Mikhail Bakunin
Tulisan berikut merupakan gambaran singkat mengenai kehidupan salah seorang pemikir awal Anarkisme modern dan sedikit sketsa pemikiran dan aktivitas politiknya. Tulisan berikut hanya ditujukan sebagai pengantar dan ulasan singkat bagi pembaca berbahasa Indonesia, namun bukan sebagai tulisan yang membahas Bakunin secara mendalam.
Mikhail Alexandrovich Bakunin (/ bəkuːnɪn /; [1] Rusia: Михаил Александрович Бакунин; IPA: [mʲɪxɐil bɐkunʲɪn]; 30 Mei [Penanggalan Lama, 18 Mei] 1814 – 1 Juli 1876) adalah seorang anarkis revolusioner Rusia, dan pendiri anarkisme kolektivis. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh anarkisme yang paling berpengaruh, dan salah satu pendiri utama tradisi “anarkis sosial”. [2] Prestis besar Bakunin sebagai aktivis membuatnya menjadi salah satu ideolog paling terkenal di Eropa, dan ia berpengaruh secara substansial di kalangan kaum radikal di seluruh Rusia dan Eropa.
Bakunin dibesarkan di Pryamukhino, sebuah perkebunan keluarganya di Tver Governorate, tempat ia pindah untuk belajar filsafat dan mulai mempelajari encyclopédistes Perancis, yang membuatnya antusias dengan filsafat Fichte. Dari Fichte, Bakunin lalu membenamkan dirinya mempelajari karya Hegel, pemikir paling berpengaruh di kalangan intelektual Jerman pada saat itu. Ini membuatnya jatuh hati pada Hegelianisme, terpesona oleh pepatah Hegel yang terkenal, “Segala sesuatu yang ada bersifat rasional.” Pada tahun 1840, Bakunin pergi ke ke St Petersburg dan Berlin untuk mempersiapkan diri menerima keprofesoran dalam bidang filsafat atau sejarah di Universitas Moskow. Pada tahun 1842, Bakunin pindah dari Berlin ke Dresden. Akhirnya ia tiba di Paris, tempat ia bertemu Pierre-Joseph Proudhon dan Karl Marx.
Radikalisme Bakunin yang terus meningkat – termasuk perlawanannya terhadap imperialisme Rusia dan kekuatan lain di Eropa timur dan tengah – mengubah hidupnya, membuatnya menghentikan semua angan tentang karier keprofesorannya. Dia akhirnya dideportasi dari Perancis akibat melawan penindasan Rusia terhadap Polandia. Pada tahun 1849, Bakunin ditangkap di Dresden karena ikut serta dalam pemberontakan Ceko pada tahun 1848, dan diserahkan ke Rusia tempat ia dipenjarakan di Peter-Paul Fortress di Saint Petersburg. Dia tetap dipenjara di tempat tersebut sampai tahun 1857, lalu diasingkan ke kamp kerja di Siberia. Setelah melarikan diri ke Jepang, Amerika Serikat dan akhirnya berakhir di London untuk waktu yang singkat, ia bekerja dengan Herzen di jurnal Kolokol (The Bell). Pada tahun 1863, ia pergi untuk bergabung dengan pemberontakan di Polandia, tetapi ia gagal sampai ke sana dan menghabiskan waktunya sebentar di Swiss dan Italia.
Pada tahun 1868, Bakunin bergabung dengan Asosiasi Kaum Pekerja Internasional (IWMA) yang sosialis, sebuah federasi serikat buruh dan organisasi buruh, yang memiliki sejumlah golongan di banyak negara Eropa, serta di Amerika Latin dan (setelah 1872) di Afrika Utara dan Timur Tengah. Tren “Bakuninis” atau anarko-sosialis cepat berpengaruh, terutama di Spanyol yang merupakan golongan terbesar IWMA pada saat itu. Setelah itu, perseteruannya terjadi dengan Marx, yang merupakan tokoh kunci dalam Dewan Umum IWMA. Kongres Den Haag pada tahun 1872 didominasi oleh tarik-menarik antara Marx dan pengikutnya, yang mengajukan penggunaan negara demi pembangunan sosialisme, dan Bakunin / faksi anarkis, yang berpendapat sebaliknya, yaitu penggantian negara oleh federasi tempat kerja dan komune yang dikelola oleh kaum pekerja sendiri. Bakunin tidak bisa menghadiri kongres karena tidak bisa sampai ke Belanda. Kehadiran faksi Bakunin di konferensi pun melorot, dan Bakunin (menurut Marx) dikeluarkan dari kongres karena dianggap membentuk organisasi rahasia dalam IWMA.
Namun, kaum anarkis bersikeras kongres itu tidak representatif dan menyalahi kekuasaannya, lalu mengadakan konferensi saingan IWMA di Saint-Imier di Swiss pada tahun 1872. Kongres ini menolak pertemuan Den Haag, termasuk pengeluaran Bakunin dari IWMA. Sebagian besar golongan di IWMA berafiliasi dengan badan kongres St. Imier dan menampik kemenangan Marx, sesuatu yang jauh berbeda dengan pengamatan-pengamatan tulisan pro-Marxis. IWMA Bakuninis yang jauh lebih besar mengalahkan pesaingnya dari kubu Marxis yang jumlahnya lebih kecil yang diisolasi di New York; Peristiwa tersebut juga sangat berpengaruh pada penyebaran anarko-sosialisme secara global. Dalam International tersebut, serta dalam tulisan-tulisannya, Bakunin menjelaskan ide-ide dasar sindikalisme dan anarkisme, dan mengembangkan analisis dan strategi anarkis dasar. Pada saat ini, ia telah meninggalkan nasionalisme anti-imperialis yang ia anut pada masa mudanya.
Dari tahun 1870 sampai 1876, Bakunin menulis beberapa karya lagi, seperti “Statism and Anarchy”, dan “God and State”. Namun, Bakunin tetap ikut serta dalam perjuangan-perjuangan langsung. Pada tahun 1870, dia terlibat dalam pemberontakan di Lyon, Perancis, yang menjadi cikal-bakal Komune Paris. Komune Paris erat berhubungan dengan banyak elemen program anarkis Bakunin seperti swakelola, delegasi mandat, sistem milisi dengan petugas-petugas yang dipilih langsung, dan desentralisasi. Anarkis seperti Elisee Reclus, dan orang-orang dalam tradisi Pierre-Joseph Proudhon—yang sangat dipengaruhi Bakunin—adalah tokoh kunci dalam Komune tersebut. Meskipun kesehatannya memburuk, akibat bertahun-tahun di dalam penjara, Bakunin berusaha ikut serta dalam pemberontakan komunal yang melibatkan anarkis di Bologna, Italia, namun terpaksa kembali ke Swiss dengan menyamar, lalu ia menetap di Lugano. Dia tetap aktif dalam gerakan buruh dan petani Eropa, dan juga berpengaruh besar pada gerakan di Mesir dan Amerika Latin.
Biografi
Tahun-tahun awal
Pada musim semi tahun 1814, Mikhail Alexandrovich Bakunin “lahir dari keluarga bangsawan yang memiliki aset-aset yang lumayan” [3] – keluarganya memiliki 500 hamba tani [4] – di desa Pryamukhino (Прямухино), antara Torzhok dan Kuvshinovo, di Tver Governorat, sebelah barat laut Moskow. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri di badan Hubungan Internasional yang, sebagai atase muda, pernah tinggal selama bertahun-tahun di Florence dan Naples. Sekembalinya ke Rusia, ayahnya menetap di perkebunan warisan ayahnya, lalu pada usia empat puluh, ia menikah dengan seorang gadis berusia delapan belas tahun dari keluarga terkemuka Muravyov. Komitmen ayahnya pada ide-ide liberal menyebabkan keterlibatannya dengan salah satu klub Decembrist. Namun, setelah Nicolas I menjadi Tsar, ayah Bakunin meninggalkan politik dan mengabdikan dirinya untuk merawat perkebunan dan pendidikan anak-anaknya, lima anak perempuan dan lima laki-laki, yang tertua dari mereka adalah Mikhail (Michael). [5]
Pada usia 14, Michael berangkat ke Saint Petersburg, menerima pelatihan militer di Universitas Artileri, “sekolah militer anti-Barat yang kaku. Dia muak pada disiplin sewenang-wenang dan kurikulum yang picik di Universitas tersebut—kurang lebih berisi tentang homeschooling yang sudah pernah ia jalani. “[3] Ia “dikeluarkan dari sekolah pada tahun 1834 karena nilainya jelek dan ditugaskan ke barak di perbatasan Polandia. “[3] Ia ditugaskan sebagai seorang perwira junior di Rusia Imperial Guard dan dikirim ke Minsk dan Gardinas di Lithuania (sekarang Belarusia). Setelah dua tahun, ia meninggalkan Imperial Guard karena tidak sepakat dengan cara pemerintah Rusia memperlakukan orang-orang Polandia. Sejak saat itu, nasib perjuangan pembebasan nasional Polandia menarik Bakunin. Meskipun ayahnya ingin dia melanjutkan hidupnya baik di militer maupun pegawai negeri, Bakunin meninggalkan kedua angan tersebut pada tahun 1835, dan pergi ke Moskow untuk belajar filsafat.
Ketertarikan pada filsafat
Di Moskow, Bakunin berteman dengan sekelompok mantan mahasiswa, dan terlibat dalam studi sistematis filsafat idealis, kelompok di lingkungan penyair Nikolay Stankevich, “pelopor yang membuka wilayah metafisika Jerman yang subur dan belum pernah dijajaki pada pemikiran Rusia” (EH Carr). Filsafat Kant awalnya adalah pusat studi mereka, tapi kemudian berlanjut ke Schelling, Fichte, dan Hegel. Pada musim gugur tahun 1835, Bakunin membentuk lingkaran filsafat di kota kelahirannya Pryamukhino. Selain itu, pada awal 1836, Bakunin kembali ke Moskow, tempat ia menerbitkan terjemahan Some Lectures Concerning the Scholar’s Vocation and The Way to a Blessed Life karya Fichte, yang menjadi buku favoritnya. Bersama Stankevich, ia juga membaca Goethe, Schiller, dan E.T.A Hoffmann.
Dia menjadi semakin terpengaruh oleh Hegel dan menghasilkan terjemahan Rusia pertama karya Hegel. Selama periode ini, ia bertemu pengagum Slavia Konstantin Aksakov, Piotr Tschaadaev dan sosialis Alexander Herzen dan Nikolay Ogarev. Pada periode ini, ia mulai mengembangkan pandangan panslavik-nya. Setelah pertengkaran yang panjang dengan ayahnya, Bakunin pergi ke Berlin pada tahun 1840. Rencana pada waktu itu adalah menjadi seorang profesor universitas (seorang “imam kebenaran,” seperti yang dibayangkan olehnya dan teman-temannya), tapi ia segera bertemu dan bergabung dengan mahasiswa di “Hegelian Muda” dan gerakan sosialis di Berlin. Dalam esai tahun 1842-nya, Reaksi di Jerman, ia mendukung peran revolusioner perlawanan, teringkas dalam frase “hasrat untuk menghancurkan adalah hasrat kreatif.” [6]
Setelah tiga semester di Berlin, Bakunin pergi ke Dresden tempat ia berteman dengan Arnold Ruge. Di sini ia juga membaca Der Sozialismus und Kommunismus des heutigen Frankreich karya Lorenz von Stein dan mulai makin tertarik dengan sosialisme. Dia meninggalkan minatnya dalam karier akademis, mencurahkan lebih banyak waktu untuk mendorong revolusi. Karena menyadari kegiatan ini, pemerintah Rusia memerintahkan Bakunin untuk kembali ke Rusia. Akibat penolakannya, harta Bakunin disita. Sebaliknya, ia pergi dengan Georg Herwegh ke Zürich, Swiss.
Swiss, Brussel, Praha, Dresden dan Paris
Selama tinggal enam bulan di Zürich, ia berhubungan dekat dengan seorang komunis Jerman, Wilhelm Weitling. Sampai tahun 1848, ia tetap bersahabat dengannya, kadang-kadang menyebut dirinya sendiri komunis dan menulis artikel tentang komunisme di Schweitzerische Republikaner. Dia pindah ke Jenewa di Swiss barat sesaat sebelum ia ditangkap di Weitling. Namanya sering muncul dalam korespondensi Weitling yang disita oleh polisi. Hal ini menyebabkan laporan tersebut beredar di kalangan polisi kekaisaran. Duta besar Rusia di Bern memerintahkan Bakunin untuk kembali ke Rusia, tapi dia malah pergi ke Brussel, tempat ia bertemu dengan banyak nasionalis Polandia terkemuka, seperti Joachim Lelewel, yang juga satu kelompok dengan Karl Marx dan Friedrich Engels di Brussel. Lelewel sangat mempengaruhinya, namun ia berseteru dengan kaum nasionalis Polandia soal permintaan mereka untuk mendirikan Polandia berdasarkan perbatasan tahun 1776 (sebelum Pembagian Polandia) sembari ia membela hak otonomi orang-orang non-Polandia di wilayah ini. Dia tidak mendukung klerikalisme mereka dan mereka tidak mendukung seruan Bakunin akan emansipasi kaum tani.
Pada tahun 1844, Bakunin pergi ke Paris, yang menjadi pusat arus politik Eropa nantinya. Dia menjalin hubungan dengan Karl Marx dan Pierre-Joseph Proudhon, yang sangat mengesankannya dan menjalin ikatan pribadi. Pada bulan Desember 1844, Kaisar Nicholas mengeluarkan dekrit yang melucuti Bakunin dari segala hak istimewanya sebagai bangsawan, menyita tanahnya di Rusia, dan menghukumnya dengan pengasingan seumur hidup di Siberia. Dia menjawabnya dengan surat panjang ke La Reforme, mencela Kaisar sebagai penguasa lalim dan menyerukan demokrasi di Rusia dan Polandia (Carr, hlm. 139). Pada Maret 1846, dalam surat lain kepada Constitutionel, ia membela Polandia, menyusul penindasan terhadap Katolik di sana. Beberapa pengungsi Polandia dari Kraków, setelah kekalahan pemberontakan di sana, mengundangnya untuk menjadi pembicara [7] dalam pertemuan pada bulan November 1847 yang memperingati Pemberontakan November Polandia pada tahun 1830.
Dalam pidatonya, Bakunin menyerukan aliansi antara Polandia dan Rusia melawan Kaisar, dan maju ke depan menuju “runtuhnya despotisme di Rusia.” Akibatnya, ia diusir dari Perancis dan pergi ke Brussel. Upaya Bakunin untuk menarik Alexander Herzen dan Vissarion Belinsky supaya bersekongkol mengobarkan revolusi di Rusia tidak mendapat respon. Di Brussel, Bakunin terus berhubungan dengan para revolusioner Polandia dan Karl Marx. Dia berbicara di pertemuan yang diselenggarakan oleh Lelewel Februari 1848 tentang masa depan yang cerah untuk Slavia, yang takdirnya adalah menyegarkan dunia Barat. Dalam masa ini, kedutaan Rusia menyebarkan rumor bahwa Bakunin adalah seorang agen Rusia yang telah menyalahi perintah.
Saat gerakan revolusioner tahun 1848 pecah, Bakunin sangat gembira, meskipun kecewa bahwa respon Rusia sangat kecil. Bakunin memperoleh dana dari beberapa sosialis di Pemerintahan Sementara (Provisional Government), Ferdinand Flocon, Louis Blanc, Alexandre Auguste Ledru-Rollin dan Alexandre Martin, untuk proyek pembangunan federasi Slavia yang membebaskan diri dari kekuasaan Prussia, Austro-Hungaria dan Turki. Dia berangkat ke Jerman, bepergian lewat Baden ke Frankfurt dan Köln.
Bakunin mendukung Legiun Demokratik Jerman yang dipimpin oleh Herwegh dalam upaya gagal untuk ikut serta dalam pemberontakan Friedrich Hecker di Baden. Dia putus hubugan dengan Marx karena kritik Marx terhadap Herwegh. Kemudian hari di tahun 1871, Bakunin menulis:
“Aku harus secara terbuka mengakui bahwa, dalam kontroversi ini, Marx dan Engels berada adalah kubu kanan. Dengan penghinaan karakter, mereka menyerang pribadi Herwegh ketika dia tidak ada untuk membela dirinya. Dalam konfrontasi tatap muka dengan mereka, saya mendidih dan membela Herwegh, dan rasa ketidaksukaan kami satu sama lain pun mulai muncul. “[8]
Bakunin pergi ke Berlin tetapi dihentikan oleh polisi dan dilarang bepergian ke Posen, bagian dari wilayah Polandia yang diperoleh Prusia dalam Pembagian Polandia, tempat pemberontakan nasionalis sedang berlangsung. Untuk mnghindari polisi, Bakunin pergi ke Leipzig dan Breslau dan kemudian ke Praha, tempat ia berpartisipasi dalam Kongres Pan Slavia Pertama. Kongres ini diikuti oleh pemberontakan gagal yang sebelumnya didorong dan diupayakan Bakunin, namun dipadamkan dengan penuh kekerasan. Dia kembali ke Breslau, tempat Marx menerbitkan ulang tuduhan bahwa Bakunin adalah agen kekaisaran, mengklaim bahwa George Sand punya bukti. Marx mencabut pernyataannya setelah George Sand malah sepakat dengan pembelaan Bakunin.
Bakunin menerbitkan Bandingnya ke Slavia [9] pada musim gugur 1848, yang di dalamnya ia mengusulkan bahwa kaum revolusioner Slavia harus bersatu dengan kaum revolusioner Hungaria, Italia dan Jerman untuk menggulingkan tiga otokrasi besar Eropa, yaitu Kekaisaran Rusia, Kekaisaran Austro-Hungaria, dan Kerajaan Prusia.
Bakunin memainkan peran utama dalam Pemberontakan Mei di Dresden pada tahun 1849, membantu mengorganisir pertahanan barikade melawan pasukan Prusia bersama Richard Wagner dan Wilhelm Heine. Bakunin ditangkap di Chemnitz dan ditahan selama tiga belas bulan sebelum dihukum mati oleh pemerintah Saxony. Hukumannya diringankan menjadi hukuman seumur hidup untuk memungkinkan ekstradisinya ke Rusia dan Austria yang berusaha mengadili dia. Pada bulan Juni 1850, ia diserahkan kepada pihak berwenang Austria. Sebelas bulan kemudian ia menerima hukuman mati tapi kembali diringankan menjadi penjara seumur hidup. Akhirnya, pada bulan Mei 1851, Bakunin diserahkan kepada pihak berwenang Rusia.
Pemenjaraan, “pengakuan”, dan pengasingan
Bakunin dibawa ke St Peter & Paul Fortress. Pada awal penahanannya, Pangeran Orlov, seorang utusan Tsar, mengunjungi Bakunin dan mengatakan kepadanya bahwa Tsar meminta pengakuan tertulis [11] dengan harapan bahwa pengakuan akan menempatkan Bakunin secara rohani serta jasmani dalam kekuasaan negara Rusia. Karena semua perbuatannya telah diketahui, ia tidak punya rahasia apa pun yang perlu diungkapkan, sehingga ia memutuskan untuk menulis surat pada Tsar, “Anda ingin pengakuan saya; tetapi Anda harus tahu bahwa orang berdosa yang bertobat tidak wajib menyebutkan atau mengungkapkan kejahatan orang lain. Saya memiliki kehormatan dan hati nurani bahwa saya tidak pernah mengkhianati siapa pun yang telah mengaku pada saya, dan inilah alasan mengapa saya tidak akan menyebutkan nama siapa pun. ” [71]
Setelah tiga tahun di ruang bawah tanah Benteng St Petrus dan St Paulus, ia menghabiskan empat tahun di kastil Shlisselburg. Di sinilah ia menderita penyakit kudis dan semua giginya rontok akibat kekurangan makan. Dia kemudian menceritakan bahwa ia menemukan kelegaan dengan membayangkan lagi legenda Prometheus. Penahanannya terus-menerus dalam kondisi mengerikan membuatnya memohon pada saudaranya untuk mengiriminya racun.
Setelah kematian Nicholas I, Tsar baru, Alexander II secara pribadi mencoret nama Bakunin dari daftar amnesti. Pada Februari 1857, permohonan ibunya padaTsar akhirnya diperhatikan dan Bakunin diizinkan untuk pergi ke pengasingan permanen di kota Siberia barat, Tomsk. Dalam waktu satu tahun setelah tiba di Tomsk, Bakunin menikah dengan Antonia Kwiatkowska, putri seorang pedagang Polandia. Bakunin juga mengajarinya bahasa Prancis. Pada Agustus 1858, Bakunin menerima kunjungan dari sepupu kedua, General Count Nikolay Muravyov-Amursky, yang pernah menjabat sebagai gubernur Siberia Timur selama sepuluh tahun.
Muravyov adalah seorang liberal, dan Bakunin, sebagai kerabatnya, menjadi kesayangannya. Pada musim semi 1859, Muravyov membantu memberi Bakunin pekerjaan di Badan Pengembangan Amur yang memungkinkan dia untuk pindah bersama istrinya ke Irkutsk, ibukota Siberia Timur. Hal ini memungkinkan Bakunin menjadi bagian dari lingkaran yang terlibat dalam diskusi politik yang berpusat di markas kolonial Muravyov. Karena benci pada perlakuan birokrasi Saint Petersburg pada koloni, termasuk penggunaannya sebagai tempat pembuangan para pemberontak, proposal pembentukan Negara-negara Serikat Siberia pun muncul, yang menuntur kemerdekaan dari Rusia dan membuatnya terfederasi ke dalam Negara-negara Serikat Siberia dan Amerika, mengikuti contoh Amerika Serikat. Lingkaran termasuk Kepala muda Staf Muravyov, Kukel, Gubernur sipil Izvolsky, yang mengizinkan Bakunin menggunakan pidatonya untuk korespondensi, dan wakil dan pengganti akhir Muravyov, Jenderal Alexander Dondukov-Korsakov.
Ketika Herzen mengkritik Muravyov di The Bell, Bakunin menulis dengan penuh semangat membela patronnya tersebut. [12] Bakunin lelah dengan pekerjaannya sebagai seorang musafir komersial, namun berkat pengaruh Muravyov, ia tetap bertahan dengan pekerjaannya yang tidak berat itu (menghasilkan 2.000 rubel per tahun) tanpa harus melakukan tugas apa pun. Muravyov dipaksa untuk pensiun dari jabatannya sebagai gubernur jenderal, sebagian karena pandangan liberal dan sebagian karena kekhawatiran ia mungkin mendorong Siberia merdeka. Ia digantikan oleh Korsakov, yang mungkin bahkan lebih bersimpati pada penderitaan orang-orang buangan Siberia. Korsakov juga merupakan kerabat Bakunin, saudara Bakunin, Paul, telah menikahi sepupu Korsakov. Dengan menyetujui Bakunin, Korsakov memberi Bakunin surat yang mengizinkannya untuk dapat naik di semua kapal dan melakukan perjalanan melewati Sungai Amur dan anak-anak sungainya asalkan ia kembali ke Irkutsk sebelum aliran-aliran sungai membeku karena es.
Melarikan diri dari pengasingan dan kembali ke Eropa
Pada 5 Juni 1861, Bakunin meninggalkan Irkutsk dengan alasan bisnis perusahaan, seolah-olah dia dipekerjakan oleh pedagang Siberia untuk melakukan perjalanan ke Nikolaevsk. Pada 17 Juli, ia berada di kapal perang Rusia Strelok yang menuju Kastri. Namun, di pelabuhan Olga, Bakunin berhasil membujuk kapten Amerika di kapal Vickery SS untuk membawanya. Meskipun terjebak di Konsul Rusia selama di kapal, Bakunin mampu berlayar jauh tanpa diketahui Angkatan Laut Kekaisaran Rusia. Pada 6 Agustus, ia sampai di Hakodate di pulau paling utara Jepang di Hokkaido dan segera setelahnya sampai di Yokohama.
Di Jepang Bakunin kebetulan bertemu dengan Wilhelm Heine, salah satu kawan juangnya dari Dresden. Dia juga bertemu dengan ahli botani Jerman Philipp Franz von Siebold yang terlibat membuka Jepang pada Eropa (terutama Rusia dan Belanda) dan merupakan kawan dari patron Bakunin, Muraviev. [13]
Saat ide-idenya masih berkembang, Bakunin meninggalkan Jepang dari Kanagawa dengan naik Carrington SS, sebagai salah satu dari sembilan belas penumpang termasuk Heine, Pdt P.F. Koe dan Joseph Heco. Heco adalah orang Amerika Jepang, yang delapan tahun kemudian memainkan peran penting dalam memberikan nasihat politik untuk Kido Takayoshi dan Itō Hirobumi selama penggulingan revolusioner feodal Keshogunan Tokugawa. [14] Mereka tiba di San Francisco pada 15 Oktober. Sebelum rel kereta api lintas benua selesai, cara tercepat untuk sampai ke New York adalah melalui Panama. Bakunin naik Orizaba Panama. Setelah menunggu selama dua minggu, ia naik Champion menuju New York.
Di Boston, Bakunin mengunjungi Karol Forster, seorang partisan Ludwik Mieroslawski selama Revolusi 1848 di Paris, dan bertemu angkatan “Empat Puluh Delapan” lainnya, veteran revolusi 1848 di Eropa, seperti Friedrich Kapp. [15] Ia kemudian berlayar ke Liverpool dan tiba pada 27 Desember. Bakunin segera pergi ke London untuk melihat Herzen. Pada malam itu, ia masuk ke ruang tamu tempat keluarga tersebut tengah menyantap makan malam sambil berseru, “Apa! Jadi kalian sedang duduk dan makan tiram! Oke! Ceritakan beritanya. Apa yang terjadi, dan di mana?!” [16]
Relokasi ke Italia dan pengaruh di Spanyol
Setelah kembali masuk ke Eropa Barat, Bakunin segera menenggelamkan diri dalam gerakan revolusioner. Pada tahun 1860, saat masih di Irkutsk, Bakunin dan rekan politiknya sangat terkesan dengan Giuseppe Garibaldi dan ekspedisinya ke Sisilia. Selama ekspedisinya tersebut, Garibaldi menyatakan dirinya diktator atas nama Victor Emmanuel II. Setelah kembali ke London, ia menulis kepada Garibaldi pada 31 Januari 1862:
“Jika Anda bisa melihat seperti yang saya lihat, antusiasme penuh gairah di seluruh kota Irkutsk, ibukota Siberia Timur, atas berita pawai kemenangan Anda di seluruh kepemilikan raja gila Naples, Anda pasti akan berkata seperti saya bahwa ruang atau batas tidak lagi ada.” [17]
Bakunin meminta Garibaldi untuk berpartisipasi dalam gerakan yang mencakup Italia, Hongaria dan Slavia Selatan melawan Austria dan Turki. Garibaldi kemudian terlibat dalam persiapan untuk Ekspedisi melawan Roma. Hingga bulan Mei, korespondensi Bakunin fokus pada persatuan Italia-Slavia dan perkembangan di Polandia. Pada bulan Juni, ia memutuskan untuk pindah ke Italia, namun menunggu istrinya untuk ikut dengannya. Ketika ia berangkat ke Italia pada bulan Agustus, Mazzini menulis kepada Maurizio Quadrio, salah satu pendukungnya, bahwa Bakunin adalah orang yang baik dan dapat diandalkan. Namun, dengan berita kegagalan di Aspromonte, Bakunin berhenti di Paris tempat ia sempat bertemu dengan Ludwik Mierosławski. Namun Bakunin menolak chauvinisme dan berseteru karena Mieroslawski menolak untuk memberikan konsesi pada para petani.
Bakunin kembali ke Inggris pada bulan September dan fokus pada urusan Polandia. Ketika pemberontakan Polandia meletus pada Januari 1863, ia berlayar ke Kopenhagen tempat ia ingin bergabung dengan pemberontak Polandia. Mereka berencana untuk berlayar melintasi Baltik dengan SS Ward Jackson untuk bergabung dengan pemberontakan tersebut. Upaya ini gagal, dan Bakunin bertemu istrinya di Stockholm sebelum kembali ke London. Sekarang dia fokus lagi pada perjalanannya ke Italia dan temannya Aurelio Saffi menulis surat padanya untuk memperkenalkan Florence, Turin dan Milan. Mazzini menulis surat pujian untuk Federico Campanella di Genoa dan Giuseppe Dolfi di Florence. Bakunin meninggalkan London pada November 1863, pergi melewati Brussel, Paris dan Vevey (Swiss) dan tiba di Italia pada 11 Januari 1864. Di sinilah ia pertama kali mulai mengembangkan ide-ide anarkisnya.
Dia memikirkan rencana pembentukan sebuah organisasi rahasia kaum revolusioner untuk melaksanakan pekerjaan propaganda dan mempersiapkan diri untuk aksi langsung. Dia merekrut orang Italia, Perancis, Skandinavia, dan Slavia untuk bergabung dengan Persaudaraan Internasional, yang juga disebut Aliansi Sosialis Revolusioner.
Pada Juli 1866, Bakunin memberitahu Herzen dan Ogarev tentang buah karyanya selama dua tahun sebelumnya. Organisasi rahasianya kemudian memiliki anggota di Swedia, Norwegia, Denmark, Belgia, Inggris, Perancis, Spanyol, dan Italia, serta anggota Polandia dan Rusia. Dalam tulisannya Katekismus Seorang Revolusioner tahun 1866, ia menentang agama dan negara, menganjurkan “penolakan mutlak terhadap setiap otoritas, termasuk yang mengorbankan kebebasan untuk kenyamanan negara.” [18]
Giuseppe Fanelli bertemu Bakunin di Ischia pada tahun 1866. [19] Pada Oktober 1868, Bakunin mensponsori Fanelli untuk melakukan perjalanan ke Barcelona untuk menyebarkan visi libertariannya dan merekrut revolusioner untuk Asosiasi Pekerja Internasional (IWA). [20] Perjalanan Fanellis dan pertemuan yang dia selenggarakan selama perjalanannya memberikan katalis untuk kaum buangan Spanyol, gerakan buruh dan tani terbesar di Spanyol modern dan gerakan Anarkis terbesar di Eropa modern. [21] Perjalanan Fanelli ini membawanya pertama kali ke Barcelona, tempat ia bertemu dan tinggal bersama Elie Recluse. [21] Recluse dan Fanelli berselisih soal persahabatan Recluse dengan republikan Spanyol, dan Fanelli segera meninggalkan Barcelona menuju Madrid. [21] Fanelli tinggal di Madrid sampai akhir Januari tahun 1869, melakukan pertemuan untuk memperkenalkan para buruh Spanyol, termasuk Anselmo Lorenzo, pada International Pertama . [22] Pada Februari 1869, Fanelli meninggalkan Madrid, melakukan perjalanan pulang melalui Barcelona. [19] Sementara saat di Barcelona di lain waktu, ia bertemu dengan pelukis José Luís Pellicer dan keponakannya, Rafael Farga Pellicer, dan dengan orang lain yang memainkan peran penting dalam membangun Internasional di Barcelona, [19] serta golongan Aliansi Sosialis Revolusioner di Internasional.
Selama 1867-1868, Bakunin menanggapi panggilan Émile Acollas dan terlibat di Liga Perdamaian dan Kebebasan (LPF), yang membuatnya menulis sebuah esai panjang berjudul Federalisme, Sosialisme, dan Anti-Teologisme. [23] Dalam tulisan ini, ia menganjurkan sosialisme federalis, yang banyak menarik kesimpulan dari karya Proudhon. Dia mendukung kebebasan berserikat dan hak memisahkan diri untuk setiap unit federasi, tetapi menekankan bahwa kebebasan ini harus digabungkan dengan sosialisme karena: “Kebebasan tanpa sosialisme adalah hak istimewa, ketidakadilan; sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan” …
Bakunin memainkan peran penting dalam Konferensi Jenewa (September 1867), dan bergabung dengan Komite Sentral konferensi tersebut. Konferensi ini dihadiri oleh 6.000 orang. Saat Bakunin berdiri untuk berbicara:
“teriakan orang sampai dari mulut ke mulut: ‘Bakunin!’ Garibaldi, yang tadinya duduk di kursi, lantas berdiri, maju beberapa langkah dan memeluknya. Pertemuan hangat dua sahabat dan prajurit tua revolusi ini menghasilkan kesan yang menakjubkan … Semua orang berdiri dan ada tepuk tangan yang panjang dan antusias.” [24]
Dalam Bern Congress of the League (1868), ia dan sosialis lainnya (Elisee Reclus, Aristide Rey, Jaclard, Giuseppe Fanelli, N. Joukovsky, V. Mratchkovsky dan lain-lain) ternyata merupakan minoritas. Mereka memisahkan diri dari Liga tersebut dan mendirikan Aliansi Demokrasi Sosialis Internasional yang mengadopsi sebuah program sosialis revolusioner.
Internasional Pertama dan kebangkitan gerakan anarkis
Pada tahun 1868, Bakunin bergabung dengan International Pertama bagian Jenewa, tempat ia tetap sangat aktif hingga ia dikeluarkan dari International oleh Karl Marx dan pengikutnya saat Kongres Den Haag pada tahun 1872. Bakunin berperan penting dalam membangun cabang-cabang Internasional di Italia dan Spanyol. Pada tahun 1869, Aliansi Demokrasi Sosialis Internasional ditolak masuk ke International Pertama, dengan alasan bahwa aliansi tersebut adalah sebuah organisasi internasional, dan hanya organisasi nasional yang diizinkan menjadi anggota di International. Aliansi tersebut bubar dan berbagai kelompok yang dulu ada di dalamnya bergabung dengan International secara terpisah.
Antara tahun 1869 dan 1870, Bakunin terlibat dengan revolusioner Rusia, Sergey Nechayev, di sejumlah proyek klandestin. Namun, Bakunin putus hubungan dengan Nechaev akibat apa yang ia sebut sebagai metode “Jesuit” yang dilakukan Nechayev, yang membenarkan segala cara untuk mencapai tujuan revolusioner. [25]
Pada tahun 1870, Bakunin memimpin pemberontakan gagal di Lyon yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang nantinya dicontoh oleh Komune Paris yang menyerukan pemberontakan rakyat dalam menanggapi runtuhnya pemerintah Perancis selama Perang Perancis-Prusia, dan berusaha untuk mentransformasikan konflik imperialis menjadi revolusi sosial. Dalam Surat kepada Orang Perancis mengenai Krisis Saat Ini, ia mengajukan aliansi revolusioner antara kelas buruh dan kaum tani, menganjurkan sistem milisi dengan petugas yang dipilih langsung sebagai bagian dari sistem swapemerintahan komune dan tempat kerja, dan berpendapat bahwa telah tiba saatnya bagi aksi revolusioner:
“kita harus menyebarkan prinsip-prinsip kita, bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan, karena hal ini adalah yang paling dikenal, paling ampuh, dan bentuk propaganda yang paling menarik.” [26]
Ide-ide ini berhubungan erat dengan program Komune Paris 1871, yang banyak di antaranya dikembangkan oleh pengikut Pierre-Joseph Proudhon; Marxis hampir seluruhnya absen dari Komune tersebut. Bakunin adalah pendukung kuat Komune yang secara brutal dihancurkan oleh pemerintah Perancis tersebut. Khususnya, dia melihat Komune sebagai “pemberontakan terhadap negara,” dan memuji para pejuang Komune tersebut karena menolak tidak hanya Negara tetapi juga kediktatoran revolusioner. [27] Dalam serangkaian pamflet yang kuat, ia membela Komune dan Internasional Pertama melawan nasionalis Italia Giuseppe Mazzini, sehingga memenangkan hati banyak republikan Italia dan membawa mereka bergabung dengan International dan aspirasi sosialisme revolusioner.
Perbedaan pendapat Bakunin dengan Marx, yang menyebabkan kubu Marx berupaya mengusir Bakunin di Kongres Den Haag (lihat di bawah), menggambarkan perbedaan yang tumbuh antara kubu anti-otoriter Internasional, yang menganjurkan aksi langsung revolusioner dan pengorganisasian para pekerja dan petani untuk menghapuskan negara dan kapitalisme, dengan kubu yang bersekutu dengan Marx, yang menganjurkan penaklukan kekuasaan politik oleh kelas pekerja. Bakunin merupakan “lawan flamboyan Marx”, dan Bakunin “jeli memperingatkan munculnya sebuah otoritarianisme komunis yang akan berkuasa atas kelas pekerja.” [28]
Pepatah Bakunin
Mayoritas kubu anti-otoriter, yang mencakup sebagian besar golongan Internasional, mengadakan Internasional Pertama-nya sendiri di Kongres St. Imier, mengadopsi program anarkis revolusioner, dan menolak resolusi Hague, dan membatalkan tuduhan dan pengusiran Bakunin. [29] Meskipun Bakunin menerima unsur-unsur analisis dan teori kelas Marx mengenai kapitalisme, dan mengakui “kejeniusan Marx”, ia memandang bahwa analisis Marx berat sebelah, dan metode Marx membahayakan revolusi sosial. Lebih penting lagi, Bakunin mengkritik “sosialisme otoriter” (yang ia kaitkan dengan Marxisme) dan konsep kediktatoran proletariat yang ia tolak dengan tegas.
“Jika Anda mengajak seorang revolusioner yang paling militan, memberinya kekuasaan absolut, dalam setahun dia akan jadi lebih buruk daripada Tsar sendiri.” [30]
Bakunin pensiun di Lugano pada tahun 1873 dan meninggal di Bern pada 1 Juli 1876.
Pemikiran
Keyakinan politik Bakunin menolak sistem kekuasaan negarawi dan hierarkis dalam nama dan bentuk apa pun, dari ide Tuhan ke bawah, dan setiap bentuk otoritas hierarki, baik berasal dari kehendak badan berdaulat atau bahkan dari negara yang memungkinkan hak pilih universal. Dia menulis di Dieu et l’Etat (Tuhan dan Negara): [31]
“Kebebasan manusia terdiri semata-mata dari hal ini: ia mematuhi hukum-hukum alam karena ia sendiri telah mengakuinya, dan bukan karena hukum-hukum tersebut dipaksakan kepadanya oleh kehendak apa pun di luar dirinya, baik manusiawi maupun ilahiah, baik kolektif maupun individual.”
Bakunin juga menolak gagasan keistimewaan posisi atau kelas apa pun, karena kesenjangan sosial dan ekonomi akibat sistem kelas (serta sistem penindasan nasional dan gender) bertentangan dengan kebebasan individu. Saat liberalisme bersikeras bahwa pasar bebas dan pemerintah konstitusional memungkinkan kebebasan individu, Bakunin bersikeras bahwa kapitalisme dan negara, dalam bentuk apa pun, bertentangan dengan kebebasan individu buruh dan kaum tani.
“Adalah keganjilan hak istimewa dan setiap posisi istimewa yang membunuh kecerdasan dan hati manusia. Orang berhak istimewa, baik ia diistimewakan secara politik atau ekonomi, merupakan manusia yang kehilangan akal dan hati.”
Keyakinan politik Bakunin didasarkan pada beberapa konsep yang saling terkait: (1) kebebasan; (2) sosialisme; (3) federalisme; (4) anti-teisme; dan (5) materialisme. Ia juga mengembangkan kritik prediktif yang tepat [32] terhadap Marxisme, memprediksi bahwa jika Marxis berhasil merebut kekuasaan ia akan menciptakan kediktatoran partai “yang lebih berbahaya karena muncul sebagai ekspresi palsu atas kehendak rakyat.” [33]
Otoritas dan pikiran merdeka
Bakunin berpandangan bahwa “Apakah artinya saya lantas menolak semua otoritas? Kesimpulan ini jauh dari pemikiran saya. Dalam hal sepatu, saya memilih otoritas pembuat sepatu; Soal rumah, kanal, atau kereta api, saya berkonsultasi dengan otoritas arsitek atau insinyur. Untuk pengetahuan atau pengetahuan khusus tersebut, saya menerapkannya sesuai otoritasnya yang memahami hal tersebut. Tapi ini tidak berarti saya mengizinkan para pembuat sepatu maupun arsitek atau insinyur tersebut memaksakan otoritasnya pada saya. Saya mendengarkan mereka dengan bebas dan dengan segala hormat yang layak diberikan karena kecerdasan, karakter, pengetahuan mereka, namun saya tetap berhak melemparkan kritik dan cercaan. Saya tidak memuaskan diri dengan hanya berkonsultasi dengan otoritas tunggal dalam setiap cabang khusus, saya berkonsultasi dengan beberapa otoritas, saya membandingkan pendapat mereka, dan memilih yang paling meyakinkan saya. Tapi saya mengakui ketiadaan otoritas mutlak, bahkan dalam persoalan khusus; Konsekuensinya, rasa hormat apa pun yang mungkin saya miliki terhadap kejujuran dan ketulusan orang tertentu tidak menyebabkan saya percaya mutlak padanya.”[34]
Ia memandang bahwa,
“Oleh karena itu, tidak ada otoritas tetap dan konstan, tetapi pertukaran terus-menerus, otoritas dan subordinasi yang mutual, sementara, dan terutama bersifat sukarela. Alasan ini pulalah yang membuat saya tidak mengakui otoritas yang tetap, konstan dan universal, karena tidak ada manusia yang universal, tidak ada manusia yang dapat menyerap semua sains, semua cabang kehidupan sosial dan semua kekayaan detail yang tanpanya penerapan sains pada hidup menjadi mustahil.”[35]
Anti-teologisme
Menurut filsuf politik Carl Schmitt, “dibandingkan dengan anarkis setelahnya, Proudhon adalah borjuis kecil moralis yang terus tunduk pada otoritas sang ayah dan prinsip keluarga monogami. Bakunin adalah yang pertama memberikan konsistensi naturalisme absolut yang lengkap pada perjuangan melawan teologi… Baginya, oleh karena itu, tidak ada yang negatif dan jahat kecuali doktrin teologis atas Tuhan dan dosa, yang melabeli manusia sebagai penjahat sebagai pembenaran dominasi dan hasrat akan kekuasaan.” [ 35]
Bakunin berpendapat dalam bukunya Tuhan dan Negara bahwa “gagasan tentang Tuhan menyiratkan pelepasan akal manusia dan keadilan; Itu adalah negasi utama atas kebebasan manusia, dan tentu berakhir dengan perbudakan manusia, dalam teori dan praktik.” Konsekuensinya, Bakunin membalik pepatah terkenal Voltaire bahwa “jika Tuhan tidak ada, maka perlu untuk menciptakan-Nya” dengan menulis sebaliknya bahwa “jika Tuhan benar-benar ada, maka perlu untuk menghapuskan-Nya.” [31]
Bakunin merupakan pendukung awal istilah “teologi politik” dalam teksnya tahun 1871 Teologi Politik Mazzini dan Internasional [36] yang direspon oleh buku Schmitt. [37] [38] Teologi politik adalah cabang dari filsafat politik dan teologi yang menyelidiki bagaimana konsep atau cara berpikir teologis mendasari wacana politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Strategi perjuangan kelas untuk revolusi sosial
Metode Bakunin dalam mewujudkan Program revolusioner konsisten dengan prinsip-prinsipnya. Kelas buruh dan tani berorganisasi dari bawah, melalui struktur-struktur lokal yang saling terhubung secara federalis, “menciptakan tidak hanya ide-ide, tetapi juga kenyataan-kenyataan masa depan itu sendiri.” [39] Gerakan kaum ini akan membentuk awal dari masa depan, dalam ide-ide dan praktiknya, dan menciptakan pondasi-pondasi bangunan masyarakat baru.
Pendekatan ini dicontoh oleh sindikalisme, strategi anarkis yang diperjuangkan oleh Bakunin, yang menurutnya, serikat pekerja akan memberikan sarana untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi pekerja, hak dan pendapatan saat ini, dan dasar untuk revolusi sosial berdasarkan pendudukan tempat kerja. Serikat-serikat buruh sindikalis akan mengorganisasi pekerjaan, serta memberikan struktur demokrasi radikal yang menjadi sarana tempat kerja akan dijalankan secara swakelola, dan pengordinasian ekonomi yang lebih besar. Dengan demikian, bagi Bakunin, serikat pekerja akan “menguasai semua alat produksi serta bangunan dan modal.” [40]
Namun, Bakunin tidak mereduksi revolusi menjadi semacam sindikalis serikat-serikat saja, melainkan menekankan kebutuhan untuk mengorganisir lingkungan kelas pekerja, serta para pengangguran. Sementara itu, petani harus “mengambil alih tanah dan menyingkirkan para tuan tanah yang hidup dari kerja orang lain.” [26]
Bakunin tak mengabaikan pekerja terampil, seperti yang kadang-kadang dituduhkan padanya; Malah, pembuat jam dari wilayah Jura merupakan pusat pendirian dan operasi International St Imier. Namun, pada saat sebagian besar serikat mengabaikan pekerja terampil, Bakunin sangat menekankan kebutuhan untuk mengorganisir “rakyat jelata,” “massa besar orang miskin dan kaum yang dieksploitasi, yang disebut “lumpenproletariat,” untuk “memulai dan memenangkan Revolusi Sosial. “[41]
Anarkisme kolektivis
Sosialisme Bakunin dikenal sebagai “anarkisme kolektivis”. “Secara sosial: Anarkisme kolektivis berupaya menciptakan kesetaraan politik dengan kesetaraan ekonomi. Tapi ini bukan lantas berarti penghapusan perbedaan individu yang alamiah, tetapi kesetaraan hak-hak sosial setiap individu sejak lahir; khususnya, mendapatkan alat yang setara untuk bertahan hidup, dukungan, pendidikan, dan kesempatan bagi setiap anak, laki-laki atau perempuan, hingga memasuki masa dewasa, dan sumber daya dan fasilitas yang setara di masa dewasa untuk menyejahterahkan dirinya sendiri lewat kerjanya sendiri. “[42]
Anarkisme kolektivis mendukung penghapusan negara dan kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi. Paham ini mempunyai visi bahwa alat produksi dimiliki secara kolektif dan dikontrol serta dikelola oleh produsen sendiri. Dalam hal kolektivisasi alat-alat produksi, dipandang bahwa awalnya pekerja akan memberontak dan secara paksa mengolektivisasi alat-alat produksi. [43] Setelah kolektivisasi terjadi, uang akan dihapuskan dan diganti dengan catatan kerja, dan imbalan kerja akan ditentukan dalam organisasi demokratis berdasarkan kesulitan pekerjaan dan jumlah waktu yang diberikan untuk produksi. Imbalan ini akan digunakan untuk membeli barang di pasar komunal. [44]
Kritik terhadap Marxisme
Sengketa antara Mikhail Bakunin dan Karl Marx memunculkan perbedaan antara anarkisme dan Marxisme. Bakunin menentang ide-ide tertentu dari sejumlah Marxis—bahwa tidak semua revolusi perlu kekerasan. Dia juga sangat menolak konsep Marx tentang “kediktatoran proletariat”, sebuah konsep sosialisme kepeloporan termasuk Marxis-Leninisme yang digunakan untuk membenarkan kekuasaan tunggal dari atas oleh sebuah partai yang ‘mewakili’ kaum proletar. [45] Bakunin bersikeras bahwa revolusi harus dipimpin oleh rakyat secara langsung sementara setiap “elit tercerahkan” harusnya hanya memberikan pengaruh dengan tetap “tak terlihat … tanpa paksaan pada siapa pun … [dan] tidak memperoleh hak-hak dan otoritas resmi”. [46] Ia menyatakan bahwa Negara harus segera dihapuskan karena semua bentuk pemerintahan akhirnya menyebabkan penindasan. [45] Marxis Libertarian berpendapat bahwa Marx menggunakan ungkapan tersebut untuk mengartikan bahwa kontrol pekerja pada titik produksi, yang bukan berbentuk sebuah partai, masih akan tetap menjadi sebuah negara sampai masyarakat diorganisasi ulang sesuai prinsip-prinsip sosialis.
“Mereka [kaum Marxis] menyatakan bahwa hanya sebuah kediktatoran—kediktatoran mereka, tentu saja—yang dapat menciptakan kehendak rakyat, sementara jawaban kami terhadapnya adalah: tak satu pun kediktatoran yang dapat memiliki tujuan lain selain melanggengkan dirinya sendiri, dan kediktatoran hanya melahirkan perbudakan pada orang-orang yang memakluminya; kebebasan dapat diciptakan hanya dengan kebebasan, yaitu dengan pemberontakan seluruh rakyat dan organisasi bebas rakyat pekerja dari bawah ke atas.” —Mikhail Bakunin, Statism and Anarchy [47]
Walau anarkis sosial dan Marxis memiliki tujuan akhir yang relatif serupa, yaitu penciptaan masyarakat egaliter yang merdeka tanpa kelas sosial dan pemerintah, kedua kubu ini berselisih paham mengenai cara pencapaiannya. Anarkis percaya bahwa masyarakat tanpa kelas, tanpa negara harus dibentuk lewat aksi langsung dari massa, yang berpuncak pada revolusi sosial, dan menolak transisi apa pun seperti kediktatoran proletariat, atas dasar bahwa kediktatoran tersebut akan berumah menjadi kediktatoran baru yang melanggengkan dirinya sendiri. Bagi Bakunin, kontradiksi mendasarnya adalah bahwa bagi Marxis, “anarkisme atau kebebasan adalah tujuan, sementara negara dan kediktatoran adalah sarana, maka konsekuensinya, untuk membebaskan massa, mereka harus diperbudak terlebih dahulu.” [48]
Namun, Bakunin juga menulis mengenai pertemuannya dengan Marx pada tahun 1844 bahwa:
“Soal pembelajaran, Marx, dulu dan saat ini, masih jauh lebih maju daripada saya. Dulu saya tak tahu apa-apa mengenai ekonomi politik, saya belum melepaskan diri dari observasi metafisik saya … Dia pernah menyebut saya seorang idealis sentimental dan dia benar; Aku menyebutnya seorang pria yang sia-sia, penuh khianat dan licik, dan saya juga benar.” [49]
Bakunin memandang bahwa analisis ekonomi Marx sangat berguna dan mulai menerjemahkan Das Kapital ke dalam bahasa Rusia. Marx menulis tentang para pemberontak dalam pemberontakan Dresden tahun 1848 bahwa “Dalam diri si pengungsi dari Rusia, Michael Bakunin, mereka menemukan pemimpin yang mempesona dan berkepala dingin.” [50] Marx menulis kepada Engels tentang pertemuannya dengan Bakunin pada tahun 1864 setelah melarikan diri ke Siberia, dengan kata-kata “Secara keseluruhan, ia adalah salah satu dari sedikit orang yang saya lihat tak pernah mengalami kemunduran setelah 16 tahun, tetapi malah berkembang lebih jauh. “[51]
Bakunin kadang-kadang disebut sebagai teoritekus pertama yang menelurkan konsep “kelas baru”, yang merupakan ‘kelas’ intelektual dan birokrat yang konon menjalankan negara atas nama rakyat atau kaum proletar, tetapi dalam kenyataannya, melakukan itu semua atas dasar kepentingannya sendiri. Bakunin berpendapat bahwa “Negara selalu merupakan warisan dari beberapa kelas istimewa: Kelas ulama, kelas aristokrat, kelas borjuis. Dan akhirnya, ketika semua kelas lainnya telah habis dengan sendirinya, Negara kemudian menjadi warisan kelas birokrasi dan kemudian runtuh—atau, jika Anda mau, bangkit menjadi seperti mesin. “[41]
Bakunin memprediksi konsekuensi-konsekuensi kediktatoran yang mungkin terjadi akibat konsep kediktatoran proletariat dalam Marxisme. Dalam revolusi Rusia, misalnya, jika 1917 dimulai dengan pemberontakan massa yang spontan, gerakan tersebut akhirnya berakhir, seperti yang ditakutkan Bakunin, dengan kediktatoran elit penguasa baru. Jauh sebelum Waclaw Machajski atau Milovan Djilas, Bakunin telah memperingatkan bahwa sebuah “kelas baru” yang terdiri dari intelektual dan semi-intelektual dapat berupaya menggantikan tempat para tuan tanah dan kapitalis, dan menolak memberikan kebebasan pada rakyat. Pada tahun 1873, dia mengeluarkan prediksi yang akurat bahwa di bawah konsep yang disebut-sebut kediktatoran proletariat, “para pemimpin partai Komunis, yaitu Tuan Marx dan pengikutnya, akan mulai membebaskan umat manusia dengan caranya sendiri. Mereka akan memusatkan kekuatan pemerintah dengan paksa… Mereka akan mendirikan bank negara tunggal, memusatkan semua produksi komersil, industri, agrikultural dan bahkan produksi sains dalam tangannya, lalu membagi massa menjadi dua tentara—industrial dan agrikultural—di bawah perintah langsung para insinyur negara, yang akan membentuk kelas politik dan saintifik baru yang memiliki hak isitimewa.” [72]
Bakunin memahami bahwa esensi sebuah pemerintahan adalah tirani minoritas. Oleh karena itu, kekuatan politik, yang berarti konsentrasi otoritas pada segelintir elit, harus dimusnahkan. Bakunin berpendapat, harus ada sebuah revolusi sosial yang mengubah hubungan di dalam masyarakat dan menempatkan otoritas di tangan rakyat melalui federasi-federasi dan organisasi-organisasi milik mereka sendiri.
“Kekuatan politik, baik secara prinsip dan praktis, harus dimusnahkan sepenuhnya, karena selama kekuatan politik ada, akan selalu ada penguasa dan yang dikuasai, majikan dan budak, para pengeksploitasi dan yang dieksploitasi. Setelah dihapuskan, kekuasaan politik harus diganti oleh organisasi kekuatan produksi dan layanan ekonomi.” [73]
Federalisme
Bakunin mengartikan federalisme sebagai pengorganisasian masyarakat “dari dasar ke puncak—dari pinggiran ke pusat—sesuai dengan prinsip-prinsip asosiasi dan federasi yang bebas.” [42] Konsekuensinya, masyarakat akan diselenggarakan “atas dasar kebebasan mutlak individu, asosiasi produsen, dan komune,” bersamaan dengan bahwa “setiap individu, setiap asosiasi, setiap komune, setiap daerah, setiap bangsa” memiliki “hak absolut untuk menentukan nasib sendiri, untuk berasosiasi atau pun tidak, untuk bersekutu dengan siapa pun yang mereka inginkan. “[42]
Kebebasan
Bakunin mengartikan kebebasan bukan sebagai cita-cita yang abstrak tetapi realitas konkret yang berdasarkan kebebasan orang lain. Dalam satu arti, kebebasan terdiri dari “pengembangan penuh atas semua fakultas dan kekuatan setiap manusia, lewat pendidikan, pelatihan ilmiah, dan kemakmuran materi.” Konsepsi kebebasan macam ini “sungguh bersifat sosial, karena hanya dapat direalisasikan dalam masyarakat,” tidak dalam isolasi. Dalam arti lainnya, kebebasan adalah “pemberontakan individu terhadap semua otoritas ilahi, kolektif, dan individu.” [52]
Materialisme
Bakunin membantah konsep agama atas lingkup supranatural, dan menganjurkan penjelasan ‘materialis’ atas fenomena alam:
“Manifestasi kehidupan organik, sifat kimia dan reaksi, listrik, cahaya, panas dan daya tarik alami dari tubuh fisik, membentuk banyak varian yang berbeda tetapi saling tergantung atas totalitas entitas-entitas nyata yang kita sebut dengan materi “(Selected Writings, halaman 219). ” Dengan mengamati fakta-fakta yang nyata, misi ilmu pengetahuan adalah untuk menentukan hukum-hukum umum yang melekat dalam perkembangan fenomena dunia fisik dan sosial.”
Namun, materialismenya berbeda dengan materialisme Marx, dalam hal ini dia menekankan pentingnya faktor-faktor non-ekonomi dalam kehidupan manusia, termasuk gagasan-gagasan dan kebudayaan.
Potensi revolusioner kaum proletariat vs lumpenproletariat dan kaum tani
Bakunin memiliki pandangan yang berbeda dengan Marx mengenai potensi revolusioner lumpenproletariat dan proletariat. “Keduanya sepakat bahwa kaum proletar akan memainkan peran kunci, tapi bagi Marx kaum proletar adalah kaum eksklusif, agen revolusioner yang memelopori, sementara Bakunin membuka kemungkinan bahwa para petani dan bahkan lumpenproletariat yang (pengangguran, kriminal, dll) bisa pula menempati posisi tersebut [53] Bakunin “menganggap integrasi pekerja dengan kapital sebagai sesuatu yang merusak kekuatan yang lebih revolusioner.. Bagi Bakunin, pola dasar revolusioner dapat ditemukan di lingkungan petani (yang memiliki tradisi pemberontakan sejak dulu, serta pola dasar komunis dalam bentuk-bentuk sosialnya saat ini—komune petani) dan di antara pemuda pengangguran yang berpendidikan, berbagai macam kaum marjinal dari semua kelas, perampok, rakyat miskin, dan orang-orang di pinggiran masyarakat yang melarikan diri, dikucilkan dari, atau belum tunduk pada disiplin kerja industri yang tengah muncul … singkatnya, semua orang yang Marx coba kategorikan sebagai lumpenproletariat. ” [54]
Pengaruh
Bakunin dikenang sebagai tokoh besar dalam sejarah anarkisme dan sebagai penentang Marxisme, terutama gagasan Marx tentang kediktatoran proletariat, dan prediksinya bahwa rezim Marxis akan menjadi kediktatoran partai tunggal atas proletariat, bukan kediktatoran proletariat sendiri. Karyanya Tuhan dan Negara diterjemahkan beberapa kali oleh anarkis lainnya, seperti Benjamin Tucker, Marie Le Compte, dan Emma Goldman, dan ia terus berpengaruh pada anarkis modern, seperti Noam Chomsky. [55] Penulis biografi Bakunin, Mark Leier, menegaskan bahwa “Bakunin memiliki pengaruh yang signifikan pada para pemikir setelahnya, mulai dari Peter Kropotkin dan Enrico Malatesta hingga Pekerja Industrial Dunia (IWW) dan anarkis Spanyol selama Perang Sipil hingga Herbert Marcuse, EP Thompson, Neil Postman, dan AS Neill, hingga para anarkis yang bergerak dewasa ini di bawah bendera ‘anti-globalisasi.’ “[3] Singkatnya, Bakunin memiliki pengaruh besar pada gerakan-gerakan buruh, petani dan sayap-sayap kiri, meskipun ini tertutup bayang-bayang kemunculan rezim-rezim Marxis pada tahun 1920-an. Dengan runtuhnya rezim-rezim Marxis ini—dan dengan kesadaran mengenai betapa dekatnya tindakan rezim-rezim tersebut dengan kediktatoran yang diprediksi Bakunin—ide Bakunin menjadi cepat menyebar di kalangan aktivis.
Kritik
Bakunin dituduh sebagai seorang otoriter yang berpura-pura oleh kaum Marxis, Leninis, dan Kaum Kiri otoriter lainnya. [56] Dalam suratnya kepada Albert Richard, ia menulis bahwa
“Hanya ada satu kekuatan dan satu kediktatoran yang organisasinya bermanfaat dan layak: yaitu kediktatoran kolektif, kediktatoran tak terlihat dari kaum-kaum yang bersekutu dalam prinsip-prinsip kita.”
Charles A. Madison menyatakan bahwa:
“Dia [Bakunin] menolak tindakan politik sebagai sarana penghapusan negara dan mengembangkan doktrin konspirasi revolusioner di bawah kepemimpinan otokratis—mengabaikan benturan prinsip ini dengan filosofi anarkismenya. Madison berpendapat, kelicikan Bakunin yang ingin mengendalikan Internasional Pertama lah yang menciptakan persaingannya dengan Karl Marx dan menyebabkan pengusirannya dari Internasional pada tahun 1872. Persetujuannya atas kekerasan sebagai senjata melawan agen penindasan menyebabkan nihilisme di Rusia dan tindakan terorisme individual di tempat lain yang mengakibatkan anarkisme menjadi identik dengan pembunuhan dan kekacauan.” [57]
Namun, pendukung Bakunin berpendapat bahwa “kediktatoran tak terlihat” yang dimaksud bukanlah kediktatoran dalam arti konvensional, karena Bakunin berhati-hati menunjukkan bahwa anggotanya tidak akan menerapkan kekuasaan politik resmi apa pun seperti yang dipahami dalam kepeloporan Leninis. Pengaruh mereka akan bersifat ideologis, dan diterima secara bebas:
kediktatoran ini akan semakin menyehatkan dan efektif karena tidak berjubah kekuasaan resmi atau bersifat ekstrinsik. [46]
Bakunin juga dikritik oleh Marx [58] dan delegasi-delegasi International khususnya karena metode organisasinya yang mirip dengan Sergey Nechayev, seseorang yang dekat dengan Bakunin. [59] Walaupun Bakunin menegur Nechayev saat mengetahui tindakan pemalsuan dan politik amoralnya, ia mempertahankan nilai-nilai yang mirip dengan Nechayev, seperti yang ditunjukkan oleh surat tanggal 2 Juni 1870: “Kebohongan, kelicikan [dan] penjeratan musuh dalam kebingungan [adalah] sarana yang diperlukan dan bagus untuk menciptakan demoralisasi dan menghancurkan musuh, meskipun tentu bukan alat yang berguna untuk memperoleh dan menarik teman-teman baru “[60]
Namun demikian, Bakunin mulai memperingatkan teman-temannya akan perilaku Nechayev, dan memutuskan semua hubungan dengan Nechayev. Selain itu, piihak-pihak lainnya mencatat bahwa Bakunin tidak pernah berusaha untuk secara pribadi mengendalikan Internasional, bahwa organisasi-organisasi rahasianya tidaklah tunduk pada kekuasaan otokratisnya, dan bahwa ia mengutuk terorisme sebagai sebuah tindakan kontra-revolusioner. [61] Robert M. Cutler lebih lanjut menunjukkan bahwa tidak mungkin sepenuhnya memahami partisipasi Bakunin di Liga Perdamaian dan Kebebasan atau Aliansi Demokrasi Sosialis Internasional, atau idenya tentang sebuah organisasi revolusioner rahasia yang imanen dalam masyarakat, tanpa melihat bahwa hal-hal tersebut berasal dari interpretasi dialektika Hegel dari tahun 1840-an. Naskah dialektika Bakunin, menurut Cutler, membuat Aliansi Demokrasi Sosialis Internasional tersebut bertujuan memberikan sebuah organisasi revolusioner yang nyata pada Internasional.
Dukungan Marx pada partisipasi dalam politik borjuis, termasuk pemilu di parlemen, menjadi bukti [bahwa Marx menjadi “Kubu Negatif yang berkompromi” dalam bahasa artikel Reaksi di Jerman tahun 1842]. Tugas Bakunin lah, setelah naskah tersebut dihasilkan dari dialektikanya, untuk membuat [IWMA] memahami peran IWMA yang sebenarnya. Keinginan [Bakunin] untuk menggabungkan terlebih dahulu Liga Perdamaian dan Kebebasan, lalu Aliansi Demokrasi Sosialis Internasiol, dengan International berasal dari keyakinan bahwa kaum revolusioner dalam International tidak boleh pernah berhenti untuk masuk dalam setiap ekstremitas dengan semangat Revolusi. Dalam dialektika Bakunin, sama seperti Kubu Negatif memerlukan kompromi untuk mengalahkan lawannya dan dengan demikian mewujudkan esensi kaum Negatif yang sejati, seperti itu pulalah Bakunin, pada 1860-an, membutuhkan Internasional untuk mengubah aktivitas Internasional menjadi Revolusi tanpa kompromi. [62]
Paham anti-Yahudi
Dalam beberapa karyanya, Bakunin mendukung paham anti-yahudi. Pandangan anti-yahudi dalam tulisannya tersebut telah dikritik dengan keras, paling tidak oleh anarkis. [63] Bakunin menggunakan sentimen anti-Yahudi yang menandang adanya sistem eksploitasi global milik Yahudi;
“Seluruh dunia Yahudi, terdiri dari satu sekte yang mengeksploitasi, semacam para penghisap darah, semacam parasit kolektif dektruktif yang organik, melampaui tidak hanya batas-batas negara, tapi juga pandangan politik. Dunia ini sekarang, setidaknya untuk mayoritas wajahnya, sedang dirusak oleh Marx di satu sisi, dan Rothschild di sisi lain … Ini mungkin tampak aneh. Kesamaan apa yang dapat muncul antara sosialisme dan sebuah bank yang maju? Intinya adalah bahwa sosialisme otoriter, komunisme Marxis, membutuhkan sentralisasi negara yang kuat. Dan saat ada sentralisasi negara, pasti ada bank sentral, dan saat bank semacam ini ada, terlihatlah bangsa Yahudi yang parasit, yang berspekulasi atas Kerja rakyat ini.” [64] [65]
Namun, paham anti-yahudi tidak menjadi fokus dalam karya-karya Bakunin, yang menekankan internasionalisme proletar dan analisis kelas atas masyarakat. Sejarah telah menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi juga memainkan peran besar dan penting dalam gerakan anarkis, di antaranya Emma Goldman, Alexander Berkman, dan Voline.
Nasionalisme di tahun-tahun awal
Dalam tahun-tahun pra-anarkisnya, politik Bakunin pada dasarnya merupakan bentuk sayap kiri nasionalisme – khususnya, fokus pada Eropa Timur dan urusan Rusia. Walau pada masa ini Bakunin memposisikan pembebasan nasional dan perjuangan demokratis orang-orang Slavia dalam proses revolusioner Eropa yang lebih besar, dia tidak menaruh banyak perhatian pada daerah-daerah lain. Aspek pemikirannya ini ada sebelum ia menjadi seorang anarkis, dan karya-karya anarkisnya secara konsisten menganjurkan revolusi sosial global, termasuk Afrika dan Asia. Bakunin sebagai anarkis terus menekankan pentingnya pembebasan nasional, tapi dalam tahap lanjut, dia menekankan bahwa masalah ini harus diselesaikan sebagai bagian dari revolusi sosial. Masalah serupa yang (dalam pandangannya) menimbulkan masalah dalam strategi revolusioner Marxis (pembajakan revolusi oleh elit minoritas, yang nantinya akan menindas massa) juga akan muncul dalam perjuangan kemerdekaan yang dipimpin oleh nasionalisme, kecuali kelas pekerja dan kaum tani menciptakan anarki:
“Saya selalu memandang diri saya sebagai patriot semua negeri tertindas. . . Kebangsaan. . . adalah fakta sejarah, fakta lokal yang, seperti semua fakta-fakta lain yang nyata dan tidak berbahaya, berhak untuk diterima secara umum. . . Kebangsaan bukanlah prinsip. Ia adalah fakta yang sah, sama seperti individualitas. Setiap kebangsaan, besar atau kecil, berhak menjadi dirinya sendiri, untuk hidup sesuai dengan hakekatnya sendiri. Hak ini adalah konsekuensi dari prinsip umum kebebasan.” -Bakunin [Dikutip oleh Alfredo M. Bonanno dalam Anarkisme dan Perjuangan Pembebasan Nasional, hlm. 19-20]
Ketika Bakunin mengunjungi Jepang setelah melarikan diri dari Siberia, dia tidak benar-benar terlibat dalam politik atau dalam perjuangan petani Jepang. [66] Hal ini dapat dilihat sebagai bukti ketidaktertarikannya dengan Asia, tapi ini bisa jadi salah. Bakunin berhenti sebentar di Jepang karena dia harus bergerak cepat hilang dari pengamatan kekuasaan setelah dua belas tahun di penjara, seorang pria yang diburu tengah lari melintasi dunia untuk sampai di rumahnya, Eropa; Dia tidak punya kenalan di Jepang maupun fasilitas dalam bahasa Jepang; Sedikit koran di Cina dan Jepang untuk orang asing yang diterbitkan orang Eropa tidak memberikan wawasan mengenai kondisi atau kemungkinan revolusioner setempat. [67] Selain itu, perpindahan Bakunin menjadi anarkis muncul di tahun 1865, menjelang akhir hidupnya, empat tahun setelah masa-masanya di Jepang. [68] []
Catatan kaki
[1] “Bakunin”. Random House Kernerman Webster’s College Dictionary. 2010.
[2] Masters, Anthony (1974), Bakunin, the Father of Anarchism, Saturday Review Press, ISBN 0-8415-0295-1
[3] Sale, Kirkpatrick (2006-11-06) An Enemy of the State, The American Conservative
[4] Bakunin, Michael (1990), “Introduction”, dalam Marshall Shatz, Statism and Anarchy (Terjemahan ke bahasa Inggris dengan pengantar editor), Cambridge University Press, hal. x, ISBN 978-0-521-36973-2
[5] Leier, Mark (2006). Bakunin: The Creative Passion. Seven Stories Press. hal 19. ISBN 978-1-58322-894-4.
[6] Bakunin, Mikhail (1842). “The Reaction in Germany”. dalam: Sam Dolgoff (1971, 1980), Bakunin on Anarchy.
[7] On the 17th Anniversary of the Polish Insurrection of 1830, Mikhail Bakunin, La Réforme, 14 Desember, 1847
[8] Michael Bakunin: A Biographical Sketch oleh James Guillaume
[9] Appeal to the Slavs, Mikhail Bakunin, 1848, Bakunin on Anarchy, diterjemahkan dan diedit oleh Sam Dolgoff, 1971.
[10] Richard Wagner, My Life — Volume 1, diakses pada 2009-09-08
[11] Confession to Tsar Nicholas I, Mikhail Bakunin, 1851
[12] Bakunin, Yokohama and the Dawning of the Pacific oleh Peter Billingsley
[13] Edgar Franz, Philipp Franz von Siebold and Russian Policy and Action on Opening Japan to the West in the Middle of the Nineteenth Century, Munich: Iudicum 2005
[14] Joseph Heco (Narrative Writer) James Murdoch (Editor), The Narrative of a Japanese: What He Has Seen and the People He Has Met in the Course of the Last 40 Years, Yokohama, Yokohama Publishing Company (Tokyo, Maruzen), 1895, Vol II, hal 90–98
[15] An Unpublished Letter of M.A. Bakunin to R. Solger, Robert M. Cutler, International Review of Social History 33, no. 2 (1988): 212–217
[16] “Bakunin, Yokohama, and the dawning of the Pacific era”. libcom.org. Diakses pada 10 April 2013.
[17] “Bakunin, Garibaldi e gli affari slavi 1862 – 1863” oleh Pier Carlo Massini and Gianni Bosio, Movimento Operaio tahun 4, No. 1 (Jan–Feb, 1952), hal 81
[18] Revolutionary Catechism, Mikhail Bakunin, 1866, Bakunin on Anarchy, diterjemahkan dan diedit oleh Sam Dolgoff, 1971.
[19] Bookchin 1998, hal 14.
[20] Bookchin 1998, hal 12–15.
[21] Bookchin 1998, hal 12.
[22] Bookchin 1998, hal 13.
[23] Federalism, Socialism, Anti-Theologism, Mikhail Bakunin, September 1867.
[24] Bakunin’s idea of revolution & revolutionary organisation diterbitkan oleh Workers Solidarity Movement dalam Red and Black Revolution No.6, Musim Dingin 2002
[25] Bakunin pada Nechayev mengenai peran organisasi revolusioner rahasia, Mikhail Bakunin, 2 Juni, 1870 surat kepada Sergey Nechayev
[26] Letters to a Frenchman on the Present Crisis, Mikhail Bakunin, 1870
[27] The Paris Commune and the Idea of the State, Mikhail Bakunin, 1871
[28] Verslius, Arthur (2005-06-20) Death of the Left?, The American Conservative
[29] Anarchism: A Documentary History of Libertarian Ideas Volume One: From Anarchy to Anarchism (300CE to 1939), Robert Graham, Black Rose Books, Maret 2005
[30] Dikutip dalam Anarchism: From Theory to Practice karya dalam Daniel Guerin (New York: Monthly Review Press, 1970), hal.25–26.
[31] God and the State, Michael Bakunin, 1882
[32] Noam Chomsky, The Soviet Union Versus Socialism, Our Generation, diakses 2009-09-25
[33] Michael Bakunin: Selected Writings, diedit oleh A. Lehning (New York: Grove Press, 1974), hal 268
[34] “What is Authority?” by Mikhail Bakunin
[35] Carl Schmitt (2005). Political Theology. University of Chicago Press. hal 64
[36] Marshall, Peter (1992). Demanding the impossible. Harper Collins. hal 300–1. ISBN 0002178559.
[37] Maier, Henrich (1995). Carl Schmitt and Leo Strauss: The hidden dialogue. University of Chicago Press. hal 75–6. ISBN 0226518884.
[38] Schmitt, Carl (1922). Political theology. University of Chicago Press. hal 64–66. ISBN 0226738892.
[39] Mikhail Bakunin, Works of Mikhail Bakunin 1871, Marxists.org, diakses pada 2009-09-08
[40] Mikhail Bakunin, Works of Mikhail Bakunin 1870, Marxists.org, diakses pada 2009-09-08
[41] On the International Workingmen’s Association and Karl Marx, Mikhail Bakunin, 1872
[42] Revolutionary Catechism, Mikhail Bakunin, 1866
[43] Patsouras, Louis. 2005. Marx in Context. iUniverse. hal 54
[44] Bakunin Mikail. Bakunin on Anarchism. Black Rose Books. 1980. hal 369
[45] Woodcock, George (1962, 1975). Anarchism, 158. Harmondsworth, England: Penguin Books. ISBN 0-14-020622-1.
[46] Was Bakunin a secret authoritarian?, Struggle.ws, diakses pada 2009-09-08
[47] Anarchist Theory FAQ Version 5.2, Gmu.edu, diakses pada 2009-09-08
[48] Mikhail Bakunin, Works of Mikhail Bakunin 1873, Marxists.org, diakses pada 2009-09-08
[49] Dikutip dalam Bakunin: The Philosophy of Freedom karya Brian Morris, 1993, hal 14
[50] New York Daily Tribune (2 Oktober 1852) tentang ‘Revolution and Counter Revolution in Germany’
[51] Dikutip dalam Bakunin: The Philosophy of Freedom karya Brian Morris, 1993, hal 29
[52] Man, Society, and Freedom, Mikhail Bakunin, 1871
[53] “Marxism and Anarchism: The Philosophical Roots of the Marx-Bakunin Conflict – Part Two” by Ann Robertson.
[54] Nicholas Thoburn. “The lumpenproletariat and the proletarian unnameable” dalam Deleuze, Marx and Politics
[55] Chomsky, Noam (1970). For Reasons of State. New York: Pantheon Books. (Lihat khususnya halaman berjudul “Notes on Anarchism”.)
[56] McLaughlin, P. Anarchism and authority: a philosophical introduction to classical anarchism, hal 19, Ashgate Publishing, 2007, mengatakan bahwa David Morland mengeluarkan klaim tersebut dalam Morland, D, Demanding the Impossible? Human Nature and Politics in Nineteenth Century Anarchism, hal.78, London, 1997. Was Bakunin a secret authoritarian?, Struggle.ws, http://struggle.ws/anarchism/writers/anarcho/anarchism/bakunindictator.html, diakses pada 2010-9-11 menyatakan tuduhan bahwa Bakunin diam-diam merupakan seorang otoriter keluar dari para “Leninis dan Marxis lainnya.”
[57] Madison, Charles A. (1945), “Anarchism in the United States”, Journal of the History of Ideas (University of Pennsylvania Press) 6 (1): 46–66, doi:10.2307/2707055, JSTOR 2707055
[58] [1] Marxism versus Anarchism (2001), hal 88
[59] David Adam. “Marx, Bakunin, and the Question of Authoritarianism”. libcom.org, diakses pada 2012-08-13.
[60] Michael Bakunin, “M. Bakunin to Sergey Nechayev,” dalam Michael Confino, Daughter of a Revolutionary: Natalie Herzen and the Bakunin-Nechayev Circle (London: Alcove Press, 1974), 268.
[61] Bakunin, “Program of the International Brotherhood”(1868), dicetak ulang dalam Bakunin on Anarchism, diedit oleh S. Dolgoff
[62] Cutler, Robert M., “Introduction” to The Basic Bakunin: Writings, 1869-1871 (Buffalo, N.Y.: Prometheus Books, 1992), hal. 27, http://www.robertcutler.org/bakunin/basic/intro.html, diakses pada 2010-12-29. Cutler juga mengutip “Letter to Pablo,” milik Bakunin yang direproduksi dalam Max Nettlau, Michael Bakunin: Eine Biographie (London: By the Author, 1896–1900), hal. 284, yang di dalamnya Bakunin menyatakan bahwa “kolektivitas revolusioner yang kuat tetapi selalu tak terlihat” membiarkan “perkembangan [revolusi] seluruhnya dijalankan oleh gerakan revolusioner massa dan memberikan kebebasan yang paling mutlak pada organisasi sosialnya, … dan selalu memahami bahwa gerakan dan organisasi tersebut harus selalu tak pernah menciptakan kembali otoritas, pemerintah, atau Negara dan selalu memerangi semua ambisi kolektif (seperti ambisi Marx) [dikutip seperti sumber aslinya] atau individual, dan selalu memahaminya lewat pengaruh alamiah, yang tidak pernah bersifat resmi, dari setiap anggota Aliansi [Demokrasi Sosialis Internasional] kita.”
[63] McLaughlin, Paul. Mikhail Bakunin: The Philosophical Basis of His Theory of Anarchism. 2002. ISBN 1-892941-41-4 hal. 4
[64] Judaica 1950, hal. 101
[65] Wheen 1999, hal. 340
[66] Library, libcom.org, diakses pada 2009-09-08
[67] Bakunin’s Stop-Over in Japan, Librero International. no, 5, 1978: CIRA-Japan, diakses pada 2013-02-15
[68] Bakunin’s idea of revolution and anarchist revolutionary organisation, Struggle.ws, diakses pada 2009-09-08
[69] Mikhail Bakunin Reference Archive, Marxists.org, diakses pada 2009-09-08
[70] Guillaume, James. Karl Marx, Michael. Marxists.org, diakses pada 2009-09-08
[71] Guillaume, James. Michael Bakunin: A Biographical Sketch. Marxist.org diakses pada 31 Juli 2015
[72] Avrich, Paul. Anarchist Portraits. Princeton Press, 1990, hal 12.
[73] Bakunin, Mikhail. Stateless Socialism: Anarchism. Marxist.org diakses pada 31 Juli 2015
Terjemahan dan penyuntingan oleh Yab Sarpote, dari wikipedia berbahasa Inggris mengenai Mikhail Bakunin [https://en.wikipedia.org/wiki/Mikhail_Bakunin – diakses tanggal 31 Juli 2015], dengan tambahan dari Anarchist Portraits karya Paul Avrich, dan Stateless Socialism: Anarchism karya Mikhail Bakunin.