Memori Jan Appel 1966

Jan Appel, 1890-1985, seorang sosialis dan buruh galangan kapal di Jerman yang merasakan sendiri Revolusi Jerman 1918. Dia juga melakukan perjalanan berbahaya ke Soviet Rusia dan mengetahui kondisi ekonomi-politik di negeri yang dikuasai Bolshevik ini. Pengalaman di Rusia membuatnya beralih ke sayap kiri komunis dan membuatnya kritis terhadap Bolshevisme serta keluar dari Partai Komunis. Dia kemudian menetap di Belanda, aktif melawan Nazi selama pendudukan Jerman atas
Belanda dalam Perang Dunia II.

Nama saya Jan Appel dan saya lahir di sebuah desa bernama Mecklenburg pada tahun 1890. Saya masuk sekolah dasar dan belajar untuk membuat kapal. Bahkan sebelum saya lahir ayah saya sudah menjadi seorang sosialis. Saya sendiri anggota dari Sozial-demokratische Partei Deutschlands (SPD) ketika menginjak usia 18 tahun. Saya bergabung dengan militer dari 1911 sampai 1913 dan setelahnya menjadi tentara pada saat Perang Dunia I. Pada Oktober 1917 saya dibebastugaskan ke Hamburg untuk bekerja sebagai pekerja galangan kapal. Pada 1918, kami menyerukan sebuah pemogokan bagi pekerja peralatan perang. Pemogokan diadakan selama seminggu penuh di Vulkan-Werft. Slogan kami pada waktu itu: “Untuk Perdamaian!”. Setelah seminggu pemogokan usai, dan kami mendengar Klausa Perang kami dibacakan [1], karena menurut hukum yang berlaku kami masih terdaftar sebagai militer. Pada masa ini, saya bergabung dengan kelompok Radikal Kiri di Hamburg. Pada November 1918, para pelaut memberontak beserta pekerja galangan kapal Kiel, pada hari senin kami mendengarnya langsung dari pekerja di Kiel apa yang telah terjadi.

Setelahnya, sebuah pertemuan klandestin diadakan di daerah galangan kapal, yang pada waktu itu masih berada dalam pendudukan militer. Semua aktivitas kerja dihentikan, namun para pekerja tetap berada di daerah galangan kapal. Sebuah delegasi 17 sukarelawan dikirim ke markas Serikat Pekerja guna menuntut diadakannya pemogokan umum. Kami memaksa mereka untuk mengadakan pertemuan. Hasil dari pertemuan kurang baik karena si pemimpin Allgeimeine Deutsche Gewerkschaftsbund (ADGB) dan SPD menyikapi pemogokan dengan reaksi yang negatif. Terjadi perdebatan yang tajam selama beberapa jam. Sementara itu, sebuah pemberontakan spontan pecah saat jam makan siang di galangan kapal Blohm und Voss, di mana 17 ribu pekerja bertugas. Para pekerja meninggalkan pabrik dan galangan kapal Vulkan dan muncul di depan bangunan Serikat Pekerja. Para pemimpin Serikat sudah kabur. 

 

Revolusi telah dimulai. 

 

Di hari-hari itu, saya mengambil posisi depan dari gerakan kiri pekerja revolusioner Jerman. [2] Sebagai pembicara di dalam pabrik dan pertemuan publik, sebagai ketua dari Revolutionary Shop Stewards, kemudian yang baru saja dibentuk, dan sebagai anggota dari Linksradikale Gruppe (Kelompok Radikal Kiri), Saya beralih ke Spartakusbunde (Liga Spartakis) dan setelah itu berperan sebagai pimpinan di Hamburg District Organisation of Kommunistische Partei Deutschland (KPD). 

Pada Januari 1919 sebuah pertemuan besar dari Revolutionare Obleute diadakan di markas Serikat. Pertemuan ini diadakan setelah Rosa Luxemburg dan Karl Liebknecht dibunuh di Berlin. Di pertemuan inilah saya bertemu Ernst Thalmann dari USPD atau Independent Social Democrats, dan selama malam berikutnya sebuah arak-arakan diadakan bersama kawan USPD menuju barak-barak di Barenfeld. Para penjaga dan prajurit yang tertidur terkejut, dan pekerja pun telah mempersenjatai diri Kami mempunyai 4000 senjata. Setelah seminggu yang berjalan dengan baik untuk membangun kekuatan bersenjata, mereka yang memegang senjata mulai menyebar dan menghilang bersama dengan senjata mereka. Pada titik inilah kami berkesimpulan bahwa serikat-serikat itu tidak berguna untuk tujuan perjuangan revolusioner, dan pada sebuah konferensi Revolutionare Obleute, pembentukan organisasi pabrik revolusioner sebagai basis bagi Konsil Pekerja telah diputuskan. Bergerak keluar Hamburg, propaganda mengadvokasikan pembentukan Organisasi Pabrik mulai disebarkan dan berujung pada didirikannya Allgemeine Arbeterunion Deutschlands atau AAUD.

Seiring perkembangan ini dan klarifikasi yang ikut serta bersamanya, di mana dalam prosesnya fungsi utama saya sebagai ketua Revolutionare Obleute, menurut saya, sebagian dikarenakan alasan-alasan organisasional dan saya juga menjadi ketua Hamburg District KPD. [3] Dengan cara inilah saya menjadi seorang delegasi untuk pergi ke Kongres Heidelberg KPD ke 2. [4] Seiring perkembangan ini dan klarifikasi yang ikut serta bersamanya, di mana dalam prosesnya fungsi utamaku sebagai ketua Revolutionare Obleute, menurut saya, sebagian dikarenakan alasan-alasan organisasional, fungsi lainya sebagai ketua Hamburg District KPD. [3] Dengan cara inilah saya menjadi seorang delegasi untuk pergi ke Kongres Heidelberg KPD ke 2. [4] 

Sekarang ini di tahun 1966, 47 tahunan setelah Kongre Heidelberg. Sekarang ini tidak berguna untuk memeriksa lebih jauh perihal diskusi dan kesimpulan-kesimpulan yang dicapai pada kongres tersebut. Pada waktu itu segalanya menjadi jelas bagi kami bahwa garis dan kebijakan KPD dirancang untuk memutar balikan tujuan utama sasaran Partai menuju partisipasi ke dalam parlemen borjuis. Sejak kami telah bersiteguh mengenai keyakinan kami perihal kebijakan yang kami tuju yang berkaitan dengan gerakan revolusioner pekerja di Jerman, sekarang ini mustahil untuk melanjutkan sebagai tendensi yang terorganisir dalam KPD. Tak lama setelah ini, KPD bagian Hamburg juga telah sampai pada keputusan serupa.  

Ketika berada di Berlin pada April 1920, kelompok dalam KPD yang mempunyai pandangan yang sama seperti para kamerad di Hamburg, mengambil langkah untuk membangun Partai Pekerja Komunis Jerman (KAPD), partisipasi saya dalam KPD pun berakhir. Waktu itu adalah masa-masa kup dari Kapp-Luttwitz, dan saya berangkat ke Ruhr. Sekembalinya ke Hamburg, saya diinformasikan bahwa, ketika Kongres Pendirian KAPD, delegasi yang terdiri atas Franz Jung dan diri saya sendiri, terlepas dari ketidakhadiran kami, Kongres tersebut memilih kami untuk pergi ke Rusia guna mewakili KAPD, berlaku sebagai Komite Eksekutif Komunis Internasional (ECCI). 

Tugas kami adalah untuk memberikan laporan mengenai didirikannya KAPD, untuk mempresentasikan pandangan serta kebijakannya dan juga untuk menghantarkan pesan perihal tuduhan atas pengkhianatan yang dilakukan oleh Zentrale (Komite Sentral) dari KPD terkait dengan perjuangan di Ruhr. (5)

 

*Mereka yang berbahasa inggris harus mencatat bahwa sebuah Serikat di Jerman adalah Gewerkschaft, jadi ‘Serikat’ merupakan sebuah bentuk organisasi yang baru. (Catatan Penerbit) 

 

Mustahil bagi kami untuk melakukan perjalanan darat, dan jalur menuju lautan Baltik juga tertutup. Satu-satunya rute yang terbuka terletak melalui Laut Utara dan Atlantik, melewati Norway dan Cape North dan memasuki Lautan Arktik agar dapat mencapai Archangelsk dan mungkin Murmansk. Kala itu kami masih meragu apakah wilayah ini sudah diambil kembali oleh Rusia, yaitu bila kaum Bolshevik telah mendudukinya. Tak lama kemudian, sebelum kabar kecil ini muncul di pers yang berefek hingga pesawat Amerika, bersama dengan pasukannya yang sebelum itu menduduki area itu, sekarang telah cabut. Terlepas dari ketidakpastian ini, kami memutuskan untuk mengambil resiko. Salah seorang kamerad saya, Herman Knorfen, adalah seorang pelaut yang sedang berada di kapal uap Senator Schroder. Kapal ini melakukan perjalanan tiap empat minggu menuju area ikan di sekitar Islandia dan sekembalinya mereka akan tinggal selama seminggu di Cuxhafen. Pada waktu itu saya langsung mencari Herman Knorfen.

Sayangnya pada saat itu Ia sedang berada di Hamburg, dan kapal sedang berlabuh di Cuxhafen dan akan memulai perjalanannya dalam waktu tiga hari mendatang. Mengetahui tujuan perjalananku, Knorfen ingin terlibat beserta para krunya. Tentu saja, karena kita sedang hidup di masa masa yang revolusioner!  

Saya dan Franz Jung, dengan sejumlah pelaut revolusioner, masuk kapal sebagai penumpang gelap. Ketika kami melewati ujung utara Heligoland, kami menangkap sang kapten dan para pegawainya dengan menodongkan senjata. Kami mengunci mereka di dalam kabin. Perjalanan dimulai pada 20 April dan berakhir pada 1 Mei di Alexandrovsk, pelabuhan laut Murmansk. Kami hanya mempunyai peta rute laut hingga Trondheim di Norway, and setelah itu satu-satunya yang memandu kami hanyalah sebuah map kecil  dari sebuah buku panduan berlayar, yang memperlihatkan peta globe di mana kutub utara adalah sentranya. Pantai-pantai di Norway, Rusia, Siberia, Alaska terlihat berada di ujung map. Map ini merupakan satu-satunya alat navigasi kami dan sang Kapten Herman Knorfen harus tetap mengemudikan kapal.  Di ujung utara TromsY (Hammerfest), kami didera badai yang berlangsung selama dua hari, ditambah dengan hujan salju yang lebat dan membuat pandangan kami menjadi cukup pendek. Kami semua sungguh letih, semenjak situasi menjadi semakin memburuk. Dengan cara seperti ini, anjing pun lelah, kami berlayar menuju selatan mencari garis pantai atau daratan dimana kami bisa beristirahat. Hanya keberuntungalah yang membuat kami dapat berlayar sampai pelabuhan Alexandrovosk, dan akhirnya kami memperoleh pelampung pengikat peninggalan dari kapal Amerika. Butuh beberapa waktu hingga akhirnya kami semua mengetahui di mana kami telah terdampar. Di balik dinding terjal salju muncul kolom asap hitam yang, dari jarak yang cukup jauh, secara bertahap mendekati kami ketika kami dan kapal kami sedang beristirahat di atas air. 

Kemudian, tampaknya dari luar dinding tebing, perahu uap muncul, dan akhirnya kami melihat bendera merah besar. Bagi kami ini merupakan pertanda bahwa kami telah sampai di tanah para kaum Komunis. Setelah beberapa saat, sebuah perahu cepat mulai terlihat, perahu tersebut berisi orang-orang bersenjata. Kami memegang tali derek dan berlayar antara dinding tebing pedalaman ke arah Murmansk. Kami diterima sebagai Kawan-seperjuangan, dan setelah itu kami naik kereta api yang dibangun selama perang menuju Petrograd. Sekarang telah berganti nama menjadi Leningrad.  

Di Leningrad, setelah kami berbicara dengan Zinoviev, Ketua Komunis Internasional, kami pun bertandang ke Moskow. Di sana, beberapa hari setelah kedatangan kami, kami menyampaikan pernyataan kami kepada Komite Eksekutif Komunis Internasional. kasus kami memang ditanggapi, tapi perihal siapa yang berbicara dan apa yang telah terucapkan saya sudah lupa sama sekali. Namun, kami tidak menerima balasan yang jujur, kecuali bahwa kami diberitahu bahwa kami segera akan diterima oleh Lenin sendiri. Dan memang, ini memang kemudian terjadi, kira-kira setelah seminggu atau lebih sedikit.   

Sudah jelas kalau Lenin menolak pendirian kami dan KAPD. Selama resepsi kedua, tak lama kemudian Ia memberi jawabannya pada kami. Ini ia lakukan dengan membacakan kita sepenggal  pamfletnya yang berjudul ‘Left Wing Communism – An Infantile Disorder’ [6], memilih bagian-bagian yang dianggapnya relevan dengan kasus kami. Ia memegang naskah yang pada waktu itu belum dicetak dalam genggamannya. Balasan dari Komunis Internasional, yang pertama-tama disampaikan oleh Lenin sendiri, adalah bahwa sudut pandang ECCI sama seperti KPD, pandangan yang telah kami tinggalkan.  

Setelah perjalanan pulang yang cukup panjang melalui Murmansk dan Norwegia, Jan Appel merasa harus menghilang dari pandangan, dan kegiatan saya di Jerman dilanjutkan oleh Jan Arndt. Bekerja serabutan guna merawat tubuh dan jiwa, di Seefeld dekat Spandau dan di Ammerndorf dekat Halle, juga berbicara dalam pertemuan dari waktu ke waktu – ini adalah irama hidup saya. Jenis aktivitas yang berlangsung di Rhineland dan Ruhr tak banyak yang berbeda, di tempat ini saya juga berperan dalam mengatur publikasi reguler Jurnal AAU ‘Der Klassenkampf‘ [Perjuangan Kelas]. Pada tahun 1920 KAPD telah diterima sebagai Partai yang simpati dan dimasukan ke dalam Internasionale Ketiga. Hal ini merupakan hasil diskusi antara ECCI dan sebagian anggota terkemuka tertentu KAPD. Yang terakhir ini terdiri dari Herman Gorter dari Belanda, Karl Schröder dari Berlin, Otto Rühle mantan wakil SPD Reichstag, dan Fritz Rasch. Pada Kongres Ketiga dari Komunis Internasional di Moskow, kami diberikan keleluasaan untuk mengekspresikan sudut pandang kami mengenai jenis kebijakan yang akan berguna untuk membimbing kerja-kerja kami. Namun kami sama sekali tidak mendapatkan persetujuan dari delegasi-delegasi dari luar yang hadir di pertemuan tersebut. Isi utama dari keputusan yang diadopsi pada Kongres ini menganjurkan bahwa kami harus terus bekerja sama dengan KPD di serikat-serikat dan dalam majelis demokratis yang masih menggunakan tradisi lama, dan bahwa kami tidak lagi diperkenankan untuk mengumandangkan slogan kami ‘Seluruh Kekuasaan untuk Konsil-konsil Pekerja!’  

Ini adalah kebijakan yang dikenal dan ditetapkan dalam ’21 Poin’ yang harus kami patuhi bila kami masih berniat untuk menjadi organisasi yang berafiliasi dari Komunis Internasional. Sudah barangpasti bahwa kami keberatan dengan kebijakan ini dan mendeklarasikan bahwa hanya organ yang relevan dari KAPD yang dapat membuat keputusan seperti ini.  Dan keputusan ini dibuat ketika kami telah kembali. Lalu saya kembali ke Ruhr dan kemudian Rhineland-Westphalia Utara aktivitas sekali lagi, memulai aktivitas-aktivitas yang biasa saya lakukan sebelum Kongres tersebut.  Aktivitas seperti ini akhirnya berakhir ketika saya tertangkap pada 1923 November. Pendudukan Rhineland dan Ruhr oleh Perancis, yang menjadi alasan utama saya ditangkap, namun karena dakwaan adalah pencurian sebuah kapal [ pembajakan, lebih tepatnya], ini hanya bisa didengar di Hamburg. Saya nyaris berhasil menghindari ekstradisi [ke bagian yang tidak diduduki Jerman] dengan mewakili diri saya sebagai tahanan politik dan mencoba meminta bantuan dari otoritas pendudukan Perancis. Namun, karena perjanjian ekstradisi antara Jerman dan Sekutu sangatlah erat, maka saya setuju untuk secara sukarela untuk menerima perintah deportasi ke Hamburg. Di sana saya diadili dan dihukum dan akhirnya mendekam di dalam penjara. Pemenjaraan ini berakhir pada hari natal 1925.   

Di bulan April saya pergi ke Zaandam di Holland untuk bekerja di galangan kapal. Segera setelah saya datang saya menulis surat kepada seorang kawan, seseorang yang tidak saya kenal secara pribadi namun saya mempunyai alamatnya.  Dia adalah Henk Canne-Meijer.  Di Zaandam, ia dan Piet Kurman menjumpai saya.  Kedua-duanya mengadopsi pandangan yang sama seperti KAPD dan mereka telah memutuskan hubungan dengan  Partai Komunis Belanda. Meski demikian, mereka tak mempunyai kontak dengan kelompok KAP di Holland. Kedua orang tersebut mereka sahabat baik dari Herman Gorter. Kami saling bertukar pandangan dan pengalaman kami, dan mengadakan pertemuan rutin dengan mereka yang mempunyai pemikiran serupa. Dengan rutinitas baru ini, secara bertahap, kami akhirnya membuat sebuah kelompok yang kita sebut Kelompok Komunis Internasional [GIK].  

Publikasi posisi dan analisis kami berlangsung melalui PSIC [Layanan Pers dari Komunis Internasional], yang merupakan organ informasi dari Komunis Internasional. Sewaktu mendekam di penjara Düsseldorf selama tujuh belas bulan, saya berkesempatan untuk mempelajari Volume I dan II dari Kapital karya Karl Marx. Selama tahun-tahun yang saya alami dalam perjuangan revolusioner, diikuti dengan perselisihan internal antar faksi dalam Gerakan Komunis dan fakta bahwa Revolusi Rusia telah berkembang menjadi sebuah konsolidasi ekonomi negara di bawah kekuasaan aparat partai, sehingga kami terdorong untuk memperkenalkan istilah ‘komunisme negara’ atau bahkan akhirnya ‘kapitalisme negara’ [7] dalam rangka untuk menggambarkan hal itu, saya akhirnya mencapai kesimpulan yang jelas. Waktu mempertimbangkan, pemikiran yang membuat saya mencapai kesimpulan. Pada waktu di mana kita melewati semua pengalaman dan aktivitas masa lalu, yang melewati mata batin begitu saja, sehingga akhirnya menemukan jalan, sebagai pekerja, di mana kita harus meninggalkan penindasan yang dibuat oleh kapitalisme dan untuk mencapai tujuan yang membebaskan dari komunisme.  

Sebagai pekerja revolusioner, saya melakukan studi atas Kapital Karl Marx guna memahami bagaimana dunia kapitalis digerakkan, sesuatu yang sebelumnya sangatlah awam bagi saya. Bagaimana teks tersebut mengajak untuk mengikuti pembangunan yang memiliki hukum-hukum yang pasti secara intrinsik; bagaimana dasarnya menyingkap secara jangka panjang, mengatasi semua kondisi yang diwarisi dari masa lalu pra-kapitalis dalam rangka mengkonsolidasikan modus produksi tersebut, dan dengan demikian membentuk tempat benih untuk kontradiksi baru dan dan lebih intens dalam rangka internal; bagaimana lagi dan lagi membawa perubahan baru untuk struktur sosial internalnya,namun secara simultan kontradiksi mendasarnya didorong terus-menerus guna meraih tingkatan antagonisme yang lebih luas. Tahap pertamanya adalah merampas hak orang mengelola lahan dan sepenggal lahan mereka yang dimiliki oleh pengelola lahan; Kemudian mereka meniadakan hak pengelolaan atas hidup mereka yang direbut lahannya ini dan oleh karena itu terciptalah kondisi-kondisi di mana hal ini dapat mengambil-alih produk-produk yang dihasilkan oleh penggarap tersebut. Hak pembuangan atas hasil kerja, dan juga dari pengelola lahan tersebut yang menghasilkan produksi,berada dalam kendali segelintir orang. Selanjutnya, kebenaran bahwa satu-satunya prestasi Revolusi Rusia adalah bahwa Partai Komunis Rusia telah dibentuk sebagai instrumen kekuasaan sentralis yang despotik, dilengkapi dengan segala cara yang diperlukan untuk melaksanakan penindasan negara atas kaum tak berpunya dan para produsen yang tak memiliki properti merupakan fakta yang mana kami dipaksa untuk mengakuinya. 

Tapi pikiran kita melangkah lebih jauh: kontradiksi yang paling mendalam dan intens dalam masyarakat manusia berada dalam kenyataan bahwa, dalam analisis terakhir, hak keputusan atas kondisi-kondisi produksi, mengenai apa dan bagaimana akan memproduksinya dan seberapa banyak kuantitasnya, tidak lagi dikendalikan oleh produsen itu sendiri namun dipegang langsung oleh tangan-tangan pemerintahan. Hari ini, setelah 40 tahun ketika saya mulai menyadari ini ketika sedang mendekam dalam penjara, saya melihat perkembangan tersebut menjadi lebih besar di seluruh penjuru dunia. Divisi dasar dalam masyarakat manusia hanya dapat diatasi bila produsen akhirnya merebut kontrol atas kondisi kerja mereka juga atas apa yang mereka hasilkan dan bagaimana mereka memproduksinya. perihal subyek ini saya banyak menulisnya ketika masih dalam penjara. Dikarenakan pemikiran seperti ini dan tulisan yang relevan bagiereka, saya tiba di Holland untuk melihat Grup Komunis Internasional.  

Sekarang ini pada 1966, 40 tahun setelah kami kali pertama kami bertemu bersama di Amsterdam sebagai Grup Komunis Internasional, kami bertemu kembali untuk membicarakan pemikiran baru kami dan mendiskusikannya. Pengetahuan tentang Revolusi Rusia yang berujung menjadi pembentukan komunisme negara, atau yang lebih akurat: kapitalisme negara, mewakili sebuah mazhab pemikiran baru pada saat itu. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah ilusi kolektif yang berpandangan bahwa sebuah bentuk masyarakat Komunis, yang katanya akan membebaskan pekerja dari belenggu perbudakan upah merupakan sesuatu yang mesti dan hasil yang akan segera dipetik dari Revolusi Rusia. Hal ini merupakan konsepsi yang sepenuhnya baru, sebuah upaya untuk memusatkan perhatian pada esensi proses pembebasan dari perbudakan upah, yang maksudnya adalah suatu pelaksanaan kekuasaan yang dipegang oleh organisasi-organisasi pabrik. Dewan Buruh, dalam asumsi mereka kontrol atas pabrik-pabrik dan tempat kerja; agar hal ini dapat terealisasi, unit dari rata-rata jam sosial kerja, sebagai tolak ukur waktu produksi setiap barang dan jasa dalam produksi dan distribusi, mungkin akan diperkenalkan.  

Dengan cara demikian, uang dan segala bentuk nilai lainnya akan dihapuskan dan dengan begitu hal-hal tersebut tidak dapat memanifestasikan dirinya sebagai Kapital, sebagai sebuah kekuatan sosial yang memperbudak umat manusia dan mengeksploitasi mereka. Buah dari pengetahuan ini diperoleh selama periode kerja yang cukup panjang dalam Kelompok Komunis Internasional di Amsterdam, telah diprakarsai bersama dalam buku ‘Prinsip Dasar Produksi komunis dan Distribusi’ [Grundprinzipien kommunistischer Mamuju und Verteilung], yang diterbitkan oleh kami sendiri. Buku ini setebal 169 halaman. Agar dapat memahami secara singkat apa yang tertulis di dalamnya, berikut ini adalah beberapa bagian yang dikutip:   

‘Prinsip-prinsip Dasar Produksi Komunis dan Distribusi berasal dari diskusi dan kontroversi selama periode 4 tahun dalam Kelompok Komunis Internasional Belanda. Edisi pertamanya hadir pada 1930 di Jerman, diterbitkan di Berlin oleh Neue Arbeiterverlag (New Workers Publishing House), penerbitan dari organ AAUD, organisasi pabrik revolusioner.  Mengenai kesulitan finansial, penerbitan edisi Belanda dalam format yang khusus dan harus diterbitkan di waktu yang telah ditentukan berada di luar dari kemampuan kami. Sebaliknya, tulisan tersebut diterbitkan dalam bentuk serial sebagai suplemen bagi Pers Layanan Informasi Kelompok Komunis Internasional, [PSIC]. Untuk masalah terjemahan, edisi ini tidak cukup identik dengan teks Jerman, meskipun tidak ada hal yang terlalu esensial mengenai isi dari teks tersebut.  
Satu-satunya amandemen terdapat pada runutan di mana materi tersebut dipresentasikan dalam berbagai formulasi, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai sebuah presentasi yang jernih. Diharapkan bahwa ‘Prinsip Dasar Produksi Komunis dan Distribusi’ akan ditindaklanjuti dengan diskusi mendalam dan memberikan kontribusi yang yang lebih jelas serta persamaan tujuan dalam gerakan proletariat revolusioner. Maka dari itu, upaya ini semestinya menghasilkan beragam kecenderungan yang mengadopsi sebuah jalur gerakan yang sama.   

Dalam sebuah edisi baru tertulis  

‘Buku ini hanya dapat menjelaskan dalam pengertian ekonomi, mengenai apa yang seharusnya dicapai dalam skup aksi politis. Karena alasan ini, maka haruslah dimulai dan bukan hanya sebuah penghapusan properti dalam hal produksi tapi juga eliminasi kerja-upahan dan bentuk-bentuk yang menyerupainya. Dari dasar inilah terbentuknya pemikiran kami.  Analisa kami, oleh karena itu, merujuk pada kesimpulan yang pasti bahwa ketika pekerja telah memegang kekuasaan dari organisasi massa, mereka dapat mempertahankan kekuasaan itu dengan tujuan untuk menghapuskan segala bentuk kerja-upahan dari setiap kehidupan ekonomi. Dan juga sebagai poin utama dari segala macam aktivitas ekonomi, seperti halnya durasi dari waktu kerja yang dikeluarkan dalam segala macam produksi nilai, sebagaimana pengukuran setara menggantikan nilai-nilai uang, dan barulah setelah itu seluruh kehidupan ekonomi akan berjalan.   

Edisi Jerman tahun 1930 disita dan dihancurkan. Ikhtisar singkat kemudian diterbitkan di New York, [10] dan juga versi Jerman di jurnal ‘Kampfsignal’ [Panggilan untuk berjuang]; sementara pada tahun 1955 di Chicago, versi bahasa Inggris muncul di ‘Dewan Korespondensi’. [11] 

Saya secara personal berpartisipasi dalam aktivitas politik GIK di Holland. Pada April 1933 seorang Jerman “yang bersahabat” ingin bertemu dengan saya lagi. Mereka ingin mengusir  saya sebagai seorang “asing yang tidak diperlukan.” Meskipun begitu, Komisioner Polisi Amsterdam yang cukup membantu, memberi saya waktu untuk menyelesaikan beberapa permasalahan personal saya.  Momen untuk kembali lagi ke “bawah tanah” telah tiba. Sekali lagi Jan Appel menghilang dari peredaran. Ketika Perang Dunia ke Dua pecah, saya mulai mengambil bagian dalam gerakan perlawanan yang bertujuan untuk melawan rezim fasis Hitler, yang telah melakukan pendudukan tahun 1940.   

Setelah Sneevliet, pimpinan kiri yang disegani di Holland, bersama dengan 13-18 kamerad, dieksekusi pasukan penembak, kami terus melanjutkan perlawanan sebagai pengingat akan kawan-kawan kami yang telah gugur. Setelah 1945 kami mempublikasikan jurnal mingguan Spartacus. (12) Jurnal ini berlanjut sampai 1948. Sebagai akibat dari kecelakaan jalanan yang serius yang saya alami, saya akhirnya dirumahsakitkan, dan setelahnya saya kembali hadir dalam kehidupan sosial. Pengakuan dari 20 warga borjuis yang baik dibutuhkan agar saya tidak dipaksa untuk diusir ke perbatasan. Fakta bahwa saya aktif dalam gerakan perlawanan cukup membantu saya dalam hal ini.  

Saya (Jan Appel) kembali lagi hadir ke permukaan, tapi demi kebaikannya ia harus menarik diri untuk sementara waktu dari aktivitas politik. Demikianlah akhir kisah sejarah saya dalam volume ini.  

 

Jan Appel 

1966

Catatan:
Sayang sekali, semua catatan kaki hilang dalam edisi online – MIA.

Catatan Penerbit:
[1*] Pembaca berbahasa Inggris mesti mencatat bahwa sebuah Serikat Buruh di dalam bahasa Jerman disebut ‘Gewerkschaft’ jadi ‘Union’ merupakan tipe organisasi baru saat itu.

Penerjemah: Reyhard
Sumber: https://www.marxists.org/archive/appel/1966/memories.htm