Carlo Cafiero (Bag. 1)
Riwayat hidup Anarkis Italia penggagas Anarkisme-Komunis, Carlo Cafiero (1846-1892)
Sebagian borjuis ingin membenahi keluhan sosial, untuk menjamin kelestarian masyarakat borjuis. (Manifesto Komunis, Karl Marx)
Sejarah tidak mencatat ketika keluarga Cafiero berlayar dari laut Napoli untuk menjadi tuan tanah di Barletta, pantai Adriatic di ujung selatan Italia. Di tengah keluarga tersebut, Carlo muda, yang lahir pada 1846, tumbuh sambil memelajari bagaimana nenek moyangnya melaut. Ia tak pernah suka bertani ataupun kampung halamannya, Puglia, dan terus berusaha kabur sesegera mungkin ke Napoli. Di sana, ia mulai kuliah di jurusan hukum pada 1864. Setelah lulus, Cafiero segera mengejar karir di bidang diplomasi. Ia pindah ke Firenze yang kemudian menjadi ibu kota. Ia memulai karirnya di sana. Sejawatnya menggambarkan Cafiero sebagai pemuda tampan, berpendidikan, kaya, dan elegan dengan masa depan yang sangat cerah. Sayangnya, pilihannya terjun dalam urusan diplomasi berbuntut kesialan. Para diplomat dan politikus membuatnya bosan. Ia tidak melakukan pekerjaannya dan akhirnya mengundurkan diri.[i]
Selama beberapa tahun setelahnya, Cafiero silih berganti mendalami sederatan minat intelektual. Di antaranya adalah bahasa Oriental (non-Eropa, penj) dan Islam. Ia tertarik pada agama sejak kecil, dan keluarganya bahkan mendambakan ia menjadi seorang pastur. Mereka mengirim Cafiero ke sekolah calon pastur atau seminari di dekat Molfetta. Namun, ia benci tempat itu. Cafiero segera kehilangan minat akan agama Katolik dan mulai membenci Gereja Katolik sebagai kekuatan penindas dalam kehidupan masyarakat Italia. Meskipun demikian, ia terus terpesona oleh agama dan mencari ragam agama yang memberinya kepuasan. Ketika di Firenze, Cafiero sering mengunjungi lingkaran radikal Telemaco Signorini, yang merupakan anggota terkemuka dari mazhab sekolah pelukis Macchiaioli. Mazhab tersebut kerap mengritik dengan tajam kehidupan penjara, rumah sakit jiwa, dan rumah pelacuran di Italia pasca-Risorgimento.[ii] Perjumpaan itu tampaknya mengawali jalan panjang yang membawa hidup Cafiero sebagai revolusioner. Ketika masa depannya masih remang-remang, ia berangkat ke Paris dan menyaksikan bulan-bulan terakhir Kekaisaran Kedua. Sejak Juli 1870 hingga Mei 1871 Cafiero tinggal di London dan bergaul dengan Marx dan Engels. Para pemimpin Asosiasi Pekerja Internasional itu membuatnya tercengang. Marx menganggapnya sebagai orang paling cerdas yang pernah ia tahu. Meskipun hubungan mereka mengalami krisis di kemudian hari, orisinalitas Marx, energi, dan rasa percaya dirinya tak pelak selalu membangkitkan kekaguman Cafiero.
Akhirnya, Marx dan Engels menyambut baik Cafiero dalam gerakan. Di Italia, tidak mudah menemukan Marxis yang mampu menandingi teori kiri pesaing mereka, Bakunin dan Mazzini. Marx dan Engels meminta Cafiero kembali ke Italia—ke Napoli—di mana para pengikut Bakunin dan Mazzini menancapkan pengaruh kuat pada gerakan kiri. Cafiero menerima tawaran untuk menjadi agen khusus Majelis Umum Internasional di Italia. Ia menerimanya dengan antusiasme idealis anak muda yang merasa akhirnya tujuan hidupnya akan segera terungkap. Ia meninggalkan London pada 12 Mei dan tiba di Firenze tepat setelah Komune Paris kalah. Setelahnya, ia menempuh perjalanan menuju Napoli dan mulai mengirim laporan kegiatannya ke London.
Laporan Cafiero menjadi sumber dokumen utama kegiatannya selama periode awal Marxisme di Italia. Laporan tersebut mencerminkan keinginan kuat dan dukungan optimis layaknya seorang manajer cabang perusahaan asuransi pada atasannya di kantor pusat, dimana produknya dalam kasus ini adalah revolusi, tumbuh dengan pesat. Cafiero tak mesti menunggu petunjuk terbuka dari Pasquale Villari tentang kemiskinan Neapolitan dalam “Surat-surat dari Selatan” (1875) untuk memelajari kondisi kota itu yang menyedihkan. Ia memberi komentar dengan jelas tentang hal itu dalam surat pada Engels tertanggal 28 Juni 1871: “Penderitaan maha dahsyat ada dalam bentuk barbarisme, ketidaksadaran akan setiap kemajuan manusia, terbebani oleh perbudakan, tidak tahu apa-apa, percaya bahwa mereka ditakdirkan untuk melayani dan menderita di bumi, berharap mendapatkan kasih sayang Tuhan di surga surga [melalui] Perawan Paling Suci dan kebajikan darah San Gennaro yang terberkati.”[iii]
Semua kawasan di Selatan Italia, ia melanjutkan, hidup dalam “keadaan barbarisme.” Ia menceritakan pada Engels, orang Spanyol, kelompok konservatif Bourbons, dan Gereja Katolik merupakan penyebab tragedi di Italia Selatan. Pemerintah Italia menjalankan misi keji untuk melestarikan status quo yang mengerikan ini secara mendasar. Cafiero dengan yakin memperkirakan bahwa kekuatan tidak tertahankan dari perjuangan kelas akan membawa revolusi.
Bagaimanapun juga, perjuangan kelas yang Cafiero maksud tidak sama dengan yang Marx pikirkan. Italia kekurangan proletariat industri, namun ada berlimpah orang miskin dan kelas penghisap yang kejam. Situasi tersebut sedang mengandung revolusi, namun, siapakah yang akan membidani kelahiran bayinya: Marx, Mazzini, atau Bakunin? Tiga dokter revolusi itu saling berlomba untuk menguasai kesetiaan kelompok kiri Italia pada tahun-tahun setelah Komune Paris. Sejak awal menjalankan tugasnya sebagai agen khusus Majelis Umum Pekerja di Italia, Cafiero tampaknya sudah tertarik pada semacam percampuran antara Bakuninisme dan Marxisme. Ia membabat Mazzinisme tanpa ampun. Ia mengolok-olok doa nasionalis Mazzini “Tuhan dan Rakyat” sebagai omong kosong. Tudingan Mazzini terhadap Komune Paris sebagai kejahatan luar biasa terhadap nilai-nilai demokratis mengilhami Cafiero untuk melayangkan makian revolusioner. Mazzini tidak memahami situasi terkini dan sepenuhnya abai terhadap ‘tirani modal’: “Orang tua yang menyedihkan itu tidak paham bahwa waktunya sudah usai.”[iv] Sebaliknya, Cafiero tidak menyampaikan kritik apapun terhadap Bakunin dalam laporan awalnya ke London.
Engels memberi apresiasi terhadap kinerja Cafiero menyoal keadaan Italia. Namun, Engels juga mencoba menggiring Cafiero pada pandangannya akan betapa berbahayanya ide-ide Bakunin. Bungkamnya Cafiero terhadap anarkisme jelas mencemaskan Engels. Engels berkali-kali mengingatkan perwakilan mudanya itu bahwa musuh komunisme sejati di Italia bukan hanya Mazzini. Engels menuding Bakunin tidak mengetahui sama sekali tentang ekonomi politik. Kekacauan Bakunin tentang basis ekonomi setiap situasi politik menjadi hulu semua kesalahan lainnya yang berlimpah. “Bakunin memiliki teorinya sendiri,” Engels menyimpulkan, “terdiri dari gabungan komunisme dan mazhab Proudhonisme.”[v] Engels ingin Cafiero menunjukan semangat yang sama untuk menyerang pengikut Bakunin; seperti Cafiero saat menyerang pengikut Mazzini.
Cafiero sama sekali tidak melihat Bakuninisme sebagai ancaman. Ia menjawab Engels pada 12 Juli 1871: “Soal Bakunin, saya dapat meyakinkan Anda bahwa Bakunin punya banyak teman di Napoli yang sejalan dengan banyak prinsip-prinsipnya. Mereka merupakan sekelompok yang memiliki pandangan tertentu. Tapi, saya dapat membantah sepenuhnya bahwa ia memiliki sekte atau kelompok yang menyimpang dari prinsip-prinsip Majelis Umum.[vi] Faktanya, Cafiero memiliki simpati pada para pengikut Bakunin yang ia kenal di Napoli. Ia ingin merangkul mereka dalam Internasional. Ia yakin pengikut Bakunin dan Marxis memiliki banyak kesamaan. Kesamaan itu bahkan lebih banyak ketimbang yang diakui kedua kelompok itu. Cafiero melihat, menciptakan persatuan di antara Marxis dan pengikut Bakunin sebagai tugasnya.
Engels tidak yakin sama sekali dengan Cafiero tentang pengikut Bakunin. Pada 16 Juli 1871, Engels mendesak, “lebih baik melakukannya tanpa mereka sama sekali.” Engels mendorong Cafiero menemukan sekutu lainnya di Napoli. Pengikut Bakunin merupakan ‘sekte’ dalam Internasional, ia memperingatakan. Dua minggu kemudian, ia menambahkan: “Pengikut Bakunin merupakan minoritas kecil dalam Asosiasi Pekerja Internasional dan hanya salah satu yang menyebabkan perbedaan dalam setiap kesempatan.” Ia menganggap anarkis Swiss dari lingkaran dekat Bakunin sebagai penyerang persatuan Internasional yang terburuk.[vii]
Cafiero menunggu hampir dua bulan untuk menjawab Engels. Ia tidak menanggapi serangan atas Bakunin. Sebaliknya, ia menggambarkan perdebatannya dengan polisi Neapolitan dan kampanye umum mereka untuk menekan semua kelompok kiri: “Pemerintah di sini bereaksi secara menyeluruh, ketidakpuasan terus meningkat. Hal ini kian memperburuk kesengsaraan kelas pekerja.” Ia mengira “revolusi sosial paling mengerikan” dapat pecah kapan saja. Bulan berikutnya, ia menjelaskan pada Engels penderitaan petani gurem memungkinkan Internasional menyelami “akar yang kuat di Italia dan tidak akan ada kekuatan yang dapat membendung mereka.”[viii]
Pada 29 November 1871, Cafiero akhirnya mencoba membahas keluhan Engels tentang Bakunin. Ia terus mendesak bahwa dakwaan Engels atas tokoh anarkis itu tidak berdasar pada kenyataan. Cafiero menemukan dalam tulisan-tulisan Bakunin terdapat “kata-kata yang menyampaikan penghargaan dan hormat mendalam untuk Marx.” Memang, Cafiero menilai Bakunin adalah aset bagi Internasional: “Bakunin memiliki banyak teman dekat di Italia karena lama tinggal di sini, dan ia berkorespondensi dengan beberapa dari mereka. Karena masa lalunya (di Napoli) dan kerja terus-menerus yang ia tunjukan bagi tujuan kami, ia dicintai bahkan oleh mereka yang tidak mengenalnya secara pribadi.”[ix]
Engels bungkam dalam amarah untuk menanggapi kebiasaan Cafiero mengagumi Bakunin. Cafiero mencoba mendapatkan tanggapan dari Engels pada 21 Januari 1872, namun, Engels tetap membisu. Sejak itu, keyakinan politik Marxis Cafiero mulai goyah. Marxisme tetap menjadi kerangka mendasar untuk memahami kapitalisme, namun situasi sosial yang ia temukan masih berada di tahapan pra-kapitalisme. Gagasan Marx tentang kapitalisme dan kelas pekerja industri tidak dapat diterapkan di Napoli abad ke-19. Sebaliknya, gagasan Bakunin tentang potensi revolusioner kaum petani dan lumpen proletar justru bisa diterapkan.
Secara bertahap pada 1871-1872 selama tinggal di Napoli, Cafiero berkesimpulan bahwa ia tidak lagi dapat bertugas sebagai agen khusus Marx dan Engels. Pada 20 Mei 1872, dengan ditemani seorang anarkis Neapolitan, Cafiero bertemu dengan Bakunin di Locarno, Swiss. Pada Bakunin, Cafiero menunjukan kekaguman yang sama ketika ia bertemu dengan Marx setahun sebelumnya. Namun, kali ini kekaguman itu tidak hanya melibatkan pikirannya, tapi juga emosinya. Bakunin telah menghidupkan revolusi; Marx hanya menulis tentang revolusi. Karisma tiada banding Bakunin sebagai pemimpin revolusioner menambah pesona pribadinya yang luar biasa. Dalam hal ini, Marx tidak dapat menyamai Bakunin.
Namun, Bakunin memiliki keuntungan lain pada dirinya. Ia memiliki pengetahuan langsung tentang Napoli dan dinamika politik di sana. Hubungan Bakunin dengan Italia bermula dari ayahnya, yang pernah belajar di Universitas Padua dan bertugas di Firenze dan Turin sebagai diplomat. Bermula pada 1840an, Bakunin telah mengenal banyak sekali pahlawan Risorgimento (pejuang kesatuan Italia, penj) meski berbeda ideologi dari mereka. Bakunin memiliki kesamaan mimpi dengan mereka untuk menggulingkan status quo Kongres Wina. Bakunin tinggal di Firenze pada 1864 hingga 1865. Ia berpindah ke Napoli hingga 1867. Di Napoli, Ia menemukan “tanah yang subur bagi tumbuhnya gerakan bawah tanah yang begitu memikat hatinya.”[x] Bakunin bergabung dengan lingkaran revolusioner Italia dan beberapa intelektual asing yang didukung oleh putri Zoe Obolensky—seseorang yang mengasingkan diri dan merasa lebih cocok hidup di Italia ketimbang di tanah asalnya, Rusia. Bakunin segera menjadi pemimpin ideologis kelompok itu. Ketika singgah di Neapolitan, ia membangun sejumlah gagasan berbeda tentang potensi revolusioner petani dan lumpen proletariat yang luar biasa. Ini mengakibatkan banyak orang beralih pada anarkisme. Ia berpikir, Italia dapat ambruk kapan saja dan menulis banyak artikel, esai dan surat untuk mendukung revolusi.
Kunci situasi Italia, klaim Bakunin, ada pada kelas intelektual, yang ia gambarkan sebagai “benar-benar mengambang, tanpa masa depan, dan tidak ada jalan keluar.” Individu-individu itu muncul dari kalangan borjuis, namun, mereka sungguh terasing dari asalnya. Mereka kini bertugas sebagai pembela revolusi yang “paling rajin, tulus, berani dan tanpa lelah.” Ia melihat mereka sebagai bala kejut anarkisme.[xi]
Meneladani Puteri Obolensky, Bakunin meninggalkan Italia dan menuju Swiss pada Agustus 1867. Kegiatannya di Swiss sepanjang 1860an hingga awal 1870an terus membangkitkan kecurigaan Marx. Cafiero gagal memperkecil perbedaan di antara Marx dan Bakunin. Ia kini harus memilih di antara mereka. Ia tetap di Locarno selama sebulan pada akhir musim semi 1872. Ketika kembali ke Italia, Bakunin telah menjadikan Cafiero seorang anarkis yang sempurna.
Setelah kembali ke Italia, Cafiero menulis surat perpisahan pada Engels. Cafiero secara blak-blakan soal kebenaran pertemuannya dengan Bakunin: “Setelah beberapa kali berbincang, kami menyadari bahwa kami berdua memiliki kesamaan prinsip.” Belajar dari Bakunin, ia melihat penindasan yang terkandung dalam konsep kediktatoran proletariat: “Teman saya yang baik, sekarang izinkan saya berbicara padamu dengan jujur. Bagi saya, program komunismu dalam aspek positifnya itu merupakan keabsurdan yang sangat reaksioner.” Cafiero kini mengakui kengerian segala bentuk negara, termasuk negara kelas pekerja.[xii]
Engels tetap bungkam selama hampir setahun, namun kemudian ia mengirim Cafiero surat yang brutal. Ia menuding Cafiero menunjukan surat-suratnya pada Bakunin. Buletin Jurrasien terbitan 10 Mei 1872 menerbitkan artikel penuh kebencian dan fitnah yang ditulis oleh Engels untuk teman-teman di Italia. Engels tahu dengan pasti siapa ‘teman-teman’ yang dimaksud. Ia dengan dingin menyatakan, “Saya tidak pernah menulis surat pada siapapun di Italia kecuali kamu.” Maka, Cafiero pastilah orang yang dirujuk dalam pembukaan yang memalukan itu. Engels heran, apa yang telah ia lakukan sehingga mendapat pengkhianatan dari seseorang yang selalu ia perlakukan dengan “sangat tulus dan percaya”? Cafiero tidak menanggapi.[xiii]
Sebagai orangnya Bakunin di Italia, Cafiero mulai membantu para anarkis lainnya membersihkan sedikit sisa elemen Marxisme. Pada kongres 4-6 Agustus 1872 di Rimini, para anarkis menyerukan untuk benar-benar berpisah dari Majelis Umum yang bermarkas di London. Cafiero, sebagai orang yang paling disukai Bakunin, bertugas menjadi presiden pertemuan ini. Pengikut Bakunin lainnya dari Italia, Andrea Costa, menjadi sekretaris kongres. Pengikut Bakunin benar-benar menguasai jalannya kongres Rimini. Keputusan perwakilan-perwakilan itu untuk berpisah dengan Majelis Umum tidaklah mengejutkan. Mereka kemudian memutuskan menciptakan asosiasi internasional mereka sendiri. Anggota-anggota itu beranggotakan anarkis-anarkis dari negara-negara Eropa lainnya. Organisasi baru itu lahir pada tahun yang sama di Santo Imier, Swiss. Di situ, Cafiero bertindak sebagai asisten presiden kongres. Aksi pembelotan mewabah hingga Internasional yang dipimpin Marx dan Engels terjerumus dalam keadaan sekarat yang berbuntut pada pembubaran.
Cafiero, yang pada 1872 masih berumur 26 tahun, menerima pengakuan sedemikian besar di kongres Rimini dan Santo Imier lantaran perannya sebagai sponsor utama keuangan gerakan anarkis. Ia menjadi penyokong baru Bakunin, menggantikan Puteri Obolensky ketika suaminya yang diasingkan memotong jatah untuk Italia dan kemudian untuk Swiss. Cafiero membiayai banyak perwakilan. Sejak itu, ia menggunakan seluruh hartanya yang berlimpah untuk membantu Bakunin. Pada tahun berikutnya, ia membelikan Bakunin vila ‘la Baronata‘, di Swiss. Perbaikan di tahun berikutnya menguras sebagian besar uang Cafiero yang tersisa.
Sekilas, ia tampak membagikan hartanya dengan senang, seperti orang yang meninggalkan perkampungan lepra. Ia akhirnya keluar dari keadaan yang memisahkannya dengan orang miskin. Orang miskin bagi Cafiero merupakan teman sejati yang sungguh ia hargai. Kutukan uang menghancurkannya, pikir Cafiero, seperti terjadi pada semua orang dengan satu dan lain cara. Kuatnya kepercayaan Cafiero pada gagasan Bakunin sebagai kesempatan terbaik di dunia untuk mengakhiri kutukan uang selamanya tidak dapat diragukan. Namun demikian, konflik antara keduanya akhirnya muncul ketika Cafiero mulai mencurigai sikap boros Bakunin yang jauh dari perilaku anarkis demi kesejahteraan istri mudanya, Antonia. [xiv]
Sementara itu, Cafiero membeli lebih dari 250 senapan dan pistol militer untuk pemberontakan. Ia dan Bakunin percaya pemberontakan dapat terjadi kapan saja. Di seluruh Italia, memburuknya kondisi ekonomi dan pengangguran membangkitkan demonstrasi penuh amarah. Bersama para anarkis lainnya, terutama Costa dan Errico Malatetsa (1853-1932) yang sangat muda, Cafiero dan Bakunin mencoba mengkoordinasikan rencana aksi nasional pada Agustus 1874. Dalam sebuah pernyataan propadanda yang ditulis Cafiero, kaum anarkis menyatakan bahwa pembebasan petani Italia ada dalam genggaman. Mereka berharap aksi revolusioner pecah secara serentak di Tuscany, Marces, Lazio, Puglia, Campania dan Sisilia, dengan Bologna sebagai pusat, tempat Bakunin sendiri yang akan memimpin operasi. Bagaimanapun, penguasa mengetahui konspirasi itu sejak awal. Mereka menangkap Costa, kepala pengorganisir pemberontakan di Italia, sebelum tembakan pertama meletus. Ironisnya, para petani–penerima manfaat pemberontakan–menolak menerima pengikut Bakunin sebagai pembebebas dan menyerahkan mereka pada polisi yang kemudian menggilasnya dengan mudah. Bakunin dengan memalukan kabur dari keadaan itu dengan menyamar sebagai pastur. Sebagian besar pemimpin lainnya berakhir di penjara. Kegagalan Agustus 1874 itu memberi dampak kerusakan luar biasa pada gerakan anarkis di Italia.[xv]
Ketika terjadi pemberontakan di Bologna, Cafiero tengah berada di Rusia bersama seorang revolusioner bernama Olimpia Kutusov sepanjang musim semi dan awal musim panas 1874. Ia bertemu Olimpia di Baronata dan kemudian pergi ke Rusia untuk menikah dengannya. Ia tidak menikah karena cinta. Tujuan pernikahan itu untuk memberi perlindungan bagi Olimpia di Barat karena pihak berwenang Rusia mencoba untuk menahannya karena pembangkangan. Meskipun Cafiero menarik bagi banyak orang yang menggambarkannya sebagai orang yang hangat dan tampan, ia mencurahkan seluruh hidupnya untuk revolusi. Ia tertarik pada Olimpia sebatas sebagai rekan seperjuangan, bukan sebagai perempuan. Seluruh hasratnya tampaknya diperuntukan bagi idealismenya.[xvi]
Pertengkaran soal Baronata dan hasil buruk pemberontakan 1874 sangat merusak hubungan Cafiero dengan Bakunin, yang mati dua tahun kemudian. Meskipun kedua orang itu akhirnya berdamai, komando Bakunin tidak pernah lagi ada dalam kehidupan Cafiero. Cafiero meneruskan pencariannya yang tanpa lelah akan kebenaran revolusi. Pada 1875, ia memulai hubungan singkat tapi penting dengan La Plebe, koran sosialis pertama di Italia. Cafiero terbukti bukan jurnalis yang cukup baik. Cafiero tidak dapat menulis dengan lancar. Ia berjuang dengan tuntutan kerja koran itu sehari-hari. Ia mengklaim lebih memilih pekerjaan kasar yang menurutnya lebih bermartabat ketimbang menyusun kata-kata. Playboy yang dulu kaya raya kini harus bekerja untuk hidup. Ia bekerja apa saja, termasuk membuang sampah di hotel. Ia acuh tak acuh. Kehidupan batin menjadi semakin penting baginya.
Artikel Cafiero yang terbit di La Plebe pada November 1875 menyuguhkan gagasan tentang kehidupan batin itu. Dalam “Zaman yang Belum Cukup Matang,” Cafiero menunjukan hasratnya yang pernah muda dan tanpa batas terhadap revolusi. “Zaman tidak pernah matang untuk revolusi,” katanya membuka, “kecuali orang itu merupakan revolusioner sejati.” Banyak orang yang mengaku revolusioner hanya mau menyerang mereka yang berlagak revolusioner sekaligus, pada praktiknya, menerima kenyataan status quo. Ia mengutuk para progresif liberal sebagai musuh terburuk kemajuan sejati.
Mereka selalu dapat diandalkan untuk mengeluhkan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat tanpa sedikitpun berusaha mengubahnya secara sistemik. Penjaga profesional hati nurani masyarakat ini pada prinsipnya menerima keabsahan revolusi. Mereka dapat memikirkan segala hal tentang revolusi yang mereka dukung, tapi bukan revolusi yang dibutuhkan Italia sekarang. Revolusi seperti itu menakutkan mereka karena akan mengakhiri status quo tempat mereka berlindung. Mereka sungguh menikmati yang terbaik dari kedua dunia, sebagai kritikus yang secara moral lebih unggul tentang pembentukan masyarakat tempat kemudahan fisik dan status sosial mereka bergantung. Bagi individu seperti itu tidak pernah ada zaman yang matang untuk revolusi. Mereka hanya bicara tentang revolusi dan bergerak menantang dengan cantik. Mereka unggul dalam kedua hal itu. Mereka bahkan mungkin meyakinkan diri sendiri akan ketulusan dan harga sebagai ksatria penderitaan kemanusiaan. Namun, bagi revolusioner sejati, “zaman selalu matang untuk memberontak melawan ketidakadilan.” Cafiero menyimpulkan, tidak ada zaman seperti sekarang untuk memulai perang suci untuk memulihkan “sebagian besar kemanusiaan yang terpuruk tanpa pemikiran, tanpa martabat dan tanpa hidup.”[xvii]
Setelah perpecahannya dengan Bakunin, sekutu terdekat Cafiero yang tersisa adalah Emilio Covelli, yang juga berasal dari Puglia dan pada saat yang sama tinggal di Napoli. Covelli dan Cafiero berasal dari kelas sosial serupa. Mereka lahir pada tahun yang sama dan pernah belajar di seminari di Molfetta. Keduanya kemudian memasuki fakultas hukum di Universitas Napoli. Kedua pemuda itu akhirnya mesti berpisah jalan setelah lulus dari universitas. Cafiero bergabung dengan korps diplomatik di Firenze dan Covelli meneruskan studi akademisnya di dua universitas Jerman: Heidelberg dan Berlin. Di Universitas Berlin, Covelli menghadiri kuliah pemikir sosialis Eugen Duhring. Pemikir itu berselisih pendapat dengan Marx tentang peran kelas dalam sejarah dan banyak isu lainnya. Covelli bertemu dengan pemikiran Marx melalui cara itu. Ia tidak menyetujui anggapan negatif Duhring tentang Marx. Namun, Covelli menulis ulasan mengagumkan tentang Kapital untuk The Rivista Partenopea di Napoli. Ulasan itu adalah yang pertama memperhatikan maha karya Marx di Italia. Selain itu, ia menulis artikel-artikel lainnya tentang gagasan Marx. Dari artikel itu, yang paling penting adalah esai 1874, “L’economia politica e la scienza.“[xviii]
Ketika Covelli kembali ke Italia pada pertengahan 1870, ia memasuki kajian linguistik dan studi keduanya di negara itu untuk memahami Marxsime. Jalan tersebut kemudian membawanya bersinggungan kembali dengan Cafiero. Ia mengunjungi Cafiero di Locarno dan kemudian bergabung dengan asoasiasi anarkis tempat sobat lamanya di Neapolitan. Roberto Michels (1976-1936), pria kelahiran Jerman yang menjadi sosiolog Italia, menekankan bahwa orang-orang seperti Cafiero dan Covelli bisa menjadi anarkis karena menolak sifat otoritarian Marxisme dengan tanpa membantah inti mendasar kritik Marx terhadap kapitalisme. Bagi Michels, Marxisme dan Bakuninisme berfungsi sebagai dua sistem berpikir radikal yang bertautan erat. Keduanya berakar dari tuntutan untuk melenyapkan kapitalisme. Keduanya mengupayakan tujuan sosialis yang sama meski melalui cara berbeda. Michels beranggapan, perbedaan itu tidak bisa diabaikan. Namun, anggapan umum tentang perbedaan Marxisme dan Bakuninisme memangkas kemiripan-kemiripan keduanya. Marxisme memasuki “mentalitas sosialis Italia” melalui Bakunin. Dalam pemaparan Michels tentang sejarah sosialisme Italia, Bakunin muncul seperti Yohanes Sang Pembabtis yang membuka jalan injil Marxisme: “Dapat dikatakan pekerja Italia, dijejali dengan gagasan pengikut Bakunin, secara psikologis disiapkan untuk menerima gagasan Marx.”[xix]
Tesis Michels tentang kedekatan hubungan antara Bakuninisme dan Marxisme membantu menjelaskan jalan ideologis Covelli dan Cafiero. Mereka bergerak bebas di antara kedua ideologi itu tanpa konflik berarti. Covelli dan Cafiero tidak merasa mesti memilih satu di antara kedua ideologi itu. Dalam kasus Cafiero, langkah kontemplasi kembali pada Marxisme tidak dapat dikatakan terjadi secara tajam atau tiba-tiba. Ini karena ia mengagumi tokoh besar itu sejak pertemuan awalnya dengan Marx di London. Bakunin sendiri selalu mengakui Marx sebagai pemikir yang luar biasa cerdas dan orisinal. Cafiero setuju, tak seorangpun yang mengenal Marx atau mengalami perkenalan langsung dengan tulisannya secara jujur, dapat menyangkal itu.
Kemunculan Covelli di Locarno pada 1875 tak diragukan lagi memperkuat minat Cafiero terhadap Marxisme, dan terus memperkaya gagasan dan teknik revolusionernya. Kegagalan total pemberontakan 1874 membuat malu para anarkis, termasuk Cafiero. Ia tentu tidak menyerah untuk melancarkan revolusi, tapi jelas ada yang salah total dan perlu diperbaiki. Cafiero terus dan selalu percaya akan aksi anarkis. Ia berpikir bahwa pertarungan revolusioner akan membongkar rahasia bagaimana petani penggarap dapat meraih kemenangan puncak atas tuan tanah dan pemodal. Cafiero berusaha mencari kombinasi konsep dan taktik revolusioner yang tepat. Ia mulai mengembangkan gabungan antara anarkisme dan komunisme, yang dalam pikirannya berarti dunia tanpa kepemilikian pribadi atau otoritas. Karena ada unsur anarkis dalam rumusan ini, propaganda aksi tetap wajib dilakukan. Sepanjang musim dingin 1876-1877 Cafiero dan Malatesta mulai mengatur propaganda itu sebagai aksi balas dendam atas aib 1874 dan untuk menyiapkan jalan kemenangan revolusi. Malatesta, yang lahir sebagai pemilik tanah keluarga di Capua dan bekas mahasiswa farmasi di Universitas Napoli, menjadi teman terdekat Cafiero dan tokoh penting dalam anarkisme Italia pada akhir abad 19.
Kali ini rencana anarkis menyerukan serangan yang terkonsentrasi pada sebagian negara, yang sejak terbitnya artikel mengejutkan Villari pada 1875, ditempa dengan perasaan anti-kekuasaan dan rentan kekerasan sosial. Desa-desa petani di pegunungan Matese, tidak jauh dari Napoli, pernah menjadi titik fokus perampokan, perang petani pasca-Risorgimento melawan negara. Dalam sebuah peristiwa kekerasan saja, pada Agustus 1861, sekelompok petani lokal membunuh 45 tentara dan petugas. Negara dengan cepat menanggapi dengan pembumihangusan yang berbuntut pada sejumlah hukuman mati dan pengusiran.[xx] ‘Pasifikasi’ kemudian menjadi salah satu yang paling brutal terhadap Perampok, dan kawasan tersebut terus membara karena ketidakpuasan kaum tani. Di sini, Cafiero dan Malatesta berpikir, serangan pamungkas untuk revolusi dapat dilancarkan. Maka, pada April 1877, mereka mengumpulkan pasukan bersenjata dengan misi untuk mencetuskan revolusi petani melawan negara Italia.
Sekali lagi, polisi mengetahui rencana itu sejak awal. Mereka dapat dengan mudah menyusup pada gerakan anarkis. Namun, keengganan anarkis pada kepemimpinan dan organisasi tidak memungkinkan proses tersebut. Bahkan di pegunungan Matese, para anarkis secara terus menerus mengganti para pimpinan agar gerakan mereka tidak rusak oleh kekuasaan. Kekacauan dan anarkis, yang berdampingan dalam thesaurus, juga menjadi satu dalam kenyataan.
Karena setiap gerak mereka dilacak oleh otoritas, Cafiero dan para anarkis lain terjun ke desa Letino untuk menyatakan kemerdekaan, keadilan dan sosialisme pada kerumunan petani yang diperdaya. Cafiero berpidato pada orang-orang itu dan mencoba menjelaskan sifat revolusi yang semakin tak terbendung di hadapan mata mereka. Para petani menyukai yang disampaikan Cafiero tentang berakhirnya pajak dan wajib militer. “Hidup Internasional, hidup republik komunis Letina,” seru mereka setelah Cafiero selesai berpidato. Setelah membakar sejumlah dokumen akta tanah dalam arsip komunal, para anarkis mendeklarasikan kemerdekaan Letina dan turun ke jalan untuk melanjutkan penaklukan.[xxi]
Di dekat Gallo, kelompok pemberontak memberitahukan pastur paroki tentang rencana mereka ke kota. Ia berbicara pada jemaat dan meyakinkan mereka: “Jangan takut. Akan pergantiaan pemerintahan dan pembakaran dokumen-dokumen. Itu saja.” Setelahnya, ia berbicara tentang revolusi sosial. Para anarkis kemudian membakar sejumlah surat tanah dan foto Raja Victor Immanuel II. Satu kota lain telah dibebaskan.[xxii]
Ilusi kedua penaklukan itupun segera menjelma. Bahkan sebelum mereka disergap dan dipenjarakan, mereka tidak siap ketika terperangkap badai salju. Ketika menderita kedinginan dan kelaparan, mereka membahas perang habis-habisan melawan tentara pemerintah yang mendekat dengan cepat. Sial bagi para calon martir itu, senjata mereka tidak dapat ditembakkan karena rusak oleh badai. Tentara menangkap hampir semua pemberontak tanpa perlawanan. Satu kelompok yang terdiri dari 26 anarkis jatuh ke tangan para petani yang hendak mereka bebaskan. Para petani itu dengan segera menyerahkan para anarkis itu ke tangan otoritas.[xxiii]
Sekali lagi, seperti tiga tahun lalu, para anarkis menderita kekalahan total di tangan negara. Lantaran taktik revolusioner mereka yang tak layak, pada akhirnya para anarkis sendiri menjadi senjata garis depan negara melawan anarkisme.
Yang disebut bencana Benevanto pada 1877 itu kemudian menyegel nasib anarkisme di Italia. Hal ini dengan cepat menurunkan kekuatan anarkis di kalangan kelompok kiri Italia. Para anarkis Italia ditakdirkan untuk mengalami krisis rasa percaya diri dengan tidak hadirnya tokoh karismatik seperti Bakunin sebagai inspirasi. Bahkan ketika Bakunin masih hidup, gerakan anarkis sudah mengalami perpecahan. Ekstrimis seperti Cafiero, yang terus mendesakkan revolusi, harus berhadapan dengan orang yang relatif moderat seperti Costa, yang setelah kegagalan 1874, memulai proses evaluasi ulang yang yang membawanya pada sosialisme legalitarian pada akhir dekade itu. Dengan demikian, selama masa hidup Bakunin gerakan pun tidak lagi monolitik, jika pernah ada gerakan anarkis yang demikian.
Selain itu, masalah inkonsistensi intelektual anarkis menjadi semakin jelas dengan ketiadaan pesona dan kepiawaian Bakunin. Ia pernah menjadi penanding Marx yang efektif dengan menunjukkan potensi tirani dalam teori kediktatoran-proletariat. Teori politik Bakunin sendiri berpusat pada gagasan bahwa elit revolusioner yang dapat menjadi “diktator kolektif yang tidak tampak”, sama seperti praktiknya, setidaknya menjadi gambaran jelas Marxisme dibanding yang ia bayangkan.[xxiv]
Ini menjadi semakin jelas seiring dengan banyaknya anarkis yang beralih menganut sosialisme legalitarian setelah kematian Bakunin. Aliran itu tampak semakin jelas memiliki benih tirani, sebab, gerombolan ini mengangkat hakim dan juri yang dipilih sendiri tanpa memedulikan proses atau checks and balances. Memang, komplotan rahasia anarkis adalah salah satu bentuk kekuasaan paling mutlak. Bakunin tidak pernah bisa mengatasi kontradiksi antara kebebasan sempurna yang ideal untuk semua orang dan bersikerasnya bahwa ia mesti memutuskan bagaimana yang ideal bisa diterapkan dan dipahami.
Ketika berusia 30 tahun, Cafiero menghabiskan enam belas bulan hidupnya di penjara. Ia dan rekan-rekannya mendapat dakwaan yang sangat serius: konspirasi melawan negara, pembangkangan bersenjata, membakar rumah, merusak fasilitas dan milik negara, perampokan uang publik dan pembunuhan seorang polisi serta melukai polisi lainnya. Ketika itu, tampak bagi Cafiero dan para pemimpin gerombolan itu bahwa negara akan menjatuhkan hukuman mati. Namun semua berakhir dengan indah bagi para tahanan anarkis karena waktunya bertepatan dengan kematian Raja Victor Immanuel pada 1878. Ketika pengadilan memutuskan untuk menggolongkan pemberontakan Benevento sebagai kejahatan politis, para tahanan itu mendapat keuntungan dari pengampunan yang dikeluarkan raja baru, Umberti I. Sekitar dua ribu massa pendukung menyambut kebebasan para tahanan itu dengan tempik sorak. Perayaan itupun diberitakan secara besar-besaran. Dalam karya klasik Governo e Governati in Italia (1882), Pasquale Turiello menyebut perayaan itu sebagai petanda buruk “yang sangat penting,” yang mengindikiasikan sejauh mana lembaga-lembaga politik negara telah gagal menjalin hubungan yang baik dengan rakyat. [xxv]
Catatan akhir
iii Surat Cafiero pada Engels, 28 Juni 1871, dalam Giuseppe Del Bo, ed., La
corrispondenza di Marx e Engels con italiani (Milan: Feltrinelli, 1964), 18.