka terhadap menurunnya keberpihakan rezim pada kaum proletar. 

Argumen yang dibahas dalam Kongres ini mencerminkan hal yang sangat penting dan akan kita kaji lebih detil. Di sinilah dipertaruhkan masa depan kelas pekerja Rusia untuk beberapa dekade ke depan.

Menurut Lozovsky (seorang aktivis Serikat Pekerja pro-Bolshevik) “Komite pabrik benar-benar berkuasa layaknya pemilik dan tuan. Sehingga selama tiga bulan setelah revolusi, dalam tingkatan yang cukup berarti, komite-komite ini independen dari organ-organ besar yang mengontrolnya”.(2) Maisky, yang saat itu masih berpihak ke kubu Menshevik, mengatakan bahwa dalam pengalamannya “bukan saja sejumlah kecil dari kaum proletariat namun hampir seluruh kaum proletariat, terutama di Petrograd, yang seakan melihat kontrol pekerja sebagai sebuah kemunculan kerajaan (tsarstvo) sosialisme”. Ia mengeluhkan bahwa di antara para pekerja “ide sosialisme yang sesungguhnya sangatlah serupa dengan ide kontrol pekerja”. (3) Delegasi Menshevik lain menyesalkan kenyataan bahwa “gelombang anarkis dalam bentuk Komite Pabrik dan kontrol pekerja telah menyapu gerakan Pekerja di Rusia”. (4) D. B. Ryazanov(1*) seorang yang baru pindah ke kubu Bolshevik, sepakat dengan kaum Menshevik dalam masalah ini dan menganjurkan bahwa Komite Pabrik harus “melakukan aksi bunuh diri dengan menjadi bagian integral elemen struktural serikat pekerja”.(5)

Segelintir delegasi anarko sindikalis yang datang ke Kongres menyatakan “berjuang dalam sebuah pe-perangan yang sulit dimenangkan untuk menjamin otonomi Komite-komite…Maximov(2*) menyatakan bahwa dirinya dan kawan-kawan anarko-sindikalis “menjadi ‘lebih Marxis’ ketimbang Menshevik ataupun Bolshevik. Sebuah pernyataan yang menimbulkan kegemparan besar di dalam gedung pertemuan”.(6) Tidak diragukan, ia menyinggung pernyataan Marx bahwa pembebasan kelas pekerja mesti diciptakan oleh kelas pekerja sendiri.(3*)

Maximov mengajak para delegasi untuk mengingat “bahwa Komite Pabrik, organisasi yang diperkenalkan langsung oleh kehidupan kaum pekerja sendiri dalam kancah Revolusi, merupakan organisasi yang paling dekat dengan kelas pekerja, lebih dekat ketimbang serikat pekerja”.(7) Fungsi Komite tidak lagi hanya sekedar menjaga dan meningkatkan kondisi para pekerja. Mereka juga berupaya menggapai posisi yang menentukan dalam industri dan ekonomi. “Sebagai anak kandung revolusi, Komite akan menciptakan bentuk produksi dengan dasar yang baru.” (8) Serikat Pekerja “yang sama seperti hubungan ekonomi lama semasa Tsar sudah kadaluarsa dan tak dapat mengambil tugas ini “.(9) Maximov telah mengantisipasi “sebuah pertentangan yang besar antara kekuasaan negara di pusat dengan organisasi-organisasi yang (terutama) berisikan para pekerja yang banyak ditemukan di tingkatan lokalnya masing-masing”.(10)

“Tujuan kaum proletariat adalah untuk mengkoordinir setiap aktivitas, setiap kepentingan lokal, guna menciptakan sebuah pusat yang sama sekali berbeda dengan sebuah pusat yang bertujuan untuk mengeluarkan dekrit dan peraturan, melainkan sebuah pusat pengaturan, sebuah pusat yang digunakan untuk memandu dan hanya melalui pusat semacam ini kehidupan industrial negeri terorganisir”. (11)

Berbicara atas nama anggota-anggota Komite Pabrik, seorang delegasi Belusov, melancarkan serangan tajam atas pemimpin-pemimpin Partai. Mereka terus menerus mengkritik Komite “karena tidak bertindak menurut kebijakan dan peraturan” namun kemudian mereka gagal untuk menghasilkan suatu rencana mereka sendiri yang koheren. Yang ada hanyalah ocehan semata:

“Semua ini hanya akan membekukan kerja lokal. Apakah kami, daalam tingkatan lokal, akan diam saja, menunggu dan tidak melakukan apa-apa? Hanya dengan itulah kami takkan membuat kesalahan. Hanya mereka yang tak mengerjakan apa-apa yang tak membuat kesalahan”. 

Kontrol pekerja yang nyata merupakan solusi bagi dis-integrasi ekonomi yang terjadi di Rusia. “Satu-satunya jalan yang tersisa bagi pekerja adalah mengambil alih pabrik-pabrik dan mengelolanya”.(12)

Kegairahan dalam Kongres mencapai klimaksnya kala Bill Shatov (4*) mengkarakteristikan serikat pekerja sebagai “mayat hidup” dan mendesak agar kelas pekerja “mengorganisir diri di tempat masing-masing dan menciptakan Rusia baru, yang merdeka, tanpa Tuhan, tanpa Tsar, dan tanpa para bos serikat pekerja”. Saat Ryazanov memprotes omongan Shatov mengenai serikat pekerja, Maximov bangkit membela rekannya, menepis keberatan Ryazanov, yang digambarkannya sebagai pernyataan seorang intelektual bertangan halus yang tak pernah bekerja, tak pernah mengeluarkan keringat, dan tak pernah merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Delegasi anarko sindikalis yang lain, Laptev, mengingatkan hadirin bahwa revolusi telah diciptakan “bukan hanya oleh para intelektual, namun juga oleh rakyat”, karena itu menjadi penting sekali bagi Rusia untuk “mendengarkan suara kelas pekerja, suara dari bawah”. (13)

Resolusi anarko-sindikalis menyerukan bagi “kontrol pekerja yang sesungguhnya dan menolak kontrol dari negara”, serta menuntut agar “organisasi produksi, transportasi, dan distribusi segera dialihkan ke tangan rakyat tertindas, bukan kepada negara atau semacam mesin pegawai negeri yang dibentuk oleh salah satu musuh kelas” telah dikalahkan. [Kekuatan utama anarko-sindikalis berada di antara pekerja tambang Distrik Debaltzev di Don Basin, pekerja pelabuhan dan pekerja pabrik semen Ekaterinodar dan Novorossiysk serta di antara pekerja kereta api kota Moskow]. Di dalam Kongres mereka mendapat jatah 25 delegasi (atas dasar satu delegasi untuk tiap 3.000 – 3.500 anggota). (14)

Pemerintahan baru tak menggubris segala pernyataan mengenai perluasan kekuatan Komite.  Sudah cukup jelas bahwa mereka hanya mengakui serikat pekerja sebagai kekuatan yang “lebih stabil” dan “tidak anarkis” (yaitu sebuah kekuatan yang dapat dikontrol dari atas) dan yang untuk sementara waktu dapat dijamin untuk memainkan peranan administratif dari industri. Karena itulah kaum Bolshevik mendesak “organisasi serikat pekerja, sebagai organisasi kelas proletariat yang tersusun menurut prinsip-prinsip industrial, mengambil-alih tugas utama pengorganisiran produksi dan mengembalikan kekuatan produksi negeri yang sedang melemah”.(15) (Dalam babak selanjutnya, kaum Bolshevik kembali harus berjuang mati-matian untuk melepaskan fungsi-fungsi ini dari serikat pekerja dan menempatkannya kembali ke dalam tangan orang-orang yang diangkat Partai. Bahkan tuntutan Partai pada Januari 1918 ini kembali dan sekali lagi dimentahkan di hadapan para pemimpin Bolshevik sampai masa tiga tahun ke depannya. Hal ini akan dibahas di bagian selanjutnya).

Kongres tersebut, yang didominasi oleh mayoritas Bolshevik, memutuskan untuk mengubah Komite Pabrik menjadi organ serikat pekerja. (16) Kaum Menshevik dan delegasi Sosial-Revolusioner memberikan suara yang sama dengan kaum Bolshevik, untuk sebuah resolusi yang menyatakan bahwa “sentralisasi kontrol pekerja merupakan tugas serikat pekerja”.(17) “Kontrol pekerja’’ dijabarkan sebagai “instrumen yang digunakan untuk menerapkan rancangan ekonomi universal dan mesti memiliki efek pada tiap tingkatan lokal”.(18) ”Secara tidak langsung hal ini mengharuskan diterapkannya standarisasi di dalam lingkup produksi”.(19) Patut disayangkan jika kaum pekerja percaya terhadap hal-hal yang melebihi sekedar istilah-istilah ini. “Hanya karena para pekerja salah memahami dan keliru menerjemahkan arti kontrol pekerja, hal ini tidak bisa dijadikan alasan untuk menolak hal itu”.(20) Apa yang dimaksudkan Partai soal kontrol pekerja dipaparkan lebih mendetil. Hal itu bermakna, antara lain (inter alia), bahwa :

“bukanlah kompetensi organ-organ kontrol pekerja yang lebih rendah untuk mengurusi fungsi kontrol keuangan…aktivitas ini mesti diserahkan pada organ kontrol yang tertinggi, kepada aparatus manajemen yang lebih tinggi, kepada Dewan Ekonomi Tertinggi Nasional. Dalam hal keuangan segalanya mesti diserahkan kepada organ kontrol pekerja yang lebih tinggi. (21)

 Agar kontrol kaum pekerja bisa berguna secara maksimal bagi kaum proletariat, sangat penting untuk mencegah kontrolnya menjadi terbagi-bagi. Pekerja dari masing-masing perusahaan semestinya tidak dibiarkan mengambil keputusan yang final mengenai masalah-masalah yang menyentuh keberlangsungan perusahaan”. (22) 

Banyak langkah re-edukasi dibutuhkan dan ini akan dipasrahkan pada “komisi pengawas ekonomi” serikat pekerja. Mereka yang mesti menanamkan ide-ide Bolshevik mengenai kontrol pekerja tersebut ke dalam barisan pekerja:

“Serikat pekerja harus dengan cermat menguasai pasal mengenai Komite Pabrik dalam lingkup kontrol, menjelaskannya melalui para delegasinya di pabrik-pabrik dan lantai kerja bahwa kontrol atas produksi bukan berarti pengambilalihan perusahaan ke dalam tangan pekerja dari perusahaan bersangkutan, bahwa hal itu tidak sama dengan sosialisasi (membaginya bersama -ed) dalam hal produksi dan pertukaran.” (23)

Ketika Komite-Komite telah “dibungkam”, serikat pekerja akan berfungsi sebagai agen perantara, dengannya kontrol pekerja perlahan-lahan diubah menjadi kontrol negara.

Ini bukanlah diskusi permasalahan yang abstrak. Dasar kontroversi ini, dan apa yang menjadi pertaruhannya adalah seluruh konsep sosialisme: kekuasaan kaum pekerja melawan kekuasaan partai yang bertindak atas nama kelas pekerja. “Jika para pekerja berhasil mempertahankan kepemilikan mereka atas pabrik-pabrik yang mereka ambil alih, jika mereka menjalankan pabrik-pabrik ini sendiri, jika mereka menganggap revolusi hampir selesai, jika mereka sampai menganggap sosialisme telah terbentuk maka tak akan dibutuhkan lagi kepemimpinan revolusioner Partai Bolshevik”. (24)

Perdebatan sengit yang mewarnai isu-isu seputar Komite Pabrik sebenarnya menguak tabir lain. 

“Meski kaum Bolshevik menjadi mayoritas di dalam Konferensi Komite-komite Pabrik seluruh Rusia yang Pertama dan meskipun mereka mampu memaksa perwakilan-perwakilan Komite Pabrik tunduk pada resolusi konferensi ini, mereka tidak dapat mendesakkan resolusi yang melawan Komite Pabrik…Komite Pabrik menerima kepemimpinan Bolshevik hanya sebatas jika perbedaan mengenai mengenai tujuan akhir tidak diungkit-ungkit.” (25)

Kongres Pertama Serikat Pekerja juga menjadi saksi betapa panasnya kontroversi mengenai hubungan serikat pekerja dengan negara. Kelompok Menshevik mengklaim bahwa revolusi yang tengah terjadi hanya bisa mengantarkan kepada sebuah republik borjuis yang demokratik, mereka juga menekankan bahwa otnonmi serikat pekerja dalam hubungannya dengan negara Rusia baru. Sebagaimana dijelaskan Maisky : “Jika kapitalisme tetap utuh, tugas yang dihadapi serikat pekerja di bawah kapitalisme tetap tidak berubah”. (26) Yang lain juga merasa bahwa kapitalisme akan kembali mempertegas otoritasnya dan serikat pekerja tidak harus melakukan sesuatu yang akan melemahkan kekuatannya. Martov mengemukakan pandangan yang lebih canggih: 

“Dalam situasi yang bersejarah ini ‘katanya’, pemerintahan tidak hanya mewakili kelas pekerja semata. Secara de facto dia merupakan administrasi yang berhubungan dengan rakyat tertindas yang heterogen, dengan elemen proletarian dan non-proletarian bersama-sama. Oleh karenanya dia tidak dapat mengambil kebijakan ekonomi yang berpihak secara konsisten dan dengan jelas mengekspresikan kepentingan kelas pekerja.” (27) 

Serikat pekerja dapat melakukan ini. Karenanya serikat pekerja harus mempertahankan tingkat independensi terhadap negara baru. Hal yang menarik adalah dalam perdebatannya di tahun 1921 dengan Trotsky, yang sayangnya sudah sangat terlambat, Lenin menggunakan argumen yang hampir mirip. Ia menekankan perlunya kaum pekerja untuk mempertahankan diri melawan negara “mereka sendiri”, yang didefinisikan bukan hanya negara “pekerja” namun juga “negara pekerja dan petani” dan lebih jauh lagi, sebuah negara “birokratik yang sedang merosot”.

Pandangan Bolshevik, yang didukung Lenin dan Trotsky serta disuarakan oleh Zinoviev, bahwa serikat pekerja mesti tunduk pada pemerintah, meskipun tidak meleburkan diri ke dalamnya. Netralitas Serikat secara resmi yang dicap sebagai ide “borjuis”, sebuah anomali dalam sebuah negara pekerja. (28) Resolusi yang disetujui Kongres secara jelas menyatakan ide dominan ini:

“Serikat pekerja memanggul beban utama dalam mengorganisir produksi dan merehabilitasi kekuatan ekonomi negeri yang tercerai-berai. Tugas paling mendesak mereka salah satunya adalah berpartisipasi dengan semangat ke semua badan sentral di semua lembaga-lembaga utama yang ditugaskan untuk  mengatur hasil produksi, dalam organisasi kontrol pekerja (sic!), dalam pendaftaran dan distribusi tenaga kerja, dalam organisasi pertukaran antara kota dan desa…berjuang untuk mencegah sabotase dan menerapkan kewajiban umum untuk bekerja…”

“Saat mereka berkembang serikat pekerja harus dalam proses revolusi sosialis seperti saat ini, menjadi organ kekuatan sosialis, dan dengan demikian mereka harus bekerja dalam koordinasi dan tunduk kepada badan-badan lain untuk mewujudkan prinsip-prinsip baru…kongres menyakinkan bahwa akibat dari proses yang sudah bisa dibayangkan sebelumnya, serikat pekerja tak terelakkan akan bertransformasi menjadi organ negara sosialis. Partisipasi di dalam serikat pekerja, bagi semua orang yang bekerja di setiap industri, menjadi kewajiban mereka vis-a-vis negara”.

Kaum Bolshevik tidak secara bulat menerima pandangan Lenin mengenai masalah ini. Sementara Tomsky, juru bicara utama mereka dalam urusan-urusan serikat pekerja, mengemukakan “kepentingan-kepentingan kelompok pekerja yang berbeda-beda harus tunduk kepada kepentingan keseluruhan kelas.” (29) sebagaimana kebanyakan kaum Bolshevik, dia dengan keliru memaknainya sebagai hegemoni Partai Bolshevik. Anggota lain, Ryazanov berpendapat bahwa, 

“sepanjang revolusi sosial yang mulai mengeliat di sini tidak bersatu dengan revolusi sosial di Eropa dan seluruh dunia…proletariat Rusia…mesti bersiaga dan tidak sekalipun meletakkan senjatanya…ia mesti mempertahankan organisasi serikat pekerjanya.” (30)

 

Menurut Zinoviev, “independensi serikat pekerja di bawah sebuah pemerintahan pekerja tidak berarti apa-apa kecuali menerima hak untuk mendukung ‘pelaku sabotase’”. Meski terdapat hal-hal tersebut, Tsyperovich, seorang aktivis serikat pekerja Bolshevik terkemuka, mengusulkan bahwa Kongres meratifikasi hak serikat pekerja tetap menggunakan aksi mogok untuk melindungi hak anggotanya. Bagaimanapun juga resolusi tersebut tetap kalah. (31)

Sebagaimana dapat diperkirakan, sikap dominan dari partai yang sedang mendominasi (baik dalam hubungan dengan komite pabrik dan hubungannya dengan serikat pekerja) memiliki efek dalam memainkan peran yang penting dalam perkembangan peristiwa-peristiwa selanjutnya. Ia akan membuktikan seberapa besar “fakta obyektif sejarah” sebagai “penghacuran” dan “atomisasi kelas pekerja” yang disebabkan oleh Perang Sipil (di kemudian hari). Pada kenyataannya, dapat dikatakan bahwa sikap kaum Bolshevik terhadap Komite Pabrik (dan menyepelekan harapan besar Komite-komite yang mewakili ratusan ribu kaum pekerja ini) menimbulkan atau mempertebal sikap apatis dan sinisme di kalangan kelas pekerja, dan menyumbang banyak bagi absenteeisme (mengundurkan diri) serta sikap dan pencarian penyelesaian pribadi atas masalah yang sebenarnya merupakan masalah sosial, sesuatu yang selalu didengung-dengungkan kaum Bolshevik. Di atas segalanya yang penting adalah untuk menekankan bahwa kebijakan kaum Bolshevik yang berkenaan dengan Komite dan Serikat, yang sebelumnya telah kita dokumentasikan dengan detil, telah dibahas dua belas bulan sebelum terbunuhnya terbunuhnya Karl Liebknecht dan Rosa Luxemburg, yaitu sebelum kegagalan absolut revolusi Jerman, peristiwa-peristiwa yang biasanya digunakan untuk “membenarkan” pemberlakuan aturan-aturan tertentu oleh penguasa baru Rusia.

15 – 21 Januari

 

Kongres Pertama Pekerja Tekstil Seluruh Rusia di Moskow.

Bolshevik dalam posisi mayoritas. Kongres mendeklarasikan “kontrol pekerja hanya sebagai langkah transisional ke dalam organisasi produksi dan distribusi yang terencana”.(32) Serikat pekerja mengadopsi statuta baru dengan menyatakan “sel paling bawah  komite pabrik memiliki tanggung jawab untuk menerapkannya di masing-masing perusahaan, segala dekrit serikat pekerja”.(33) Bahkan pentungan besarpun diayunkan. Saat berbicara di hadapan Kongres, Lozovsky mengatakan “jika patriotisme lokal setiap pabrik bertentangan dengan kepentingan seluruh proletariat, kami tak akan segan-segan mengambil berbagai langkah (penekanan saya -M.B.) untuk menindas tendensi yang membahayakan kaum pekerja”. (34) Dengan kata lain, Partai dapat memaksakan konsepsinya atas kepentingan kelas pekerja, bahkan ketika itu melawan keinginan kaum pekerja itu sendiri.

*D. B. Ryazanov seorang sarjana Marxis terkenal sebagai sejarawan International Workingmen’s Association (Internationale Pertama) di kemudian hari menjadi pendiri Institut Marx – Engels di Moskow dan menerbitkan biografi Marx dan Engels.

2* Gregori Petrovich Maximov lahir tahun 1893. Lulus sebagai agronomis di kota Petrograd tahun 1915. Bergabung dengan gerakan revolusioner saat masih mahasiswa. Pada tahun 1918 bergabung dalam Tentara Merah. Ketika kaum Bolshevik menggunakan Tentara untuk tindakan polisional dan melucuti pekerja, ia menolak mematuhi perintah dan diancam hukuman mati oleh pemerintahan Bolsevik namun solidaritas dari serikat pekerja baja menyelamatkan hidupnya . Menyunting surat kabar anarko sindikalis Golos Truda (Suara Pekerja) dan Novy Golos Truda (Suara Pekerja Baru). Ditangkap 8 Maret 1921 selama perlawanan rakyat di Kronstadt. Dibebaskan tahun itu juga menyusul sebuah aksi mogok makan yang dilakukannya, namun bebas hanya dengan intervensi delegasi pekerja-pekerja Eropa yang menghadiri Kongres Internasional Serikat Pekerja Merah. Kemudian ia mencari perlindungan ke luar negeri. Di Berlin, Jerman ia mengelola dan menyunting surat kabar kaum Sindikalis Rusia di pengasingan, Rabotchi Put (Jalan Kaum Pekerja). Di kemudian hari Maximov pergi ke Paris, Prancis dan akhirnya menetap di Chicago, Amerika. Meninggal tahun 1950. Dia mengarang berbagai tulisan tentang Anarkisme dan masalah teror yang dijalankan oleh kaum Bolshevik (The Guillotine at Work, 1940).

3* Menarik untuk dicatat bahwa seorang Marxis terkemuka semacam Rosa Luxemburg telah menyatakan, saat pendirian Partai Komunis Jerman bulan Januari 1919, bahwa serikat pekerja telah ditakdirkan untuk lenyap dan digantikan oleh Dewan Buruh, delegasi tentara, dan Komite Pabrik. Bericht uber die Verhandlung des Grundungparteitages der KPD (1919), hal. 16, 80).

4* Vladimir Shatov lahir di Rusia, bermigrasi ke Kanada dan USA. Pada tahun 1914 secara sembunyi-sembunyi mencetak ulang 100,000 kopi pamflet terkenal Margaret Sanger mengenai pembatasan keluarga dengan pengontrolan kelahiran. Bekerja sebagai buruh pelabuhan dan percetakan. Bergabung dengan IWW (International Workers of the World – sebuah serikat pekerja dengan kecenderungan anarko-sindikalis di Amerika Serikat). Di kemudian hari membantu menerbitkan Golos Truda, organ mingguan anarko-sindikalis dari Gabungan Pekerja Rusia di Amerika Serikat dan Kanada. Kembali ke Petrograd di bulan Juli 1917 dan “menanam kembali Golos Truda di ibu kota Rusia”. Setelah itu menjadi anggota Komite Militer Revolusioner Petrograd dan perwira pada Tentara Merah Kesepuluh. Tahun 1919 ia memainkan peranan penting dalam mempertahankan kota Petrograd terhadap Yudenich, Jenderal Borjuis….kemudian tahun 1920 menjadi Menteri Transportasi pada Republik Soviet Timur Jauh. Hilang dalam penangkapan besar-besaran yang dijalankan Stalin antara 1936 hingga 1938.

23 – 31 Januari

Kongres Ketiga Soviet Seluruh Rusia

Februari

Bolshevik mendekritkan nasionalisasi tanah.

3 Maret

 

Penandatangan Perjanjian Damai Brest – Litovsk.

Dekrit yang dikeluarkan oleh Vesenka menjelaskan fungsi manajemen teknis di dalam industri. Setiap pusat administratif akan menunjuk seorang komisioner (yang merupakan wakil pemerintah dan pengawas) dan dua direktur (satu dari teknisi dan satu administratif) untuk menangani setiap perusahaan dibawah pengawasannya, Direktur teknis hanya akan diperintah oleh komisioner pemerintah atau oleh “Pengarah Utama” dalam bidang keindustrian. (Dengan kata lain hanya “direktur administrasi” yang memiliki semacam kontrol dari bawah).

Dekrit tersebut meletakkan prinsip bahwa “perusahaan yang telah dinasionalisasi oleh kontrol pekerja atau dijalankan melalui penyerahan segala dokumen deklarasi dan kebijakan dari setiap Pabrik atau Komite Lantai Pekerja, atau komisi kontrol, harus merujuk pada Dewan Administrasi Ekonomi untuk persetujuan”. “Tidak lebih dari setengah keanggotaan Dewan Administrasi Ekonomi merupakan pekerja atau karyawan”. (35)

Selama bulan-bulan di awal tahun 1918, Vesenka mulai membangun dari atas, “kesatuan administrasi” segenap industri. Polanya cukup informatif. Selama  tahun 1915 dan 1916, pemerintahan Tsar mulai membangun badan sentral (kadang disebut “komite” dan kadang disebut “pusat”) yang mengatur aktivitas industri yang memproduksi komoditi-komoditi langsung maupun tak langsung yang diperlukan untuk perang. Pada tahun 1917, badan-badan sentral ini (utamanya terdiri dari perwakilan industri yang bersangkutan dan menjalankan fungsi pengatur yang tak jelas karakternya) telah menyebar hampir di setiap bidang produksi industrial. Selama setengah tahun 1918, Vesenka secara perlahan-lahan mengambil alih badan ini (atau apa yang masih tersisa darinya) dan mengubahnya -di bawah nama glavki (komite pimpinan) atau tsentry (pusat) ke dalam organ administrasi yang tunduk pada arahan dan kontrol Vesenka. “Komite Pimpinan” industri kulit (Glavkozh) didirikan pada Januari 1918. hal ini kemudian dengan cepat diikuti oleh komite-komite kertas dan gula, dan oleh “pusat” sabun dan teh. Ini semua, bersama-sama dengan Tsentrotekstil telah ada pada bulan Maret 1918. Mereka 

“hampir tidak diterima oleh dasar yang telah diletakkan sebelum revolusi atau tanpa kolaborasi dengan kaum manajerial dan staf teknis. . .Sebuah kepentingan komunitas yang tak terucapkan dapat dideteksi antara pemerintah dan kaum industrialis yang lebih moderat dan peka untuk membawa sejumlah keteraturan dalam produksi.” (36)

Hal ini memunculkan pertanyaan dengan muatan cukup teoritis. Kaum Marxis biasanya mengemukakan bahwa kaum revolusioner tidak bisa dengan serta merta mengambil alih lembaga politik masyarakat (parlemen dan sebagainya) dan menggunakannya untuk kepentingan-kepentingan yang berbeda (yaitu memperkenalkan sosialisme). Mereka selalu mengklaim lembaga politik baru (soviet) harus diciptakan untuk menyalurkan realitas kekuatan kaum pekerja. Namun, mereka biasanya bungkam atau enggan untuk menanggapinya jika berurusan dengan pertanyaan apakah kaum  revolusioner dapat “merampas” lembaga kekuatan ekonomi borjuis dan menggunakannya untuk tujuan-tujuan mereka sendiri atau apakah ini semua juga harus dihancurkan semua, dan kemudian digantikan oleh sebuah lembaga yang baru, yang mewakili sebuah perubahan mendasar dalam hubungan produksi. Kaum Bolshevik pada tahun 1918 jelas telah memilih pilihan pertama (lihat cat. 41)  Bahkan di dalam jajaran keanggotaannya sendiri, pilihan ini menimbulkan kecurigaan hingga seluruh energi akan diarahkan untuk “penguatan dan pengembangan kapasitas produksi, konstruksi organik, yang sebenarnya merupakan sebuah penolakan untuk melepas sepenuhnya relasi produktif kapitalis dan bahkan merestorasi secara parsial relasi-relasi tersebut”.(37)

6 – 8 Maret

Kongres Ketujuh Partai

Perdebatan panas selama Kongres yang sangat singkat ini difokuskan pada penandatanganan Perjanjian Damai Brest – Litovsk.

14 -18 Maret

Kongres Keempat Soviet Seluruh Rusia.

Maret

Kaum komunis “Kiri’ (Osinsky, Bukharin, Lomov, Smirnov) ditendang dari posisi pimpinan di Dewan Ekonomi Tertinggi karena sikap mereka terhadap Brest – Litovsk dan diganti oleh kaum “moderat” seperti Milyutin dan Rykov. (38) Langkah-langkah segera diambil untuk menopang otoritas manajerial, mengembalikan disiplin pekerja dan menerapkan insentif upah di bawah pengawasan organisasi-organisasi serikat pekerja. Seluruh episode ini memperlihatkan dengan jelas bahwa kaum “kiri” yang berada di posisi jajaran atas administrasi bukanlah pengganti kontrol dari anggota-anggota pekerja di tingkatan produksi.

26 Maret

Isvestiya Komite Sentral Eksekutif Seluruh Rusia mempublikasi Dekrit (dikeluarkan oleh Dewan Komisaris Rakyat) mengenai “sentralisasi manajemen kereta api”. Dekrit ini menghapus kontrol kaum pekerja atas per-kereta-apian. Langkah ini dianggap sebagai  “syarat yang sangat diperlukan untuk pengembangan kondisi sistem transportasi”. (39) Dekrit ini juga menekankan urgensi penerapan “disiplin buruh besi” dan “manajemen individual” di per-kereta-apian dan pemberian kekuasaan “diktatorial” ke Komisariat Jalur Komunikasi. Klausul 6 menyatakan perlunya memilih individu-individu untuk menjabat sebagai “eksekutif administratif teknis” di setiap lokal, distrik atau pusat per-kereta-apian daerah. Individu-individu ini akan “bertanggung jawab sebagai Komisariat Jalur Komunikasi milik Rakyat”. Mereka menjadi “perwujudan keseluruhan kekuasaan diktatorial kaum proletar di setiap pusat per-kereta-apian yang bersangkutan”. (40)

30 Maret

Trotsky, yang diangkat sebagai Komisaris Urusan Militer setelah perjanjian Brest – Litovsk, dengan cepat mengorganisir ulang Tentara Merah. Hukuman mati karena ketidaktaatan di depan regu tembak diberlakukan kembali. Demikian juga, secara perlahan-lahan, gerakan hormat, baju seragam berbeda, tempat tinggal berbeda dan berbagai hak-hak istimewa bagi kaum perwira.* Bentuk-bentuk organisasi yang demokratis, termasuk pemilihan perwira oleh dewan-dewan prajurit dengan cepat dihilangkan. “Basis pemilihan”, tulis Trotsky, “secara politik tak berguna dan secara teknis tak membantu dan sudah disingkirkan lewat dekrit”.(41)

V. Krylenko, satu dari wakil komisaris Urusan Militer dipilih buruh setelah Revolusi Oktober, mengundurkan diri dari Lembaga Pertahanan karena  muak (42) sebagai akibat dari langkah-langkah yang diberlakukan oleh Trotsky.

*Selama bertahun-tahun di dalam literaturnya, kaum Trotskyis menolak wajah reaksioner Tentara Merah ini dan menyebutnya sebagai sesuatu yang terjadi “di bawah Stalinisme”. Faktanya, langkah-langkah ini pertama kali ditentang oleh Smirnov di Kongres Partai Kedelapan pada bulan Maret 1919.

3 April

Dewan Sentral Serikat Pekerja mengeluarkan peng-umuman pertama yang detil mengenai fungsi serikat pekerja dalam hubungannya dengan “disiplin kerja” dan “insentif”.

Serikat pekerja harus ”mencurahkan segala usahanya untuk meningkatkan produktifitas kerja dan secara konsisten menciptakan fondasi disiplin kerja yang tak tergoyahkan di pabrik-pabrik dan lantai-lantai kerja”.

Setiap serikat harus mendirikan sebuah komisi “untuk memperbaiki norma produktifitas pada setiap bidang kerja dan pekerja dari bidang bersangkutan”. Penggunaan upah potongan “untuk meningkatkan produktifitas kerja” mulai diakui. Dinyatakan bahwa “bonus bagi peningkatan produktifitas yang melewati standar yang sudah ditetapkan, diperbolehkan sampai ukuran tertentu jika digunakan untuk peningkatan produktifitas tanpa membuat para pekerja kelelahan”. Akhirnya jika “kelompok tertentu dari kaum pekerja” menolak untuk tunduk di bawah disiplin serikat, mereka dapat dikeluarkan dari serikat pekerja “disertai segala konsekuensi yang muncul akibat dari putusan itu”.43

11 – 12 April

Detasemen bersenjata Cheka menyerbu 26 pusat kegiatan anarkis di Moskow. Pertempuran pun pecah antara agen-agen Cheka dan pasukan Pengawal Hitam (Milisi Bersenjata Anarkis – ed) di Biara Donskoi. Empat puluhan anarkis terbunuh ataupun terluka berat, sebanyak 500 anarkis ditahan.

20 April

Isu kontrol pekerja sekarang dibicarakan luas di dalam Partai. Komite Distrik Leningrad mempublikasi terbitan pertama Kommunist (sebuah jurnal teoritis komunis kiri yang diedit oleh Bukharin, Radek and Osinsky, bergabung kemudian Smirnov). Terbitan kala itu berisi tulisan para editor “Tesis Situasi Saat ini”. Terbitan itu menolak ”kebijakan perburuhan yang menanamkan disiplin di antara kaum pekerja di bawah bendera  “disiplin diri”, pengenalan kerja di luar jam kerja, upah potongan, dan memperpanjang jam kerja harian”. Dalam terbitan itu menyatakan bahwa “pengenalan displin kerja yang berhubungan dengan restorasi manajemen industrial kapitalis tak akan dapat meningkatkan produktivitas kerja”. Langkah ini justru akan 

“melenyapkan inisiatif kelas (proletar -ed), aktivitas dan organisasi kaum proletariat. Ia lebih lanjut berkata bahwa, kebijakan ini mengancam akan memperbudak kelas pekerja. Kebijakan-kebijakan tersebut akan mempertinggi ketidakpuasan di kalangan mereka yang belum berpikiran maju dan demikian juga di kalangan proletariat yang berpikiran maju. Dalam rangka memperkenalkan sistem ini dihadapan kebencian yang meluap saat ini di antara kaum proletariat melawan kalangan “tukang sabotase kapitalis”, sudah jelas bahwa Partai Komunis mesti bekerjasama dengan kalangan borjuis kecil, melawan kaum pekerja”. 

Hal itu akan “merusak dirinya sendiri sebagai partai kaum proletariat”.

Terbitan pertama koran ini juga berisi peringatan serius dari Radek: “Jika Revolusi Rusia ditumbangkan lewat kekerasan sebagai bagian serangan balik kaum borjuis, revolusi dapat bangkit kembali seperti seekor burung phoenix; namun bila ia kehilangan karakter sosialis dan karena itu mengecewakan rakyat pekerja, kekalahan ini akan berdampak sepuluh kali lebih buruk bagi masa depan Russia dan revolusi internasional”.(44)

Terbitan yang sama juga memperingatkan soal “sentralisasi birokratik, kekuasaan berbagai komisaris, hilangnya independensi soviet-soviet lokal dan praktek penolakan akan suatu tipe negara komunis yang dikelola dari bawah”.45 “Itu semua sangat baik”, Bukharin menunjukkan, “untuk mengatakan sebagaimana yang ditulis Lenin (dalam buku Negara dan Revolusi) bahwa setiap koki harus belajar mengelola negara. Tetapi apa yang terjadi saat setiap koki memiliki seorang komisaris yang ditunjuk dari atas untuk memerintah dia bekerja?”

Terbitan kedua dari koran ini mengandung komentar bernada profetik dari Osinsky: 

“Kami berjuang untuk pembangunan masyarakat proletarian lewat kreatifitas kelas pekerja itu sendiri, bukan lewat dekrit para kapten industri…Jika kaum proletar sendiri tidak mengetahui bagaimana menciptakan persyaratan yang diperlukan bagi organisasi kerja sosialis, tak seorang pun yang dapat melakukan untuknya dan tak seorangpun yang dapat memaksa mereka melakukannya. Tongkat pemukul yang diangkat melawan kaum pekerja, akan jatuh ke tangan kekuatan sosial yang berada di bawah pengaruh kelas sosial lain atau di bawah kekuasaan soviet; namun kekuasaan soviet saat itu terpaksa mencari dukungan melawan proletariat dari kelas lain (yaitu petani) dan dengan cara itu ia akan hancur sebagai kediktatoran proletariat. Sosialisme dan organisasi sosialis akan diciptakan oleh kaum proletariat sendiri, atau takkan pernah tercipta sama sekali, sesuatu yang lain akan tercipta  dan itu adalah kapitalisme negara”. (46)

Lenin bereaksi sangat tajam. Diikuti umpatan-umpatan sebagaimana biasanya. Pandangan Komunis sayap ‘kiri’ dianggap “sesuatu yang hina”, ”sebuah pengingkaran atas praktek-praktek komunisme”, “tempat penampungan bagi para desertir kaum borjuis kecil”. (47) Kaum sayap kiri dianggap telah “diprovokasi oleh Isuvs (Menshevik) dan para Judas kapitalisme”. Sebuah kampanye dengan segera dilontarkan di Leningrad yang memaksa penerbit Kommunist memindahkan publikasinya ke Moskow, di sana koran ini muncul lagi, pertama di bawah bantuan Organisasi Partai Regional Moskow, setelah itu menjadi corong ‘tak resmi’ dari lingkaran kawan-kawan se-gagasan saja. Setelah kemunculan terbitan pertama dari koran ini, sebuah Konferensi Partai Leningrad yang penuh kebencian  menghasilkan posisi mayoritas untuk Lenin dan “menuntut penganut Kommunist mengakhiri keberadaan organisasinya yang tersendiri”. (48)

Demikianlah nasib hak-hak faksionalisasi, ini tahun 1918! (yakni jauh sebelum Kongres ke-10 melarang adanya faksi – tahun 1921)

Selama bulan-bulan berikutnya kaum Leninis berhasil memperluas kontrol organisasi mereka ke daerah-daerah yang pada awalnya mendukung sayap ‘kiri’. Di akhir bulan Mei, daerah yang di dominasi organisasi Partai proletarian di daerah Ural yang dipimpin Preobrazhensky, dan Biro Regional Moskow telah dimenangkan balik oleh pendukung kepemimpinan Partai. Terbitan Keempat dan terakhir Kommunist (Mei 1918) mesti diterbitkan sebagai koran faksional sembunyi-sembunyi. Penyelesaian dari isu-isu yang penting, yang akan mempengaruhi keseluruhan kelas pekerja secara mendalam, dan bahwa penyelesaian tersebut tidak dilakukan dengan :

“diskusi, persuasi, atau kompromi, tetapi dengan kampanye penuh tekanan di organisasi-organisasi Partai, yang didukung berondongan cacian penuh kekerasan di dalam media Partai dan pernyataan-pernyataan pemimpin Partai. Polemik-polemik Lenin yang menetapkan nada dan para letnan organisasinya menyeret para anggota partai ke dalam barisan”. (49) 

Banyak orang di gerakan revolusioner tradisional akan sangat akrab dengan metode-metode ini!

28 April

Artikel Lenin dalam “Tugas-tugas Mendesak Pemerintahan Soviet” diterbitkan dalam Isvestiya, organ Komite Sentral Eksekutif Seluruh Rusia. “Langkah-langkah dan dekrit-dekrit” diserukan untuk “meningkatkan disiplin kerja” yang merupakan “prasyarat bangkitnya ekonomi”. (Di antara langkah-langkah yang disarankan adalah pengenalan sistem kartu untuk pencatatan produktivitas masing-masing pekerja, penciptaan peraturan pabrik di setiap perusahaan, membangun kantor standar hasil kerja untuk menetapkan hasil kerja tetap setiap pekerja dan pembayaran bonus bagi peningatan produktivitas.)

Jika, Lenin pernah merasa potensi yang berbahaya dari proposal-proposal ini, dia tidak pernah menyebutkannya. Betapapun, tak perlu sebuah imajinasi besar untuk melihat dalam diri para penekan tangkai pena ini, (yang mencatat “produktifitas masing-masing buruh”) dan dalam diri para juru tulis (yang menjaga “biro standar hasil kerja”) sebagai elemen embrio sebuah birokrasi baru.

Lenin bahkan melangkah lebih jauh. Dia menulis: 

“Kita mesti membicangkan upah potongan dan menerapkannya serta mengujinya ke dalam praktek . . . kita mesti membicangkan penerapan sistem Taylor yang ilmiah dan progresif  (50) . . . . Republik Soviet mesti dengan harga apapun mengadopsi segala pencapaian yang bernilai dari ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang ini. . . Kita mesti mengorganisir di Rusia perihal studi dan pendidikan sistem Taylor”. 

Hanya “kesadaran lemah dari wakil-wakil borjuis kecil” yang melihat di dalam dekrit perekereta-apian yang baru-baru saja dikeluarkan “yang memberikan kepemimpinan individu kekuasaan diktatorial” semacam “penyimpangan dari prinsip bersama, dari demokrasi, dan dari prinsip-prinsip lain pemerintahan Soviet”.

“Pengalaman kesejarahan yang tak dapat disangkal telah menunjukkan bahwa kediktatoran individu seringkali merupakan kendaraan, saluran dari kediktatoran kelas-kelas revolusioner”

“Industri mesin skala besar yang merupakan sumber produktif material dan fondasi sosialisme meminta sebuah semangat persatuan ketat dan absolut . . . Bagaimana persatuan yang ketat dapat jamin? Dengan diserahkannya kehendak ribuan orang kepada kehendak satu orang”.

“Kepatuhan tanpa bertanya (penekanan sesuai naskah aslinya) kepada satu kehendak sangatlah diperlukan bagi kesuksesan proses kerja yang berdasar pada industri mesin skala besar  …. hari ini tuntutan Revolusi, sesuai kepentingan sosialisme, bahwa rakyat mesti menurut kepada kehendak tunggal (penekanan sesuai naskah asli) para pemimpin proses kerja tanpa mempertanyakannya”. (51)

Tuntutan kepatuhan “tanpa bertanya”, sepanjang sejarah, telah disuarakan oleh kaum reaksioner yang tak terhitung jumlahnya. Suatu upaya utuk memaksakan ketaatan pada mereka yang telah ditundukkan sehingga dapat menjamin semacam ketaatan pada mereka yang memegang otoritas. Di sisi lain, sikap kritis (dan kemampuan untuk melakukan suatu swa-kritik), merupakan tanda-tanda khusus dari seorang revolusioner sejati.

Mei

Burevestnik, Anarkhia, Golos Truda dan terbitan and terbitan berkala anarkis lain ditutup. Preobrazhensky, menulis peringatan di koran Kommunist “Partai harus segera memutuskan hingga taraf apa kediktatoran individual akan diperluas, dari bidang kereta api dan cabang-cabang ekonomi ke dalam Partai itu sendiri”. (52) 

5 Mei

“Sayap Kiri Kekanak-kanakan dan Mentalitas Borjuis Kecil” diterbitkan. Setelah menolak pandangan-pandangan Kommunist sebagai “penjual kata-kata kekacauan”, “yang memamerkan frase yang terdengar tinggi”, dan sebagainya. Lenin berupaya menjawab beberapa hal yang di sampaikan sayap kiri komunis. Menurut Lenin “kapitalisme negara” bukanlah sebuah bahaya. Ia, sebaliknya, sesuatu yang menjadi tujuan: 

“Jika kita memperkenalkan kapitalisme negara dalam jangka waktu kira-kira 6 bulan, kita akan meraih sebuah sukses besar dan sebuah jaminan pasti bahwa dalam waktu setahun sosialisme akan bercokol dengan kuatnya dan akan menjadi tak terkalahkan di negeri kita”. 

“Secara ekonomi, kapitalisme negara jauh lebih hebat, bahkan sulit untuk diukur keunggulannya, dari sistem ekonomi saat ini … kekuatan soviet tidak perlu takut terhadap hal ini, karena Negara soviet adalah sebuah negara dimana kekuatan pekerja dan kaum miskin dijamin” (karena sebuah ‘Partai Pekerja’ memegang kekuasaan politik).”

Keseluruhan total persyaratan yang dibutuhkan sosialisme” adalah “teknik kapitalis skala besar berdasar atas kata-kata terakhir di dalam sains modern . . . yang tak dapat dibayangkan tanpa organisasi negara yang terencana, yang membuat jutaan orang menuju kepada ketaatan ketat akan sebuah standar tunggal produksi dan distribusi” dan “kekuasaan negara proletariat”. [Penting untuk mencatat bahwa kekuasaan pekerja di dalam produksi tidak disebutkan sebagai satu dari ‘prasyarat sosialisme’.] Lenin melanjutkan dengan menunjukkan bahwa di tahun 1918, “dua bagian sosialisme yang tidak berhubungan sosialisme hadir selayaknya dua ekor ayam masa depan di dalam sebuah cangkang imperialisme internasional”. Di tahun 1918, Jerman dan Rusia merupakan perwujudan, masing-masing dengan “kondisi ekonomi, produktif dan sosial untuk sosialisme di satu sisi dan kondisi politik di sisi lain”. Tugas kaum Bolshevik adalah “mempelajari kapitalisme negara Jerman, dan tidak bersusah payah menirunya”. Mereka seharusnya tidak “mengelak mengadaptasi metode-metode diktatorial untuk mempercepat penyalinannya”. Dalam terbitan aslinya (53) tulisan Lenin saat itu berisikan kalimat menarik: ”Tugas kita adalah mempercepat hal ini agar lebih cepat dari saat Peter mempercepat pengadopsian westernisme kaum barbarian Rusia, dan tidak meninggalkan penggunaan metode barbar untuk melawan barbarisme”. Ini mungkin satu-satunya referensi kekagumannya terhadap kebijakan Tsar di dalam semua karya Lenin. Saat mengutip bagian ini tiga tahun kemudian, Lenin mengakui mengambil referensinya soal Peter the Great. (54) 

“Serupa dan lewat jalan yang sama”, Lenin melanjutkan, “menuntun dari kapitalisme borjuis kecil yang berkembang di Rusia tahun 1918 ke kapitalisme skala-besar dan ke sosialisme, melalui stasiun perhentian sementara yang sama yang disebut akuntansi nasional dan kontrol atas produksi dan distribusi”. Perlawanan terhadap kapitalisme negara, di bulan April 1918, adalah (menurut Lenin) “bertarung dengan angin”. (55) Tuduhan bahwa Republik Soviet terancam oleh “evolusi ke arah kapitalisme negara” tidak akan “memprovokasi sesuatu kecuali tawa Homeric”. Jika seorang pedagang mengatakan padanya bahwa telah terjadi perbaikan di sejumlah rel kereta api “pujian semacam itu bagi saya seribu kali lebih berguna ketimbang dua puluh resolusi komunis”. (56) Saat membaca kalimat-kalimat di atas, sangat sulit di mengerti bagaimana sejumlah kamerad bisa tetap menjadi ‘leninis’ dan di saat bersamaan mengklaim bahwa masyarakat Rusia adalah sebuah bentuk kapitalisme negara terkutuk. Meski begitu, beberapa orang tetap mampu melakukannya.

Apa yang telah dibahas di atas benar-benar terang dan jernih (dan dari bagian kalimat-kalimat lain yang ditulis di masa itu) bahwa ‘sifat proletar’ rejim dilihat oleh hampir seluruh pemimpin Bolshevik sebagai suatu degradasi sifat proletarian Partai yang telah mengambil alih negara. Tak satu pun dari mereka melihat sifat proletarian rejim di Rusia sebagai, terutama sekali dan krusial, bergantung pada dijalankannya kekuasaan kaum pekerja pada tingkatan produksi (yaitu manajemen produksi oleh kaum pekerja). Harusnya ini akan dengan sangat jelas sekali bagi mereka, sebagai Marxis, bahwa jika kelas pekerja tidak menguasai kekuatan ekonomi, kekuatan ‘politik’nya tidak  akan terjamin dan akan segera ditiadakan. Para pemimpin Bolshevik melihat organisasi produksi kapitalis sebagai sesuatu yang, di dalam dirinya, netral secara sosial. Ia bisa bisa saja dipakai untuk tujuan-tujuan buruk (seperti ketika kaum borjuasi menggunakannya dengan tujuan akumulasi pribadi) atau tujuan yang baik (seperti saat negara ‘pekerja’ menggunakannya “untuk manfaat banyak orang”). Lenin menuliskannya secara blak-blakan. “Sosialisme” katanya, “tidak lain dari monopoli kapitalis negara yang diciptakan untuk kepentingan seluruh rakyat”. (57) Apa yang salah dalam mode produksi kapitalis, dalam kacamata Lenin adalah, bahwa mereka melayani kaum borjuis di masa lalu. Mereka sekarang akan digunakan oleh Negara Pekerja dan dengan demikian menjadi “satu dari prasyarat sosialisme”. Semuanya tergantung soal siapa yang memegang kekuasaan negara. (58) Argumen bahwa Rusia merupakan negara pekerja karena menasionalisasi alat produksi baru kemudian dipakai Trotsky di tahun 1936! Saat itu, dia tengah berusaha keras mendamaikan pandangannya bahwa ‘Uni Soviet harus dibela’ dengan pandangannya bahwa “Partai Bolshevik bukan lagi sebuah partai pekerja”. 

24 Mei – 4 Juni

Kongres Dewan Ekonomi Regional Seluruh Rusia Pertama di Moskow. “Parlemen Ekonomi” ini dihadiri lebih kurang 100 delegasi pemegang hak voting (dan 150 delegasi tak memiliki hak suara) yang dipilih dari Vesenka, ‘glavki’ dan centres, dari Sovnarkhozy daerah maupun lokal dan dari serikat-serikat pekerja. Kongres diketuai Rykov, seorang dengan “rekor tanpa cela dan pendapat tak bias”. (59) Lenin membukanya dengan permohonan “disiplin kerja” dan penjelasan panjang soal pentingnya kebutuhan untuk mempekerjakan ‘spetsy’ (kaum spesialis) yang dibayar tinggi. Osinsky tetap berpendirian teguh akan pentingnya demokratisasi industri. Dia memimpin serangan terhadap ‘upah potongan’ dan ‘Taylorisme’. Dia didukung Smirnov dan sejumlah delegasi provinsi. Kaum “oposisi” meminta pengakuan dan penuntasan nasionalisasi industri yang telah digagas Komite Pabrik dan menyerukan pendirian sebuah otoritas ekonomi nasional yang berlandaskan dan mewakili organ-organ perwakilan kontrol pekerja. (60) Mereka menyerukan bagi “sebuah administrasi pekerja . . . tidak hanya dari atas tetapi dari bawah” sebagai landasan ekonomi bagi rejim baru. Lomov, dalam permohonannya bagi perluasan kontrol pekerja yang lebih masif, memperingatkan bahwa 

“sentralisasi birokratik. . . mencekik kekuatan-kekuatan negeri. Rakyat telah dipisahkan dari kekuatan hidup dan kreatif mereka di setiap cabang-cabang ekonomi.”

Dia mengingatkan Kongres bahwa kalimat Lenin mengenai “belajar dari para kapitalis” berkaitan dengan kalimat kaum Marxis palsu dekade 1890an (dan kaum borjuis saat ini), Struve. (61) Di sana kemudian berlangsung satu episode yang dapat menggaris bawahi seluruh diskusi dan melambangkan berbagai sudut pandang yang ada. Sebuah sub komite dari Kongres menelurkan sebuah resolusi yang meminta dua per tiga perwakilan di dalam dewan manajemen perusahaan-perusahaan industrial mesti dipilih dari kalangan pekerja. (62) Lenin menjadi sangat marah terhadap “kebijakan bodoh” ini. Di bawah bimbingannya sebuah Sesi Pleno Kongres ‘mengkoreksi’ resolusi dan mengeluarkan dekrit bahwa tidak lebih dari satu per tiga personil manajerial dari perusahaan industri yang mesti dipilih. Pengelolaan komite-komite akan disatukan ke dalam struktur hirarkis nan kompleks yang telah disampaikan sebelumnya yang memiliki hak veto di dalam Dewan Ekonomi Tertinggi (Vesenka) yang didirikan pada Desember 1917. (63) Kongres secara resmi mendukung sebuah resolusi dari Dewan Sentral Serikat Pekerja yang menegaskan prinsip “produktifitas yang tetap dan pasti sebagai timbal balik upah yang terjamin”. Ia menerima pelembagaan kerja potongan dan pemberian bonus. Sebuah “sebuah iklim yang hanya berisi opini-opini ketimbang sebuah kebijakan sedang terjadi”. (64) 

25 Mei

Pertempuran antara pasukan pemerintah dengan tentara legiun Czech di daerah Ural. Pemberontakan Anti Bolshevik di sepanjang Siberia dan Rusia Tenggara. Dimulainya perang sipil skala besar dan mulainya intervensi Sekutu. [Bagi mereka yang ingin mempersalahkan Perang Sipil untuk praktek-praktek anti proletariat kaum Bolshevik dapat melakukannya di titik ini.] 

28 Juni

Dewan Komisaris Rakyat, setelah duduk semalaman, mengeluarkan Dekrit mengenai Nasionalisasi Umum yang menyangkut seluruh perusahaan industrial dengan kapital di atas satu juta rubles. Tujuan dekrit ini adalah “sebuah perjuangan yang menentukan melawan disorganisasi produksi dan pasokan”. Sektor-sektor yang terpengaruhi, yang saat ini aset-asetnya di deklarasikan menjadi milik Republik Soviet Federal Sosialis Rusia, adalah industri-industri pertambangan, metalurgi, tekstil, elektrik, perkayuaan, rokok, resin, kaca, dan tembikar, kulit dan semen, semua pabrik bertenaga uap, barang-barang lokal dan rel kereta api swasta, bersama dengan sejumlah industri kecil lain. Tugas untuk “mengorganisir administrasi perusahaan-perusahaan yang di nasionalisasi” dipercaya” sebagai “urusan yang mendesak” kepada Vesenka dan cabang-cabangnya. Namun hingga Vesenka mengeluarkan instruksi spesifik menyangkut setiap perusahaan yang masuk dalam dekrit “perusahaan tersebut akan dianggap sebagai sewaan secara gratis bagi pemilik lama, yang akan melanjutkan untuk membayar keuangannya dan mengambil pendapatan dari usaha ini”. (65) 

Pemindahan resmi dari tiap-tiap perusahaan ke negara dengan mudah di transaksikan.Berjalannya kembali fungsi-fungsi manajerial oleh orang-orang yang di angkat akan butuh waktu sedikit lebih lama, namun proses ini juga akan selesai dalam waktu beberapa bulan. Kedua langkah ini telah di percepat di bawah ancaman intervensi asing. Perubahan di dalam hubungan kepemilikan telah dengan sangat berlangsung secara mendalam. Dalam hal ini sebuah revolusi mendalam telah terjadi. “Sebagaimana Revolusi telah menyebarkan Perang Sipil, demikian juga Perang Sipil makin memperhebat Revolusi”. (66) Namun sejauh menyangkut perubahan mendasar di dalam hubungan produksi, Revolusi sudah selesai. Periode ‘perang komunisme’ sekarang dimulai dan akan melihat kelas pekerja kehilangan kekuatan kecil yang telah mereka nikmati di dalam produksi, selama beberapa minggu 1917 dan beberapa minggu pertama 1918. 

4 – 10 Juli

Kongres Kelima Soviet seluruh Rusia.

Selama separuh masa pertama dari tahun 1918, masalah-masalah ‘nasionalisasi’ telah menjadi subyek kontroversi pahit antara komunis ‘kiri’ dan kaum Leninis. Lenin telah menolak kebijakan nasionalisasi total alat-alat produksi, segera setelah revolusi Oktober. Ini bukan karena ada keinginan untuk melakukan tawar-menawar politik dengan kaum borjuis tetapi karena taksiran Lenin yang terlalu rendah akan kecakapan teknologi dan kedewasaan administratif kaum proletariat, sebuah kedewasaan yang yang seharusnya bisa segera diuji segera ketika semua bidang industri secara resmi di nasionalisasi. Hasilnya telah menimbulkan situasi yang sangat kompleks dimana sebagian industri telah di nasionalisasi ‘dari atas’ (yakni lewat dekrit Pemerintah Pusat) yang lain ‘dari bawah’ (yakni saat para pekerja mengambil alih perusahaan yang telah di tinggalkan para pemiliknya yang lama) dimana di beberapa tempat lain para pemilik lama masih berkuasa di dalam pabrik-pabriknya meski dibatasi di dalam kebebasan mereka mengambil tindakan atau otoritas oleh gangguan komite-komite pabrik. Kritzman, satu dari teoritisi komunisme ‘kiri’ yang cakap telah mengkritik masalah ini sedari awal. Dia mengacu pada dekrit 14 November 1917 mengenai ‘Kontrol Pekerja’ sebagai “langkah setengah setengah, karenanya tak dapat terealisasi’. 

“Sebagai sebuah slogan kontrol pekerja secara tersirat pertumbuhan namun dengan kekuatan proletariat yang tak cukup. Ini menyiratkan ekspresi sebuah kelemahan, yang masih mesti di menangkan, di dalam gerakan kelas pekerja. Para majikan tidak akan menjalankan bisnis mereka dengan satu tujuan, mendidik kaum pekerja soal bagaimana menjalankan bisnis mereka. Sebaliknya kaum pekerja merasa benci dengan para kapitalis dan tak melihat adanya alasan mengapa mereka harus menerima, secara sukarela, untuk dieksploitasi oleh mereka”. (67) 

Osinsky, seorang komunis ‘kiri’ lain, menekankan aspek lain. “Nasib slogan kontrol pekerja”, tulisnya 

“adalah hal yang paling menarik. Dilahirkan dengan maksud untuk melucuti musuh, ia gagal ketika berusaha untuk mengubah dirinya ke dalam sebuah sistem. Dimana, meskipun segalanya telah ia penuhi, isinya diubah sepenuhnya dari apa yang awalnya telah dipertimbangkan. Ia mengambil bentuk sebuah kediktatoran desentralisasi, dari penundukan kapitalis, secara individu per individu, oleh berbagai organisasi kelas pekerja yang bekerja secara independen satu dengan yang lain . . . Kontrol Pekerja sejak awal ditujukan untuk menundukkan para pemilik alat-alat produksi. . . Namun kebersamaan ini segera terasa tak bisa di toleransi. Keadaan kekuasaan ganda antara para manajer dan kaum pekerja segera menuntun pada runtuhnya perusahaan. Atau dengan cepat berubah ke dalam kekuasaan total kaum pekerja tanpa pengesahan dari kekuasaan pusat”. (68) 

Kebanyakan tulisan-tulisan kaum komunis kiri di masa itu menekankan tema bahwa nasionalisasi alat-alat produksi di masa awal semestinya bisa menghindarkan kondisi ambigu ini. Perampasan total kepemilikan para kapitalis akan memungkinan untuk meneruskan proses dengan serta merta dari ‘kontrol pekerja’ ke ‘manajemen pekerja’ melalui medium sejumlah organisme sentral yang mengatur keseluruhan ekonomi yang telah dimiliki secara sosial. Menarik bahwa Lozovsky, meski pada waktu itu dengan keras melawan pandangan komunis ‘kiri’ (karena ia merasa bahwa revolusi saat itu hanya merupakan sebuah revolusi ‘borjuis-demokratik) kemudian hari menulis: “Dengan segera terbukti bahwa dalam masa revolusi sosial, sebuah monarki konstitusional di dalam setiap tempat usaha (yakni para bos yang lama, namun hanya menjalankan kekuasaan terbatas. M.B.) adalah sesuatu yang mustahil dan betapapun ruwetnya struktur sebuah perusahaan modern dari para eks-majikan, merupakan gerigi roda tak berguna”. (69) Perpecahan muncul belakangan di antara kaum komunis ‘kiri’. Radek mencapai persetujuan dengan kaum Leninis. Dia bersiap untuk menerima ‘manajemen satu orang’ secara prinsip (sebuah hal yang tak terlalu sulit bagi seorang nonproletariat?) karena saatnya kini hal itu akan diterapkan dalam konteks dekrit nasionalisasi besar-besaran Juni 1918. Dalam pandangan Radek, dekrit-dekrit ini akan membantu ‘fondasi proletariat rejim.’ Bukharin juga berpisah dari Osinsky dan bergabung dengan kembali bergabung dengan kelompok Leninis. Namun Osinsky dan para pendukungnya tetap melanjutkan membentuk sebuah tendensi oposisional: kaum ‘demokratik sentralis’ (begitu disebutnya karena oposisi mereka terhadap “sentralisme birokratik” kepemimpinan Partai). Mereka melanjutkan kerja agitasi soal manajemen pekerja di dalam produksi. Ide-ide mereka, dan kelompok komunis ‘kiri’ awal akan memainkan peranan penting dalam pembentukan, kelompok Oposisi Pekerja, dua tahun kemudian. 

Dengan Perang Sipil dan Perang Komunisme, masalah-masalah ini, untuk sementara, menjadi terkaburkan. Hanya ada sedikit hasil produksi untuk dikontrol. 

“Isu-isu di tahun 1918 betapapun hanyalah tertunda. Terima kasih atas kritisisme kelompok komunis ‘kiri’, isu-isu yang disebut tadi tak dapat begitu saja dilupakan. Segera setelah terjadi jeda militer, kaum oposisi sayap kiri telah siap kembali untuk menyuarakan pertanyaan fundamental yang menyangkut sifat sosial dari rejim Soviet”. (70) 

Agustus

Titik tertinggi ofensif Volga oleh kaum Putih. 

Perang Sipil sangat mempercepat sentralisasi ekonomi. Sebagaimana pengetahuan akan praktek-praktek kaum Bolsevik dari masa-masa sebelumnya, dengan mudah dapat di duga bahwa ini akan menjadi proses sentralisasi yang sangat birokratik. Seluruh ekonomi Rusia ‘diorganisir ulang’ di atas basis semi-militer. Perang Sipil cenderung untuk mengubah segala industri besar ke dalam pemasok kebutuhan Tentara Merah. Hal ini membuat persoalan industrial menjadi persoalan strategi militer. Pada tahap ini cukup penting untuk menunjukkan bahwa kami ragu jika ada warisan intrinsik perihal desentralisasi sebagaimana yang dikemukakan oleh sejumlah anarkis. Komune Paris, sebuah Kongres dari Soviet-soviet (atau komite penjaga tempat kerja atau komite pemogokan sebagai analogi yang lebih terkini) adalah sangat terpusat namun cukup demokratik. Feodalisme di pihak lain adalah desentralisir dan sangat birokratik. Pertanyaan kuncinya adalah apakah aparat ‘tersentral’ di kontrol dari bawah (dengan delegasi yang di pilih dan dapat di ganti kapan saja) memisahkan dirinya dari mereka-mereka yang peranannya mereka klaim atas namakan. 

Periode ini menyaksikan kejatuhan besar produksi, karena berbagai faktor yang dengan sangat baik telah di gambarkan di tempat lain. (71) Kesulitan ini seringkali ditelah dibebankan juru bicara Partai terhadap pengaruh ide-ide bid’ah anarko-sindikalis. Kesalahan tentu saja telah diperbuat tetapi apa yang menjadi batu sandungan dalam membangun sebuah gerakan baru sekarang kini dikaitkan dengan kejahatan yang melekat pada setiap upaya para pekerja untuk mendominasi produksi. ”Kontrol pekerja atas industri yang dijalankan oleh Komite Pekerja dan Lantai Kerja” tulis salah seorang juru bicara pemerintah “telah memperlihatkan apa yang bisa kita perkirakan jika rencana kaum anarkis benar-benar terwujud”. (72) Upaya kontrol dari bawah sekarang secara sistematis ditindas. Partisipan-partisipan di dalam Komite-komite Pabrik mencoba melawan tetapi perlawanan mereka dengan mudah dikalahkan. (73) Kepahitan dan keputusasaan berkembang di antara bagian-bagian dari proletariat (dan ini bukan bagian-bagian ‘terbelakang’). Faktor semacam ini mesti diperhitungkan tapi kadang di dalam diskusi mengenai merosotnya produksi, dan meluasnya usaha yang menjurus pada ‘aktivitas-aktvitas antisosial’ yang menjadi karakteristik tahun-tahun ‘perang komunisme’.

25 Agustus – 1 September

Kongres Pertama Anarko-Sindikalis seluruh Rusia bersidang di Moskow. Resolusi industri menuduh pemerintah…

“mengkhianati kelas pekerja dengan penindasan kontrol pekerja dengan lebih gemar pada alat kapitalis semacam manajemen satu orang, disiplin kerja, dan mempekerjakan insinyur dan teknisi borjuis. Dengan meninggalkan Komite-komite Pabrik anak tercinta revolusi pekerja yang akbar demi ‘organisasi-organisasi mati’, serikat pekerja, dan dekrit-dekrit pengganti dan membatasi demokrasi industrial, kepemimpinan Bolshevik telah menciptakan sebuah monster ‘kapitalisme negara’, binatang raksasa birokratik, yang secara menggelikan disebut sosialisme”. (74) 

Volny Golos Truda (The Free Voice of Labour) didirikan sebagai pengganti Golos Truda (ditutup bulan Mei 1918). Koran baru ini pun ditutup setelah mengeluarkan terbitan ke-empat (16 September, 1918). Ini berisikan sebuah artikel menarik dari ‘M. Sergven’ (?Maximov) berjudul “Arah Revolusi”. Artikel ini 

“memuat suatu titik berangkat yang menakjubkan perihal tudingan umum bahwa Bolshevik Sebagai Pengkhianat Kelas Pekerja. Lenin dan pengikutnya tidak serta merta merupakan kaum sinis berdarah-dingin yang, dengan kelicikan Machiavellian, yang sebelumnya telah merancang sebuah struktur kelas baru untuk memuaskan nafsu kekuasaan pribadi mereka. Cukup mungkin bahwa mereka dimotivasi oleh sebuah kepedulian sungguh-sungguh atas kesengsaraan manusia . . Namun pemisahan masyarakat ke dalam pekerja dan kaum administrator secara tak terelakkan muncul dari sentralisasi otoritas. Tidak mungkin sebaliknya. Sekali fungsi manajemen dan kerja telah terpisah (hal yang pertama akan dijalankan kelompok kecil “ahli” dan yang kedua oleh rakyat tak terdidik) segala kemungkinan akan akan naiknya martabat dan munculnya kesetaraan telah dihancurkan. (75) 

Dalam edisi terbitan yang sama Maximov menolak mentah-mentah kaum ‘Manilov’ (76) di dalam kelompok anarkis dan menyebutnya sebagai 

“romantis visioner yang merindukan utopia pastoral, yang tak sadar kekuatan kompleks di tempat kerja dalam dunia modern. Saatnya berhenti membayangkan Era Keemasan. Saatnya mengorganisir dan bertindak. Karena prinsip yang realisistik ini Maximov dan para anarko-sindikalis dengan kejam diserang sebagai para pengkhianat Judas anarko-sindikalis oleh tendensi lain di dalam gerakan anarkis. (77) 

Agustus 1918

Dekrit pemerintah menetapkan komposisi Vesenka menjadi 30 anggota yang di nominasikan oleh Dewan Sentral Serikat-serikat Pekerja Seluruh Rusia, 20 di nominasikan oleh Dewan Ekonomi Regional Nasional (Sovnarkhozy) dan 10 di nomonasikan oleh the Sentral Eksekutif Soviet Seluruh Rusia (V.Ts.I.K.). Urusan Vesenka diserahkan kepada sebuah Presidium dari 9 anggota, yang Presiden dan Deputinya dinominasi oleh Dewan Komisaris Rakyat (Sovnarkom) dan yang lain oleh V.Ts.I.K. Presidium secara resmi harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang diputuskan dalam pertemuan bulanan dari seluruh 69 anggota Vesenka. Namun segera ia mengurus lebih banyak dan lebih banyak lagi kerja. Setelah musim gugur 1918 pertemuan penuh Vesenka tidak lagi digelar. Ia menjadi sebuah departemen negara. (78) Dalam kata lain dalam setahun saja setelah kaum Bolshevik mengambilalih negara, relasi produksi (yang sempat terguncang sebentar di saat-saat meningkatnya gerakan rakyat) telah berbalik kembali menjadi pola otoritarian klasik yang nampak di segala masyarakat kelas. Kaum pekerja telah dicabut dari segala otoritas pengambil keputusan yang bermakna di dalam urusan-urusan yang paling penting bagi mereka. 

28 September

Pemimpin serikat pekerja Bolshevik Tomsky mendeklarasikan pada Kongres Pertama seluruh kaum Komunis Per-kereta-api-an Seluruh Rusia bahwa “adalah tugas kaum Komunis untuk, pertama-tama menciptakan sebuah serikat pekerja rapi di dalam industri mereka masing-masing, kedua, untuk memiliki organisasi ini dengan kerja-kerja yang tak kenal lelah, ketiga untuk mengambil kepemimpinan dalam organisasi-organisasi ini, keempat memecat seluruh organisasi non-proletariat, dan kelima membawa serikat ke dalam pengaruh komunis”. (79) 

Oktober

Dekrit Pemerintah menegaskan pengaturan ini bahwa tak boleh ada lembaga lain selain Vesenka “yang dalam kapasitasnya bertugas sebagai organ sentral untuk mengatur dan mengorganisir seluruh bidang produksi di dalam Republik” memiliki hak untuk menyita perusahaan industrial. (80) Perlunya menyebarkan dekrit ini menujukkan bahwa soviet lokal, atau mungkin bahkan Sovnarkhozy lokal telah melakukan langkah-langkah terlarang itu. 

6-9 November

Kongres Keenam Soviet Seluruh Rusia. 

25 November – 1 Desember

Kongres kedua Anarko-Sindikalis seluruh Rusia bersidang di kota Moskow.

Desember

Sebuah dekrit baru menghapuskan Sovnarkhozy regional dan mengakui Sovnarkhozy provinsi sebagai “organ eksekutif Vesenka”. Sovnarkhozy lokal menjadi ‘seksi ekonomi’ dari komite-komite eksekutif di masing-masing soviet lokal. ‘Glavki’ akan mendapatkan organ subordinatnya sendiri di kantor pusat provinsi. Hal ini sepenuhnya mencerminkan sebuah langkah selanjutnya ke arah kontrol tersentral dari setiap cabang industri di seluruh negeri oleh glavk atau centre di Moskow, di bawah otoritas tertinggi Vesenka. (81) 

Kongres Dewan Ekonomi Regional Seluruh Rusia yang Kedua. 

Molotov menganalisa keanggotaan 20 ‘glavki’ dan ‘centres’ terpenting. Dari 400 orang, lebih 10% merupakan bekas majikan atau wakil para majikan, 9% teknisi, 38% pejabat berasal dari berbagai departemen (termasuk Vesenka) . . . dan sisanya 43% pekerja atau perwakilan organisasi pekerja termasuk serikat pekerja. Manajemen produksi secara mendasar berada di tangan orang-orang “yang tak memiliki hubungan dengan elemen-elemen proletariat di dalam industri”. ‘Glavki’ mesti dianggap sebagai “organ yang dengan cara apapun sesuai dengan diktator proletariat”. Mereka yang mengarahkan kebijakan adalah kaum “perwakilan majikan, teknisi, dan kaum spesialis”. (82) “Adalah tak terbantahkan bahwa birokrat soviet di tahun-tahun awal ini adalah para mantan penguasa, bekas anggota cendekiawan borjuis atau kelas pejabat masa lalu, dan secara bersamaan mereka membawa tradisi birokrasi Rusia lama”. (83) 

Catatan Kaki

1. P. Avrich. op. cit., h. 156. (Sejumlah referensi sekunder diberikan)

2. Pervy vserossuski s’yezd professionalnykh soyuzov, 7-14 yanvarya 1918 . (Kongres Pertama Serikat Pekerja Seluruh Rusia, 7 – 14 Januari, 1918), Moskow 1918, h. 193. (Selanjutnya diacu sebagai Kongres Serikat Pekerja pertama).

3. ibid halaman 212

4. ibid halaman 48.

5. ibid., h. 235.
6. P. Avrich op cit h.168
7. Kongres Serikat Pekerja pertama h.85
8. ibid., h. 239.
9. ibid., h. 215
10. ibid., h. 85
11. ibid., h. 85.
12. ibid – , h – 221
13. P. Avrich op. cit., hal. 168-169
14. G. P. Maximov. op. cit., hal. 12 – 13.
15. Dikutip oleh A. S. Shlyapnikov, Die Russischen Gewerkshaften (Serikat-serikat Pekerja Rusia), Leipzig, 1920. (Dalam bahasa Jerman.)

16. Kongres Pertama Serikat Pekerja, h. 374
17. ibid., hal. 369 – 370.
18. ibid.. h. 369.
19. ibid., h. 192.
20. ibid., h. 230.
21. ibid., h. 195.
22. ibid., h. 369.
23. ibid Adopted Resolution h. 370.
24. F. Kaplan op. cit, h. 128.
25. ibid., h. 181.
26. Kongres Serikat Buruh Pertama, h.11
27. ibid., h. 80.
28. ibid., h. 364.
29. ibid., preface.
30. ibid., h. 27.
31. ibid., h. 367.
32. Vsesoyuzny syczd professionalnykh soyuzov tekstilshchikov i faorichnykh komitetov (Moscow 1918), h. 8.
33. ibid., h. 5.
34. ibid., h. 30.
35. Sbornik delcretov ipostanovlenii po narodnomu, Khozyaisvu (1918), hal. 311 – 315
36. E. H. carr. op. cit., II, 86 – 87.
37. L. Trotsky. ‘Work, discipline, Order’, Sochinenlya, XVII, hal. 171 – 172.

38. N V. KRylenko. AutobioGraphy in Ency. Dict. XLI -1, Apendix, h. 246.
39. Narodnoye Khozyaisto No.2, 1918, h.38
40. K. Radek. ‘Posle pyatimesyatsev’ (Setelah lima bulan), Kommunist No. 1, April 1918, hal. 3 – 4.
41. Kommunist No. 1. Tesisy o tekushchem momente (tesis mengenai situasi terkini), h. 8.
42. R. V. Dsnids, op. cit, h. 87.
43. Sebelum revolusi Lenin menolak Taylorism sebagai ‘perbudakan manusia oleh mesin’. (Sochineniya XVII, 247 – 8).
44. V I Lennin Selected Works Vol VII, H. 332 – 3, 340 – 2.
45. Kommunist No. 4.
46. V. I. Lennin. Sochineniya XXII, 516 – 517.
47. IBid., XXVI, 326
48. V. 1. Lenin. Selected Works, vol. Vll, hal. 36(K6.

 

49. E. H. Carr. op. cit., II, 100.
50. V. I. Lenin. ‘The threatening catastrophe and how to fight it”
51. Untuk analisis lengkap mengenai tujuan dan cara menuju kemana ia menuntun lihat karya Paul Cardan ‘From Bolsheviks to Bureaucracy’ Solidarity Pamphlet

52. E. H. Carr. op cit., II, 101 catatan kaki 4
53. Osinsky, in Trudy pervogo vsrossiiskogo s’ yezda sovetov narodnogo khozyaistva (Proceedings of the first All – Russian Congress of Economic Councils) Moscow, 1918, hal. 61 – 64.
54. ibid., h.75
55. ibid., h. 65

56. Polozheniye ob upavlenii natsionalizirovannymi predpriyatiyami (Regulations for the Administration of Nationalised Enteprises), ibid., pp 477-478
57. E. H.Carr. op. cit., II, hal. 119 – 120.
58. ibid, II, p. 105.
59. R. V. Daniels. op. cit., h. 92.

60. I Larine and L Kritzman Wirtscaftsleben und Wirtscaftlicher Aufbau in Soviet Russland, 1917-1920 Hamburg, 1921, h.163 (Dalam bahasa Jerman)
61. N. Osinsky. ‘O stroitelstve sotsialisma’ (‘The building of Socialism’) Moscow 1918, h. 35 et seq.

 

62. A. Lozovsky ‘the Trade Unions in Soviet Russia’. (All – Russian Central Council of Trade Unions, Moscow,
l920,) h. 654.
63. R. V. Daniels. op. cit., h. 91.
64. See for instance I Deutschcr The Prophet Unarmed O.U.P. 1959 hal. 1 – 14.
65. I. I. Stepanov – Skortsov op cit., h.24.
66. M. Dobb. Soviet Economic development since 1917,
New York, 1948, hal. 89 – 90.
67. P. Avrich. op. cit., h. 191
68. ibid., hal. 192 – 3.
69. Manilov was a day – dreaming landowner in Gogols Dead Souls.
70. P. Avrich. op. cit., hal. 196 – 197
71. E. H. Carr. op. cit., II,180.

72. Vserossiiskay konferentsiyr A zheleznodorozhnikov komunistov (Kongres Pertama seluruh kaum Komunis Perkeretaapian Seluruh Rusia), Moskow 1919, h 72.
73. Sbornik dekretov i postanovlenii po narodnomu khozyistvu (1920), ii, 83.
74. E. H. Carr. op cit., II, 183

75. trudy vtorogo vserossiiskogo s’yezda sovetov narodnogo Khosyaistva (n.d.) (Second All Russian Congress of Regional Economic Councils) h.213
76. E. H. Carr. op cit., II, 190