Sindikalis dalam Revolusi Rusia (Bag.1)
Sebuah catatan mengenai dampak Revolusi Rusia terhadap sindikalis dan anarkis serta sebaliknya, oleh salah satu anarko-sindikalis Rusia terkemuka sepanjang waktu:
“Mendiskusikan berbagai aktivitas dan peranan para anarkis dalam revolusi, Kropotkin mengatakan: ‘Kami para anarkis telah berbicara banyak soal revolusi, namun hanya sedikit dari kami yang siap untuk suatu kerja nyata, melaksanakannya saat proses itu berlangsung. Saya telah mengindikasikan beberapa hal ini dalam Conquest of Bread. Pouget dan Pataud juga telah menggoreskan bentuk aksinya dalam karyanya ‘Syndicalism and the Co-operative Commonwealth’”.
Kropotkin berpandangan bahwa para anarkis belum memberikan perhatian yang cukup mengenai elemen mendasar revolusi sosial. Fakta sebenarnya dalam sebuah proses revolusioner tidak begitu banyak terwujud di dalam pertempuran jalanan –hal tersebut semata-mata fase destruktif yang diperlukan guna membersihkan jalan demi mengupayakan sesuatu yang lebih konstruktif. Faktor mendasar dalam revolusi adalah organisasi kehidupan ekonomi dari negeri tersebut. Revolusi Rusia telah membuktikan secara meyakinkan bahwa kita mesti mempersiapkan diri untuk melewati masa tersebut. Semua hal lain tidaklah penting. Ia berpandangan bahwa teori sindikalisme akan melengkapi apa yang kurang dalam gerakan di Rusia: saluran untuk mengalirkan arus rekonstruksi ekonomi dan industri negeri ini. Dia mengacu kerja ini ke anarko-sindikalisme. Anarko-sindikalisme dan juga koperasi akan menyelamatkan negeri-negri lain dari kesalahan besar yang diderita Rusia.”
Emma Goldman, ‘My Disillusionment in Russia’, dalam kunjungannya menemui Peter Kropotkin di Dimitrov pada Juli 1920.
Para Sindikalis dalam Revolusi Rusia
Revolusi telah menggetarkan semua kelas dan strata dalam kehidupan sosial di Rusia. Kegelisahan teramat dalam telah menyebar ke setiap lapisan masyarakat di Rusia sebagai akibat dari penindasan rezim Tsar selama tiga abad lamanya.
Selama letupan revolusioner tersebut, kegelisahan ini menjadi kekuatan yang menyatukan elemen-elemen yang berbeda-beda, menghancurkan bangunan besar despotisme dalam waktu tiga hari. Sebuah periode revolusioner singkat, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam gelombang pergerakan ini, meski pada kenyataannya berbagai komponen kekuatan tersebut digerakkan oleh beragam kerja dan tujuan eksklusif berbeda dan terkadang seragam, namun dikuasai sepenuhnya oleh kebulatan suara. Pada saat momen letupan revolusioner itu, berbagai tujuan dari beragam kekuatan tersebut menjadi tepat karena karakter negatifnya, diarahkan guna menghancurkan rezim uzur yang berkuasa secara absolut. Tujuan-tujuan konstruktifnya masih belum jelas. Hanya selama rangkaian perkembangan lebih lanjut, melalui berbagai konstruksi yang ditempatkan pada beragam tujuan dan kerja-kerja revolusi, yang hingga sekarang kekuatan-kekuatan tak berbentuk itu mulai mengkristal dan pemberontakan pun mulai bermunculan di antara mereka guna memenangkan ide-ide dan sasaran yang mereka inginkan.
Hal itu merupakan ciri-ciri revolusi yang patut diperhatikan meskipun pengaruh anarkis atas massa sebelum revolusi itu pecah belum besar, namun sejak revolusi itu dimulai ia diikuti oleh desentralisasi penuh yang anarkistik. Lembaga-lembaga revolusioner seketika terdorong ke depan oleh rangkaian revolusi tersebut, yang menjadikan karakter penting anarko-sindikalis. Hal tersebut menjadi semacam instrumen yang cukup memadai untuk mempercepat proses realisasi ide-ide anarkis, yaitu: Soviet-soviet, Komite-komite pabrik, Komite-komite petani serta Dewan ketetanggaan, dan lainnya. Logika internal dari perkembangan dan pertumbuhan bentuk organisasi semacam itu, yang terjadi hingga November (Oktober) 1917, berujung pada kepunahan sementara Negara Rusia dan pondasi ekonomi kapitalis. Saya mengatakannya sementara, karena pada akhirnya Negara dan kapitalisme kembali berjaya. Dalam perkembangannya, revolusi itu begitu mudah untuk digagalkan oleh mereka yang pada awalnya menjadi instrumen yang mempercepat perkembangannya. Massa rakyat yang percaya begitu saja, meski mulai menciumnya secara instingtif, masih belum sadar sepenuhnya bahwa Partai Komunis Rusia; Bolshevik, yang sedang dalam tahap membangkitkan kepercayaan diri massa tersebut, sedikit demi sedikit membungkus revolusi itu dengan atmosfir dominasi Negara dan dengan kekuatan brutal yang begitu menakutkan. Mereka menghukum revolusi dengan proses pembusukan yang tak terhindarkan lagi. Proses tersebut, bagaimana pun, mulai terlihat hanya enam bulan setelah terjadinya “revolusi Oktober”. Dalam momen tersebut revolusi menjadi matang. Perjuangan menjadi semakin tajam dan tujuan revolusi mulai menampakkan karakter yang semakin jelas dan lantang. Negeri pun mendidih dan meletup-letup, hidup seutuhnya di bawah kondisi-kondisi kebebasaan.
Perjuangan Besar
Perjuangan berbagai kelas, kelompok dan partai guna memberi pengaruh lebih besar dalam revolusi terjadi begitu intens, kuat dan memiliki karakter yang agresif. Hasil dari perjuangan ini adalah hadirnya suatu kekuatan kunci; tak seorang pun yang berposisi sebagai pemegang kendali superior atas yang lain. Hal ini pada gilirannya tak memberi kemungkinan bagi Negara dan pemerintah –sebagai kekuatan eksternal yang posisinya di atas masyarakat- untuk menjadi instrumen kekuatan tandingannya. Negara menjadi beku, sama sekali tak mampu menggunakan pengaruh negatifnya dalam rangkaian peristiwa yang terjadi itu. Demikian pula militer, yang justru aktif sebagai bagian dari gerakan revolusioner, berhenti menjadi instrumen yang taat pada kekuasaan Negara. Dalam perjuangan besar yang melibatkan beragam kepentingan dan ide tersebut, para anarkis turut ambil bagian secara aktif.
Selama periode Maret hingga November 1917[1] tersebut torehan paling gemilang bagi para anarko-sindikalis dan anarkis lainnya adalah propaganda, agitasi, organisasi, dan bentuk aksi mereka.
Revolusi itu telah membuka lebar pintu bagi para anarkis yang mengasingkan diri di berbagai negeri untuk kembali pulang, dimana selama ini mereka melarikan diri dari upaya penyiksaan brutal pemerintahan Tsar. Namun bahkan jauh sebelum orang-orang ini kembali, melalui partisipasi aktif para kamerad yang bebas dari penjara dan pengasingan, sudah banyak bermunculan berbagai kelompok dan serikat anarkis serta beragam publikasi anarkis. Bersama dengan kembalinya para anarkis yang menyebar luas tersebut, aktivitas ini mulai mendapatkan momentum yang tepat. Rusia diliputi oleh jaringan berbagai kelompok yang solid, walaupun terkoneksi dengan amat longgar. Jarang ada kota besar yang yang tak memiliki kelompok anarko-sindikalis ataupun anarkis. Propaganda itu mengambil bentuk yang belum ada sebelumnya dalam sejarah aktivitas kelompok anarkis. Terdapat sejumlah besar koran-koran anarkis, majalah, selebaran, pamflet dan buku-buku dengan jumlah yang cukup banyak. Pasar penjualan buku dibanjiri oleh berbagai literatur anarkis. Ketertarikan terhadap anarko-sindikalisme dan anarkisme sangatlah besar, bahkan menjangkau hingga ke sudut-sudut kota di bagian utara negeri.
Beragam koran dipublikasikan tidak hanya di pusat-pusat kota industri dan administratif seperti Moskow dan Petrograd (Di Petrograd, sirkulasi terbitan anarko-sindikalis, Golos Trouda dan terbitan anarkis, Burevestnik, masing-masing berjumlah 25 ribu eksemplar setiap hari; koran harian Anarchia di Moskow memiliki sirkulasi yang hampir sama). Demikian halnya di berbagai kota di provinsi-provinsi lain, seperti Kronstadt, Yaroslavl, Nizhni-Novgorod, Saratov, Samara, Krasnoyarsk, Vladivostok, Rostov on Don, Odessa and Kiev. Pada tahun 1918, koran-koran anarkis lain bermunculan di Ivanovo-Vosnesensk, Chembar, Ekaterinburg, Kursk, Ekaterinoslav, Viatka.
Propaganda dari mulut ke mulut bahkan jauh lebih luas ketimbang tulisan. Hal itu banyak dijalankan di kalangan militer, sebagaimana juga di lingkungan pabrik dan pedesaan. Propaganda tersebut menekankan pada tugas utama untuk memunculkan tujuan logis dari berbagai prinsip dan tendensi anarkis yang melekat dalam revolusi tersebut. Propaganda anarko-sindikalis, sangatlah berhasil di lingkungan para pekerja. Pengaruh anarkisme, terutama varian anarko-sindikalis, sangatlah besar di lingkungan para pekerja Petrograd yang memaksa kaum Sosial-Demokrat[2] mengeluarkan terbitan khusus guna memerangi “anarko-sindikalisme di antara proletariat yang terorganisir”. Sangat disayangkan, hal tersebut dilaksanakan dengan kurang terorganisir.
‘Sentralisme via federalisme’
Pengaruh anarko-sindikalisme sendirinya secara kredibel ditunjukkan dalam perjuangan supremasi berbagai komite Pabrik terhadap serikat buruh. Komite-komite Pabrik hampir benar-benar terguncang oleh sebuah bentuk unik anarko-sindikalisme; Hal ini dibuktikan oleh konferensi komite-komite pabrik Petrograd, dan oleh konferensi komite-komite tersebut seluruh Rusia. Terlebih lagi, Bolshevik yang sedang menuju ke perebutan kekuasaan dan kediktatoran dipaksa untuk menyingkir (untuk sementara, sebagaimana nanti ditunjukkan), ajaran Marxisme mereka yang ortodoks dipaksa untuk menerima slogan-slogan anarkis beserta metode-metode mereka. Sialnya, hal tersebut hanyalah permainan taktik, dan sama sekali tak mengubah program Bolshevik. Slogan-slogan yang diformulasikan oleh Bolshevik (para bolshevik) mulai disuarakan, dengan cara yang tepat dan dapat dipahami berbagai tuntutan massa dalam pemberontakan tersebut, serupa dengan slogan-slogan para anarkis: “Hentikan perang”, “Perdamaian sekarang juga tanpa aneksasi atau perjanjian ganti-rugi”, “jangan patuhi pemerintah dan kapitalis”, “hapuskan militer sekarang juga”, “persenjatai para pekerja”, “ambil alih tanah bagi kaum tani”, “rebut pabrik-pabrik”, “Federasi soviet-soviet”, dan sebagainya. Tidakkah realisasi dari beragam slogan-slogan luar biasa itu akan mengarah pada kejayaan sepenuhnya ideologi anarkis, dan menyingkirkan basis dan pondasi Marxisme? Bukankah pewujudan banyak dari slogan-slogan dahsyat ini, membawa pada kemenangan ideologi anarkisme? Bukankah alamiah bagi anarkis terhanyut dalam slogan-slogan ini, apalagi mereka tidak memiliki organisasi yang kuat untuk menjalankannya secara independen? Akibatnya, mereka akhirnya turut serta dan bergabung dalam gerakan bersama ini.
Namun kenyataan dengan segera terbukti bahwa penyelewengan posisi revolusioner yang dilakukan Bolshevik bukanlah suatu kebetulan. Namun, mereka melangkah dengan taktis penuh ketelitian dan terencana, diarahkan tepat pada kepentingan dan tuntutan massa paling vital. Sebuah rencana yang dirancang untuk menghidupkan dogma membangkai Marxisme yang tercerai berai. Wajah asli Bolshevik diperlihatkan oleh Komisaris Urusan Nasional, Stalin (Dzhugashvili). Dalam satu artikelnya (April 1918) ia menulis bahwa tujuan mereka adalah, “Untuk mencapai sentralisme melalui federalisme”. Secara terus menerus, dengan hati-hati, revolusi didorong ke alur gagasan Marxisme sesuai dengan rencana yang telah dipertimbangkan sebelumnya. Alur ke arah mana setiap keyakinan rakyat perlu sebuah jalur penundukkan.
Dengan demikian, sepanjang periode pemerintahan borjuis dan borjuis sosialis, para anarkis bekerja bersama dengan kaum Bolshevik (bukan secara organisasional tentunya). Lalu bagaimana para anarkis memposisikan diri selama periode itu? Daftar kota-kota dimana berbagai publikasi anarkis bermunculan telah menunjukkan bahwa kebebasan pers adalah sesuatu yang meluas saat itu. Tak satu pun koran-koran yang dibekukan aktivitasnya, sama sekali tak ada selebaran, pamflet atau buku-buku yang disita, tak ada satu pun rapat umum dan pertemuan umum yang dilarang. Meskipun terjadi perampasan terhadap rumah-rumah pribadi konglomerat, seperti di Durnovo Villa dan beberapa mansion di Petrograd; penyitaan rumah-rumah percetakan, termasuk tempat percetakan Russkaya Volia yang dipublikasikan oleh salah satu menteri pemerintahan Tsar, Protopopov; walaupun terdapat seruan secara terbuka kepada militer untuk membangkang pada kesatuannya; meski terjadi hal seperti itu, hanya ada beberapa kasus dimana para anarkis dianiaya secara diam-diam ataupun secara terencana oleh pihak otoritas. Adalah benar bahwa pemerintah di periode itu tidak menolak untuk berurusan habis-habisan dengan para anarkis dan Bolshevik. Perdana Menteri Pemerintahan Sementara Rusia saat itu, Kerensky beberapa kali mengancam untuk “mengosok mereka (anarkis) dengan setrika panas”. Namun pemerintah sama sekali tak berdaya, karena revolusi tengah berjalan dengan tenaga penuh.
Catatan akhir:
2 Sosial Demokrat atau Sosial Demokratik adalah pecahan gerakan sosialis Marxist yang mengambil jalan reformasi. Gerakan sosial demokrat cukup besar pengaruhnya setelah meninggalnya Marx dan menjelang Perang Dunia I. Sosial demokrasi juga memperngaruhi secara besar-besaran gerakan Marxis di Rusia. Partai Buruh Sosial Demokratik Rusia (PBSDR) Rossiiskaia Sotsial-Demokraticheskaia Rabochaia Partiia: adalah partai marxis yang dibentuk di Minsk tahun 1898. Saat kongres pertamanya, polisi rahasia kerajaan Rusia, Oknara menangkapi semua anggotanya.
Mencoba mengabungkan unsur-unsur yang tak sependapat dengan kaum revolusioner Narodnik, kaum Sosial Demokrat menyajikan program Marxis yang menggabungkan dan mengorganisir baik buruh maupun petani menuju revolusi sosialis. Meskipun kaum Sosial Demokrat menganggap kaum buruh merupakan sepenuhnya kelas revolusioner di Rusia, sementara hanya beberapa unsur golongan petani yang dianggap revolusioner. Kaum petani kaya (Kulak) dianggap kaum reaksioner.
PBSDR menciptakan teori marxis untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap Rusia jika kapitalisme berjaya. Hal ini kemudian memecah partai ini. Sejumlah orang menganggap reformasi penting ketimbang revolusi. Mengingat ajaran marxis sendiri percaya bahwa kapitalisme perlu dimatangkan sebelum mencapai sosialisme. Pada tahun 1903 ketika diadakan Kongres Kedua di Belgia dan Inggris, perseteruan gagasan muncul memecah gerakan Sosial Demokrat. Setelah kongres, partai terpecah ke dalam dua faksi Bolshinstvo (Bolshevik –artinya mayoritas) dan Menshinstvo (Menshevik –artinya minoritas). Mensheviks percaya reformasi, sementara Bolshevik percaya revolusi untuk memenangkan ide-ide Sosial Demokrat. Setelah pemberontakan tahun 1905 di Rusia, kelompok Bolshevik menjadi minoritas di dalam partai. Keadaan ini berlangsung hingga September 1917.
[bersambung]
Gregori Maximoff (1893 – 1950) adalah anarkis kelahiran Rusia yang terlibat aktif dalam sebuah gerakan anarko-sindikalis di Ukraina, Nabat. Pada 1921 ia dipenjara menyusul ‘pembersihan’ kelompok-kelompok anarkis yang menolak bergabung dengan Tentara Merah oleh polisi rahasia Soviet, Cheka. Karyanya yang paling monumental berjudul The Guillotine at Work (1940) yang menguraikan kesaksian atas teror yang terjadi di bawah rezim Lenin pascarevolusi 1917.